Kamis, 12 Mei 2016

Cerita Dewasa - Hasrat Kuat Bertemu Sang mantan

Cerita Dewasa - Saya yang telah menikah serta sebentar lagi masuk usia yang ke 26 th. saya telah satu tahun menikah, namun saya bakal sharing pengalaman dengan bekas saya namanya Okta, singkatnya diskripsi mengenai diriku kulitku putih muka oriental dengan tinggi badan 172 cm rambut hitam lurus, rambutku saya senantiasa ikat keatas agar jadi perhatian yang melirik kearahku, dengan mata bulat, serta hidung mancung, pinggul yang aduhai, pokoknya bila pembaca melihatku, pastinya akan melotot. Ditanggung!! 

Cerita Dewasa - Hasrat Kuat Bertemu Sang mantan

Hari ini saya kuliah hingga jam 11. 00, di dalam teriknya mentari kota ini, saya jalan bergegas, menyeberangi Jalan Merdeka, saya menuju ke Purnawarman, lantas dengan angkot jurusan Ledeng, menuju ke rumahku di lokasi Cipaganti. Tempat tinggal yang dibelikan oleh ayahku, yang kutinggali berbarengan seseorang adik, serta 3 orang dayang. 

Okta pacarku, yaitu seseorang mahasiswa fakultas tehnik dari Kampus yang serupa, namun tempat kampusnya beda denganku. Satu tahun lebih lalu, tempat kampusku lalu dipindahkan. 

Hari ini, seperti umumnya, usai kuliah Okta datang, Sekitaran jam 13. 00, Okta datang, kami duduk di depan TV. Tak lama berselang waktu beberapa dayang beristirahat di kamar mereka, tangan Okta mencapai bahuku serta menarik badanku hingga rebah di pangkuannya. 

Bibir kami lantas sama-sama berpagutan, tangannya menjelajahi dadaku. Menelusup ke bawah dasterku, meremas payudara kiri serta kanan bertukaran. 

“Kau merokok lagi yah? ” tanyaku. 

“Tidak, tadi di universitas, anak-anak merokok semuanya, jadi bajuku juga bau asap! ” elaknya. 

“Kenapa mulutmu bau rokok juga? ” 

“Ah.. Tak apalah jika hanya sebatang! ” jawabnya, segera menyergap bibirku kembali. 

Waktu bibirnya mulai menjelajah turun ke leherku, saya makin tidak tahan, tangannya menarik Bra-ku ke atas, hingga tangannya segera menyentuh kulit buah dadaku. Diputar-putarnya pentilku bertukaran. Kemaluanku mulai becek, batang kemaluan Okta merasa mengeras di punggungku, mengganjal. 

Waktu rasa gatal di kemaluanku mencapai puncak, saya bangkit, serta mengatur posisi badanku jadi merangkak membelakangi Okta yang duduk bertumpu. Tangan Okta, meremas bola pantatku, yang sampingnya merayap masuk lewat sisi bawah rokku. 

Tangannya merayap di pahaku, meremas dengan liar, memberi perasaan nikmat. Kugoyangkan pinggulku memohon perhatian tangannya supaya cepat membelai kemaluanku yang gatal. Waktu yang ditunggu tiba, tangannya merambat perlahan-lahan di tepian karet celanaku, berputar-putar, memberi gairahku. 

“Oh.. Sayang.. ” desisan keluar dari pojok bibirku. 

Perasaan kuatir supaya tak terdengar oleh beberapa dayang muncul. Okta makin liar, kain segitiga itu ditariknya, serta dengan bantuanku, diloloskan lewat sepasang kaki panjangku. Tangannya membelai lembut vaginaku, membuatku makin memperlebar jarak pada ke-2 pahaku. Begitu asik nikmati pekerjaan tangannya, membelai serta sesekali meremas serta mencubit bibir vaginaku. 

“Auw.. Sayang.. ” Saya menjerit saat mendadak merasa hangat serta basah menyentuh selangkanganku, rupanya Okta mulai memakai mulutnya. Napasnya merasa keras di daerah duburku, lidahnya menyentuh, serta merangsek ke vaginaku. Sesekali dengan keras menyelusup ke celah sempit selangkanganku.

Saya makin menggila waktu tangannya menyergap payudaraku yang bergantung di balik daster. Merasa textur kain, digabungkan dengan pijatan lembut pada putingku, menginginkan rasa-rasanya saya menjerit. Satu hal yang kusuka pada Okta, yaitu kesukaannya mencukur kumis serta jenggotnya sekali dalam satu minggu, sekarang ini merasa mulai berkembang, serta digesek-gesekkan sekitar bola pinggulku. Merasa seperti amplas, menggaruk lembut seputaran bokongku. 

Vaginaku merasa basah, bercampur liur serta cairan syahwatku, Okta terang nikmati cita rasa cairan itu, bahkan juga condong ketagihan. Waktu saya tengah terbuai enaknya oral seks, mendadak terdengar pintu pagar di buka orang. Saya bergegas turunkan dasterku, serta kembali mengambil posisi duduk di samping Okta, melihat film di HBO, yang tak tahu apa judulnya. 

Nyatanya adikku pulang, saat itu juga, seseorang dayang bangun, buka pintu serta mengambil tas kuliahnya. Yuly, sebut saja sekian, adikku bungsu dari 4 bersaudara, selisih 1 th. denganku. Kuliah di kampus yang serupa dengan kami, tetapi beda fakultas. 

Kampusnya selokasi dengan Okta, Yuly melewati kami serta menuju ke ruangan makan. Lihat potensi ancaman yang makin besar, Okta mengajakku relokasi menyelesaikan pekerjaan kami. Saya berdiri, serta menuju ke kamarku. 

Okta tak beranjak, matanya memandang TV, seakan asik ikuti jalan narasi film itu. Walau sebenarnya saya meyakini, tidak ada sepotong ceritapun yang dapat nyangkut di otaknya. Waktu saya usai bertukar baju, saya menarik tangan Okta, seakan memaksanya bangun. 

“Kau ingin kemana? ” Yuly ajukan pertanyaan dari arah dapur. 

“Mau ke Palasari, mencari textbook! ” jawabku. 

“Aku ingin titip donk! ” Yuly bangkit dari meja makan. 

“Nggak ah, kelak salah! Mendingan kau berbarengan beberapa rekanmu” 

“Malas saya, tidak tahu di mana Palasari! ” Balas Yuly. 

Memanglah Yuly baru saja sebagian Minggu tinggal di Bandung, sesudah merampungkan SMU. Sedang saya sudah satu tahun lebih. Saya tunjukkan keenggananku dititipi buku, soalnya kami serupa sekali tak tertarik ke Palasari. Cuma argumen untuk keluar tempat tinggal. 

“Masih panas, sorean lagi deh. ” Okta berkata, namun dari matanya memberi isyarat.  

“Nggak ah, kelak tak pernah pilih. ” 

Saya memberi argumen, seraya menarik tangannya. Dengan menempatkan tampang seakan masihlah asik melihat, Okta, mencapai remote serta mematikan TV. Waktu kami jalan menyusuri gang sepi, kutarik tangan Okta, yang memegang tanganku serta menempatkannya di dadaku. Dengan liar Okta segera meremas lembut, menambah nafsuku yang pernah terbenam tadi. 

“Hehe belum kapok yah, tadi nyaris saja ketangkap! ” Okta berkata lirih. 

“Gimana donk, ingin banget nih! ” kilahku. 

“Lihat nih! ” Okta merogoh kantongnya, menarik secarik kain, serta nyatanya celana dalamku. 

“Tadi kau ke kamar tidak sekalian dibawa sih? ” Bertanya Okta. 

Waktu itu satu angkot berhenti di depan kami. Saya naik serta seperti umum mengambil posisi di belakang sopir. Posisi teraman, waktu itu angkot dalam kondisi kosong serta berhenti menanti penumpang di Jalan Cipaganti.

Lima belas menit menanti tanpa ada hasil, Angkotnya jalan, kutarik tangan kanan Okta, kuletakkan di pahaku serta kututupi dengan tas. Tangan itu segera meraba serta menggesek vaginaku dari luar celana. 

Dengan menghadirkan mimik sebiasa mungkin saja, hingga sopir angkot tidak bakal menganggap apa yang berlangsung dibawah sana. Tidak berapakah lama, angkot kembali berhenti di depan Ny. Suharti, menambah 2 orang. Saya agak kecewa, bermakna sepanjang perjalanan selanjutnya bakal merasa garing serta panas. 

Di depan universitas, ke-2 orang itu turun, kami meneruskan perjalanan, sekitaran 50 mtr., lantas turun serta jalan kaki ke kost Okta. Kost Okta, satu tempat kost kelas menengah bawah, 60 kamar, terdapat di belakang universitas, campur pria serta wanita. 

Waktu masuk aula tengah, terlihat sebagian mahasiswa rekan Okta tengah main kartu, sebagian lembar seribuan di dalam meja, 5 orang pemain serta terlihat 3 orang komentator. Okta memberi kunci kamarnya kepadaku, serta terlibat perbincangan sesaat dengan beberapa penjudi sembari sesekali memberi komentar permainan. 

Saya masuk ke kamar Okta, yang agak berantakan, lembaran kertas penuh gambar, sebagian penuh tulisan angka berantakan di lantai kamar. Jendela kamar yang dilapis kertas hitam bikin sinar matahari susah tembus. 

Sayup-sayup masihlah terdengar nada mereka di ruang tengah. Walau berjarak sekitaran 10 mtr. dari kamar ini, namun keriuhan yang diakibatkan masihlah merasa. Gairahku bangkit waktu terdengar nada langkah khas Okta. 

Waktu pintu ditutup, kami berpelukan, sembari berciuman, tangan Okta merayap masuk dari bawah kaosku, meremas payudaraku, memencet puting susuku. Lidah yang sama-sama dorong diantara jepitan bibir kami membuatku sungguh melayang, bikin kemaluanku merasa lembab. 

Tangan Okta mendorong badanku, serta membalik tubuhku, hingga saya berdiri membelakanginya. Okta menyelipkan ke-2 lengannya di ketiakku dam kembali memeluk badanku, serta tangannya meraba dadaku dengan leluasa, kesempatan ini ke-2 tangannya bisa bekerja dengan cara berbarengan. 

Memanglah mesti kuakui Okta melakukan tindakan pas, dengan membalik badanku, ke-2 tangannya bisa berkerja dengan bebas, merayap di dadaku, terkadang turun meremas kemaluanku dari luar jeansku, hingga cuma merasa sentuhan enteng. Okta memeluk badanku makin erat, hingga merasa hembusan napasnya di leherku yang semakin membakar birahi. 

“Sayang.. ” Okta berbisik ke telingaku, yang membuatku melihat, serta segera merasa bibirku diserang, kembali ciuman panas berulang. 

Kesempatan ini saya tak dapat terlalu bebas bergerak, lantaran ke-2 lengan Okta merasa ketat menjepit tubuhku. Tanganku cuma bisa kuarahkan ke selangkangan Okta, itupun masihlah merasa terlalu jauh. Di pantatku merasa ganjalan, dikarenakan kemaluan Okta yang sudah ‘Erma” (Ereksi Maksimum). 

Tangan Okta merasa buka kancing celanaku, merasa getaran lembut waktu tangannya menarik turun retsleting, posisi ini sangat mungkin Okta buka celanaku tanpa ada hentikan ciuman kami. Waktu sudah terbuka, Okta menarik turun celana itu hingga melalui pinggulku, serta samping tangannya menyerbu masuk ke balik celana dalamku, sedang yang sampingnya kembali pada dadaku, meremas-remas payudaraku. 

Waktu tangannya perlahan-lahan meraih rambut kemaluanku, berputar-putar sebentar disana, lalu selalu turun mendekati celah kemaluanku dari arah jam 12. Tidak ada jari yang menyusup ke celah bibir vaginaku, telapak tangannya selalu ke bawah, menaungi kemaluanku, hingga membuatku semakin gelisah. 

Saya mengangkat samping kakiku, manfaat melepas celana panjangku. Waktu saya mengangkat kaki, merasa ada jari yang terpeleset menggesek bibir vagina samping dalam. Satu sentuhan enteng yang sungguh membuatku semakin melayang. 

Gesekan itu semakin membuatku ketagihan, hingga saya lakukan ritual melepas celana panjang dengan cara perlahan-lahan, sembari menggerakkan pinggulku, mengharapkan ada jari Okta yang kembali tersesat ke jalan yang benar. Sensasi yang begitu indah, hingga saat ini belum kudapatkan dari suamiku, walau style pacaran kami juga tidak demikian bersih, namun begitu tidak sering dia mengerjaiku dari belakang, saya menginginkan memohonnya, namun takut tunjukkan pengalamanku. 

Back to story, Okta kesempatan ini menciumi tengkukku, sesudah tangannya singkirkan rambutku ke depan. Merasa tengkukku dijilat kecil, serta napasnya menghembus anak rambutku. Saya begitu suka pada jilatan di tengkuk, hingga tanganku mencapai rambut panjangku, serta memeganginya di ubun-ubunku. 

Ini makin bikin Okta leluasa menciumi tengkukku, serta meremas buah dadaku. Berkali-kali jilatannya melingkari leherku, samping tangan di vaginaku serta sampingnya lagi dipayudaraku. Hingga pada akhirnya Okta hentikan ketiga serangannya, yang memberikanku peluang mengatur napasku yang telah kembang kempis. 

{ Nonton Juga Ya Film Dewasa DisiniFILM SEMI Online }

Kesempatan ini Okta mengangkat kaosku, serta melepaskannya lewat kepalaku. Sesudah lepas, Okta kembali menciumi tengkukku, serta saya kembali memegang rambutku di ubun-ubun yang tadi lepas waktu Okta menanggalkan bajuku. 

Jilatannya lebih bebas berputar, merasa demikian nikmat waktu jilatannya bergerak menyusuri tulang belakang turun, diikuti hembusan napasnya yang halus di kulitku. Waktu lidahnya terhambat BH, Okta tak melepasnya, namun jilatannya menyusuri tali BH, ke samping badanku selalu menjilati dengan cara halus naik lagi ke arah pundak, serta kembali turun ke segi badanku. 

Tanganku yang memegangi rambut diatas kepalaku, membuatnya makin gampang menjilati daerah sekitaran ketiakku yang senantiasa tercukur bersih. Sungguh kesempatan ini bikin ke-2 kakiku tidak dapat menyokong bobot badanku. 

Saya segera jalan serta duduk di kasur Okta yang cuma dialas diatas lantai tanpa ada dipan. Okta melepas kaos serta celananya, hingga terlihat kemaluannya bikin celana dalamnya menyembul, ia lantas memungut bajuku serta menggantungnya di belakang pintu kamar berbarengan bajunya. 

Diluar masihlah terdengar nada beberapa penghuni kost yang masihlah asik berjudi. Okta jalan ke kasur, serta mendorong badanku hingga rebah. Okta menindih badanku serta kami kembali berciuman. Kesempatan ini lebih ganas, lidah Okta merasa begitu agresif merangsek ke rongga mulutku, hingga dapat kusedot dengan sekuat tenaga. Dengan bertumpu pada sikutnya, Okta menggerak-gerakkan pinggulnya menyodok daerah selangkanganku. Saya juga menggerakkan pinggulku untuk memberi sensasi gerakan Okta. 

Ciuman Okta saat ini beralih jadi jilatan yang menyusuri leherku, turun selalu ke arah dadaku, serta kembali pada samping badanku. Okta lantas bangkit serta membalik tubuhku lagi, hingga saya saat ini telungkup. Okta melepas kait BH-ku serta saat ini menjilati punggungku selama tulang belakang, membuatku menggigit bibirku manfaat menahan nada desah kesenangan yang kurasakan. Saya semakin menenggelamkan wajahku ke bantal, ketika lidah Okta tiba di daerah pinggulku. 

Tangannya turunkan karet celana dalamku serta menciumi daerah sekitaran belahan pantatku, yang membuatku mengangkat sedikit pinggulku. Rupanya gerakan automatis badanku itu digunakan oleh Okta untuk turunkan celana dalamku hingga hanya paha, dalam posisi 1/2 menungging memberi Okta peluang menjilati daerah peka yang begitu sempit pada dubur serta vaginaku.

Sungguh sensasional, getaran yang didapatkan dari lidahnya segera menambah tegangan birahiku ke titik paling tinggi. Daya berbentuk sentuhan lidah yang begitu enteng diteruskan dengan cara rata serta serupa besar ke semua jaringan saraf kenikmatanku. Ini mirip prinsip kerja Hidrolik, dengan style yang kecil dari lidahnya, dapat membuahkan style angkat yang begitu besar yang diteruskan lewat aliran darahku, kebetulan Okta yaitu mahasiswa Fakultas Tehnik mungkin saja ini yaitu satu diantara praktik pengetahuan yang didapatnya. 

Well, sesudah alami orgasme saya segera jatuh telungkup, ini bikin akses ke daerah celah sempit di pinggulku tertutup dari serangan Okta, hingga dia membaringkan dianya di sampingku, seraya menumpangkan kakinya ke atas pantatku, serta tangannya membelai rambutku serta mengelus punggungku yang agak basah lantaran jilatan Okta serta keringatku sendiri. 

Okta menarik selimut, menutupi badan kami berdua, lantaran memanglah Bandung pada bebrapa waktu itu dalam saat pancaroba dari musim panas ke musim hujan, hingga suhu hawa begitu dingin dibanding dengan bebrapa bln. lain dalam satu tahun. 

Waktu saya coba memulihkan kesadaranku, kurasakan kemaluan Okta yang masihlah terbungkus celana dalam mengganjal di pahaku, saya menghadapkan wajahku ke arah Okta, yang terlihat tersenyum begitu simpatik ke arahku. 

“Astaga, enak sekali rasa-rasanya, saya akan tidak melupakan sekarang ini. ” Bisikku sembari mengelus pipi Okta. 
“Aku juga tidak ingin kehilangan saat untuk menciummu sayang. ” Balas Okta serta mendekatkan berwajah ke wajahku, cukup dekat hingga hidungku yang mancung bisa terjangkau oleh lidahnya. 

Bibirku dapat menciumi dagunya yang merasa kasar ditumbuhi jenggot pendek. Saya membalikkan badanku, hingga kami berdua sama-sama bertemu dalam posisi rebahan side by side. Ketika jeda ini kami umumnya terlibat percakapan, menjadikan satu ketidaksamaan fikiran, beragam permasalahan kuliah, keluarga, bahkan juga permasalahan keuangan umum kami diskusikan. Saya tidak ingat permasalahan yang kami bicarakan waktu itu, namun saya ingat, setiap saat kami usai bercinta, rasa cinta didalam hatiku selalu jadi tambah padanya. 

Tangan Okta meraba-raba buah dadaku, menyentuh-nyentuhkan ujung kukunya di pentil susuku, bikin gairahku bangkit kembali. Tanganku merambat menyusuri dadanya, serta perutnya yang ditumbuhi rambut yang cukup lebat. 

Saya merapatkan badanku, hingga kami bisa sama-sama berciuman. Kesempatan ini tanganku merogoh celana dalam Okta serta mengelus batang kemaluannya serta ke-2 buah pelirnya. Sembari selalu berciuman, saya mendorong badannya sampai telentang, serta kutindih dadanya dengan beberapa badanku, hingga tanganku bisa dengan leluasa bermain dengan kejantanannya. Saya selalu memagut bibirnya, serta perlahan-lahan turun ke dadanya, serta ke puting. 

“Terbalik sayang. ” Okta berkata. 

“Terbalik apa? ” Saya heran serta ajukan pertanyaan. 

“Mestinya saya yang netek, bukanlah kau! ” tuturnya sembari mendorong badanku sampai rebah. 

Tak kuat melawan tenaganya, hingga saya cuma rebah tidak berdaya. Okta menindih badanku, serta menyedot puting susuku. Serta begitu efisien untuk menghidupkan gairahku. Selekasnya merasa cairan di liang senggamaku, Okta menciumi dadaku serta melempar selimut yang menutupi badan kami. Waktu itu tidak kusia-siakan, saya bangkit serta menempati perutnya, kusodorkan dadaku ke mulutnya, hingga Okta segera rebah telentang. 

Tanganku meraba ke bawah, mengocok kemaluannya yang sudah keras. Sedotan Okta di puting susuku merasa mengorbitkan gairahku. Saya lantas turun serta melepas celana dalamku serta menolong Okta melepas celana dalamnya. 

Lihat penisnya yang Erma, saya segera menciumi batang itu, menjilati selama batangnya, berputar-putar di kantung pelirnya, sembari samping tanganku merayap di perutnya. Waktu saya memasukkan batang kemaluannya ke rongga mulutku, terdengar desah Okta seperti baru melepas beban di pundaknya. 

“Oh.. Enak sekali Yang. ” Nada Okta terdengar lirih, sembari tangannya mengungkap rambutku, hingga ia bisa melihat mulutku yang tengah mengulum kemaluannya. 

Memandang matanya yang keenakan, memberi semangatku serta semakin mempercepat gerakan kepalaku, serta memberi kuat sedotan mulutku. Terkadang kuselingi dengan permainan lidah didalam mulutku, menjilati kepala penisnya. 

Waktu kutarik sampai cuma kepalanya penisnya tersisa di mulutku, lidahku kugerak-gerakkan seakan tengah berciuman. Kulihat Okta tak dapat bertemura, cuma mulutnya yang terbuka, coba hirup semakin banyak oksigen.

Okta yaitu pria pertama yang kuoral, walau keperawananku bukanlah kuserahkan kepadanya. Kelak bakal kuceritakan waktu hilangnya keperawananku, juga bagaimana saya peroleh kenikmatan dari kakakku. 

“Sini sayang, saya menginginkan mencium memekmu. ” Okta berkata. 

Saya berputar, hingga selangkanganku bertemu dengan berwajah. Kami berposisi 69, serta semasing lakukan aktivitas sendiri. Waktu lidah Okta menyapu vaginaku, saya segera melayang, merasa Okta menyapu semuanya cairan vaginaku, bersihkan semuanya lendir di celah vaginaku. Begitu nikmat merasa, membuatku makin liar mengulum penisnya. 

Penis Okta memiliki ukuran normal pria Indonesia, terlihat gagah tersunat rapi. Ini yang membuatku begitu nikmati oral seks, ini adalah penis bersunat pertama yang kudapatkan, dengan lelaki terlebih dulu belum kutemukan. Saya begitu nikmati tiap-tiap kontur penis Okta, dengan menggerakkan lidahku mengelilingi palkon, menelusuri tiap-tiap titik dibagian itu membuatku makin tergila-gila pada benda itu. 

Dengan sedikit mengerahkan tenaga lantaran mesti melawan arah alami penis itu. Setiap saat penis itu lepas dari jepitan bibirku, segera terpental seakan terbuat berbahan elastis. Okta melipat lututnya, hingga kepalaku ada di dalam ke-2 pahanya, dengan ke-2 tanganku saya menahan posisi pahanya supaya tak kurangi daerah gerakan kepalaku. 

Sesaat di arah yang berlawanan, merasa begitu nikmat Okta menjilati itilku, sesaat tangannya masuk ke liang senggamaku, bergerak keluar masuk sangat nikmat untuk digambarkan disini. 

Tidak ingin ketinggal, saya juga keluarkan kekuatan oral terbaikku, kujilati selama urat besar dibagian bawah batang penis Okta, serta kuteruskan hingga ke pelernya, bukan sekedar hingga di situ, lidahku selalu ke arah duburnya, menjilat dengan liar, terlihat tunjukkan hasil, Okta menggerakkan pinggulnya ke atas, bikin lidahku dapat makin jauh menjelajahi daerah selangkangannya. 

“Sayang, masukin.. ” kata Okta. 

Saya lantas bangkit, serta merubah posisiku, kesempatan ini saya bertemu dengan Okta, dengan bertumpu pada lututku. Kuraih penis Okta dari tangannya yang tengah mengelus, serta segera kuarahkan ke vaginaku. 

Merasa nikmat waktu benda itu menerobos masuk dengan cara perlahan-lahan, menyusuri celah vaginaku. Kulihat Okta tersenyum, matanya terpejam, kulepaskan tanganku dari batangnya, serta mulai memelintir putingnya. 

Okta buka matanya, serta tangannya mencapai payudaraku. Sembari meremas payudaraku, Okta menggerak-gerakkan pinggulnya, memaksa penisnya masuk lebih dalam lagi. Saya juga selalu bergerak sesuaikan gerakan kami berdua. Terkadang dengan agak memiringkan badanku, hingga ketika Okta menarik kemaluannya, begitu merasa gesekan di segi dalam vaginaku. 

Mendadak saya rasakan penambahan rangsangan, waktu Okta mengarahkan jari telunjuknya ke klitorisku, hingga kuras semua pertahananku. Digesek serta ditekan bikin diriku merasa melayang serta kehilangan pijakan. 

Badanku segera ambruk saat itu juga, menindih Okta, pergantian posisi ini bikin Okta tak bebas menggerakkan jemarinya yang tertekan diantara badan kami. Namun pinggulnya tetaplah bergoyang lembut, mengantarkan diriku nikmati detik untuk detik puncak kesenangan seksual. 

Sesudah lewat orgasme, perlahan-lahan gairahku kembali berkobar, dengan goyangan batang penis di dalam jepitan vaginaku. Okta dengan konstan tetaplah merangsang vaginaku dengan batang enaknya. Saya mengangkat tubuhku, serta memutar membelakangi Okta, sesudah mengarahkan, penis Okta segera kududuki, serta menelan habis semuanya batang penis Okta. 

Posisi favoritku, terkecuali doggy style, juga woman on top, hingga dengan ada diatas serta membelakangi Okta, berlangsung gabungan optimum. Terlebih waktu Okta bangkit 1/2 duduk, serta tangannya meraih buah dadaku yang turut bergoyang, memberi sensasi kesenangan posisi ini. 

Tidak lama Okta lalu mendorong badanku, serta menggantikan posisi diatas, dengan napasnya yang menderu, ia menyelipkan penisnya ke vaginaku. Sesudah mendiamkan sesaat, Okta mulai bergoyang, lututku ditekuk serta agak diangkat hingga pinggulku turut terangkat. 

Samping tangannya menolong menahan ke-2 kakiku, sedang yang satunya menyerbu klitoris yang kurang memperoleh sentuhan pada posisi ini. Kami kerap mendiskusikan beragam posisi, hingga dapat tahu kekurangan serta keunggulan tiap-tiap posisi favorite kami. 

Posisi ini yaitu favorite Okta, sebab ia dapat lihat dengan terang bagaimana sistem keluar masuk batang penisnya ke vaginaku. Terkadang dengan memakai jempol serta jari tengahnya ia merapatkan ke-2 belahan vaginaku, serta jari telunjuknya mengerjai itilku. 

Sesudah bergoyang sebagian menit, Okta lalu mencabut penisnya, serta mengocoknya dengan tangan, serta selekasnya muncrat spermanya, kental putih serta bau yang khas selekasnya penuhi ruang kamarnya itu. 

“Ah.. Enak sekali sayangku.. ” Okta pada akhirnya dapat keluarkan suaranya sesudah alami ejakulasi. 

“Saya senantiasa ingin main denganmu, kapanpun kau ingin! ” Kataku sembari berupaya membantunya mengocok penisnya. 

Ia lantas berbaring di sisiku, serta mengambil kertas tissue. Sesudah bersihkan semua tumpahan spermanya, ia memelukku dengan erat serta menciumi bibirku. Semua tubuhku merasa lemas, terlebih daerah pinggulku, tetapi di segi lain, merasa fikiranku fresh. 

Sungguh indah kesenangan sex. Waktu kuletakkan kepalaku di dada Okta, serta dibelai dengan lembut, sembari sesekali coba mengatur rambutku, waktu itu tidak terbayangkan kalau lalu kami mesti putus. 

Kami putus satu tahun sesudah Okta lulus kuliah serta geser ke Jakarta. Walau sepanjang periode itu ia kerap ke Bandung untuk weekend, namun itu saja tidak dapat menjaga jalinan kami. Saya, seseorang wanita bertemumi, yang sudah memberi kesetiaan serta kegadisanku pada orang lain. 

Syukurlah suamiku yaitu seseorang yang tolol, ia sungguh yakin kalau ia yaitu lelaki pertama yang merobek vaginaku. Saya masihlah senantiasa memikirkan Okta, terlebih waktu tengah bersenggama dengan suamiku, serta saya begitu mujur memperoleh suami yang cukup tolol, hingga kecuranganku sampai kini dapat kututupi dengan gampang. 

Saya yakin kalau kami tidaklah hanya satu pasangan mahasiswa yang lakukan jalinan sex, mungkin saja suamiku sempat juga mengerjakannya. 

Narasi ini mulai saya susun pada th. 2001, waktu saya putus dengan Okta, berupaya sesedikit mungkin saja merubah conversation, tempat tak saya detil sangat jauh. Sebatas mengingat narasi indah diantara kami, sekalian sebagai tumpahan perasaan sesalku waktu menyepakati saran orang tuaku untuk memutus jalinan kami. 

Biarkanlah, sekurang-kurangnya saya berupaya menjaga citra diriku sebagai anak yang penurut, juga sekurang-kurangnya meniadakan keraguan keluargaku yang menyangsikan status keperawananku. Pembaca dapat menghubungi saya, lewat penulis, salah seseorang e-friends, yg tidak pernah tahu ID saya dengan cara terang. Lebih aman seumpamanya kita menceritakan pada seorang yg tidak kita kenal, hingga probabilitas bocor dapat mendekati titik Nol.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com