Tampilkan postingan dengan label Cerita Sex Sedarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Sex Sedarah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Mei 2016

Cerita Dewasa - Indahnya Memek Dari Saudariku

Cerita Dewasa - Memiliki rambut sebahu dengan warna merah yang disemir serta kulitnya berwarna putih gampang menarik perhatian lawan macamnya, kami bersua lagi di kota jogya yang demikian lama telah tidak lama berjumpa, waktu itu dia masihlah kuliah, di perguruan tinggi Jogya waktu dia di jogja dia bertempat tinggal di tempat tinggalnya budenya.

Cerita Dewasa - Indahnya Memek Dari Saudariku

Saya mengenalnya mulai sejak kanak-kanak. Ia memanglah gadis yang lincah, terbuka serta termasuk berotak encer. Satu tahun sesudah saya menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Jalinan kami rukun serta sama-sama menyukai. Kami tinggal dirumah sendiri, agak diluar kota. 

Pada saat melahirkan, isteriku alami pendarahan hebat serta mesti dirawat dirumah sakit lebih lama daripada anak kami. Sungguh ribet mesti menjaga bayi dirumah. Karenanya, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Ratna) dan Ratna dengan suka-rela bergiliran menolong kerepotan kami. Semuanya berlalu selamat hingga isteriku diijinkan pulang serta segera dapat menjaga serta menyusui anak kami. 

Hari-hari selanjutnya, Ratna masihlah kerap datang menengok anak kami yang tuturnya cantik serta lucu. Bahkan juga, heran mengapa, bayi kami begitu lekat dengan Ratna. Bila tengah rewel, menangis, meronta-ronta bila digendong Ratna jadi diam serta tertidur dalam pangkuan atau gendongan Ratna. 

Sepulang kuliah, bila ada saat, Ratna senantiasa singgah serta menolong isteriku menjaga si kecil. Lama-lama Ratna kerap tinggal dirumah kami. Isteriku begitu suka atas pertolongan Ratna. Nampaknya Ratna tulus serta ikhlas menolong kami. 

Terlebih saya mesti kerja sepenuh hari serta kerap pulang malam. Jadi tambah besar, bayi kami menyusut nakalnya. Ratna mulai sedikit mampirke tempat tinggal. Isteriku juga makin sehat serta dapat mengurusi semua keperluannya. Tetapi satu malam saat saya masihlah asik merampungkan pekerjaan di kantor, Ratna mendadak nampak. 

“Ada apa Na, malam-malam begini. ” 

“Mas Danu, tinggal sendiri di kantor? ” 

“Ya, Dari tempat mana anda? ” 

“Sengaja kemari. ” 

Ratna mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Ratna tampak kenakan rok serta T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau minyak wangi khas remaja. 

“Ada apa, Ratna? ” 

“Mas… saya pengin seperti Mbak Tari. ”

“Pengin? Pengin apanya? ” Ratna tak menjawab namun jadi mengambil langkah kakinya yang putih mulus sampai berdiri persis di depanku. Dalam waktu relatif cepat ia telah duduk di pangkuanku. 

“Ratna, apa-apaan anda ini.. ” Tanpa ada menungguku usai bicara, Ratna telah menyambarkan bibirnya di bibirku serta menyedotnya kuat-kuat. Bibir yang sampai kini cuma bisa kupandangi serta pikirkan, saat ini betul-betul mendarat keras. 

Kulumanya penuh nafsu serta nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat serta menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku serta menyedotnya kuat-kuat. Saya berupaya melepaskannya tetapi sandaran kursi menghambat. Kian lebih itu, selalu jelas ada rasa nikmat sesudah berbulan-bulan tak terkait intim dengan isteriku. 

Ratna merenggangkan pagutannya serta tuturnya, “Mas, saya senantiasa ketagihan Mas. Saya sukai terkait dengan lelaki, bahkan juga sebagian dosen sudah kuajak beginian. Tak bercumbu sekian hari saja rasa-rasanya tubuh panas dingin. Saya belum pernah temukan lelaki yang cocok. ” 

Kuangkat badan Ratna serta kududukkan diatas kertas yang masihlah berantakan diatas meja kerja. Saya bangkit dari duduk serta mengambil langkah ke arah pintu ruangan kerjaku. Saya mengunci serta tutup kelambu ruang. 

“Na.. Kuakui, saya juga kelaparan. Telah empat bln. tak bercumbu dengan Tari. ” 

“Jadikan saya Mbak Tari, Mas. Mari, ” kata Ratna sembari turun dari meja serta menyambut langkahku. 

Ia memelukku kuat-kuat hingga dadanya yang empuk seutuhnya melekat di dadaku. Merasa juga penisku yang sudah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut. Ratna merapatkan juga perutnya ke arah kemaluanku yang masihlah terbungkus celana tidak tipis. 

Ratna kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis populer. Aliran listrik seolah menyebar ke semua badan. Saya awal mulanya sangsi menyongsong keliaran Ratna. Tetapi saat kesenangan mendadak menyebar ke semua badan, jadi berlebihan belaka melepas kesempatanini. 

“Kamu sangat bergairah, Ratna.. ” bisikku lirih di telinganya. 

“Hmmm… iya… Sayang.. ” balasnya lirih sambil mendesah. 

“Aku sesungguhnya inginkan Mas mulai sejak lama… ukh…” serunya sambil menelan ludahnya. 

“Ayo, Mas… lanjutkan.. ” 

“Ya Sayang. Apa yang anda kehendaki dari Mas? ” 

“Semuanya, ” kata Ratna sambil tangannya menjelajah serta mengelus batang kemaluanku. Bibirnya selalu menyapu permukaan kulitku di leher, dada serta tengkuk. Perlahan-lahan kusingkap T-Shirt yang dipakainya. Kutarik perlahan-lahan ke arah atas serta dan merta tangan Ratna sudah diangkat sinyal memohon T-Shirt segera di buka saja. 

Kaos itu kulempar ke atas meja. Ke-2 jemariku segera memeluknya kuat-kuat sampai tubuh Ratna lekat ke dadaku. Ke-2 bukitnya melekat kembali, merasa hangat serta lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terdapat di punggungnya. 

Kulepas perlahan-lahan, talinya, kuturunkan lewat tangannya. BH itu pada akhirnya jatuh ke lantai serta saat ini ujung payudaranya melekat lekat ke arahku. Saya melorot perlahan-lahan ke arah dadanya serta kujilati penuh gairah. Permukaan serta pinggir putingnya merasa sedikit asin oleh keringat Ratna, tetapi memberi nikmat aroma gadis muda.

Tangan Ratna mengusap-usap rambutku serta menggiring kepalaku supaya mulutku selekasnya menyedot putingnya. 

“Sedot kuat-kuat Mas, sedooottt…” bisiknya. Saya penuhi permintaannya serta Ratna tidak kuasa menahan ke-2 kakinya. 

Ia seolah lemas serta menjatuhkan tubuh ke lantai berkarpet tidak tipis. Ruangan ber-AC itu merasa semakin hangat. “Mas lepas…” tuturnya sembari telentang di lantai. Ratna memohon saya melepas baju. Ratna sendiri juga melepas rok serta celana dalamnya. Saya juga berbuat sekian tetapi masihlah kusisakan celana dalam. 

Ratna lihat dengan pandangan mata sayu seperti tidak sabar menanti. Selekasnya saya menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap badannya dari arah samping sambil kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Ratna melenguh sedikit lalu sedikit memiringkan badannya ke arahku. Berniat ia selekasnya mengarahkan putingnya ke mulutku. 

“Mas sedot Mas… lanjutkan, enak sekali Mas… enak…” Kupenuhi permintaannya sambil kupijat-pijat pantatnya. Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Ratna. Rambutnya tidaklah terlalu tidak tipis tetapi datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. 

Kumainkan jemariku disana serta Ratna terlihat sedikit tersentak. “Ukh… khmem.. hsss… terus… selalu, ” lenguhnya tidak terang. Sesaat sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku seperti menuai dawai gitar di pusat kenikmatannya. 

Merasa jemari kanan tengahku sudah meraih gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba-raba lembut memiliki irama. Lidahku memainkan puting sambil sesekali menyedot serta menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Ratna dengan tehnik petik melodi. 

Ratna menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat. “Mas… Mas… ampun… selalu, ampun… selalu ukhhh…” Sebentar lalu Ratna lemas. Tetapi itu tak berjalan lama lantaran Ratna kembali bernafsu serta berbalik mengambil inisitif.  

Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan supaya mudah dijangkau, dengan dan merta Ratna menarik celana dalamku. Berbarengan dengan itu melesat keluar pusaka yang paling disayangi Tari. Mengakibatkan, memukul ke arah muka Ratna. 

“Uh… Mas… apaan ini, ” kata Ratna kaget. Tanpa ada menanti jawabanku, tangan Ratna segera mencapainya. Ke-2 telapak tangannya menggenggam serta mengelus penisku. 

“Mas… ini asli? ” 

“Asli, 100 %, ” jawabku. 

Ratna geleng-geleng kepala. Lantas lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm serta panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Dibagian samping kanan tampak menonjol aliran otot keras. 

Sisi bawah kepalanya, masihlah tersisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot serta gelambiran kulit tersebut yang bikin wanita jadi tambah nikmat rasakan tusukan senjata andalanku. 

“Mas, belum pernah saya lihat penis sebesar serta selama ini. ” 

“Sekarang anda memandangnya, memegangnya serta menikmatinya. ” 

“Alangkah bahagianya MBak Tari. ” 

“Makanya anda pengin seperti dia, kan? ” 

Ratna segera menarik penisku. “Mas, saya menginginkan cepat menikmatinya. Masukan, cepat masukan. ” 

Ratna menelentangkan badannya. Pahanya direntangkannya. Tampak begitu mulus putih serta bersih. Di antara bulu halus di selangkangannya, tampak lubang vagina yang mungil. Saya sudah ada diantara pahanya. Exocet-ku sudah siap meluncur. Ratna memandangiku penuh berharap. 

“Cepat Mas, cepat.. ” 

“Sabar Ratna. Anda mesti betul-betul terangsang, Sayang…” 

Tetapi nampaknya Ratna tidak sabar. Belum pernah kulihat wanita sekasar Ratna. Dia tidak menginginkan dicumbui dahulu sebelumnya dirasuki penis pasangannya. 

“Cepat Mas…” ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan-lahan namun sungguh sangat susah masuk, kuangkat kembali tetapi Ratna malah mendorongkan pantatku dengan ke-2 iris tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. 

Tidak terhindarkan, batang penisku seperti mengenai dinding tidak tipis. Tetapi Ratna nampaknya menginginkan main kasar. Saya juga, walau belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat serta sekencangnya. Walau perlahan-lahan bisa memasukirongga vaginanya, tetapi merasa begitu sesak, seret, panas, perih serta susah. Ratna tak gentar, jadi menyongsongnya penuh gairah. 

“Jangan paksakan, Sayang.. ” pintaku. 

“Terus. Paksa, siksa saya. Siksa… tusuk saya. Keras… keras janganlah takut Mas, selalu.. ” Serta saya tidak dapat menghindar. Kulesakkan keras sampai separuh penisku sudah masuk. Ratna menjerit, “Aouwww.. sedikit lagi.. ” 

Serta saya menekannya kuat-kuat. Berbarengan dengan itu merasa ada yang mengalir dari dalam vagina Ratna, meleleh keluar. Saya melirik, darah… darah fresh. Ratna diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. 

Saya menahan penisku tetaplah menancap. Tak turun, tak juga naik. Untuk kurangi ketegangannya, kucari ujung puting Ratna dengan mulutku. Walau agak membungkuk, saya bisa meraihnya. Ratna sedikit menyusut ketegangannya. 

Sebagian waktu lalu ia memohonku mengawali kesibukan. Kugerakkan penisku yang cuma separuh jalan, turun naik serta Ratna mulai terlihat menikmatinya. Gerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Semakin lama tusukanku semakin dalam. Ratna pasrah serta tak sebuas tadi. 

Ia nikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yang mulai basah serta mengalirkan cairan pelicin. Ratna mulai bangkit gairahnya menggelinjang serta melenguh serta selanjutnya menjerit lirih, 

“Uuuhh.. Mas… uhhh… enaakkkk.. enaaakkk… Terus… aduh… ya ampun nikmatnya.. ” Ratna melemas serta terkulai. Kucabut penisku yang masihlah keras, kubersihkan dengan bajuku. Saya duduk di samping Ratna yang terkulai. 

“Ratna, mengapa anda? ” 

“Lemas, Mas. Anda sangat perkasa. ” 

“Kamu juga liar. ” 

Ratna memanglah kerap terkait dengan lelaki. Tetapi belum ada yang sukses menembus keperawanannya lantaran selaput daranya sangat tidak tipis. Tetapi perkiraanku, beberapa lelaki bakal takluk oleh garangnya Ratna mengajak senggama tanpa ada pemanasan yang cukup. Hilang ingatan memanglah anak itu, cepat panas. 

Mulai sejak peristiwa itu, Ratna senantiasa menginginkan mengulanginya. Tetapi saya senantiasa menghindar. Cuma sekali momen itu kami ulangilah di satu hotel selama seharian. Ratna saat itu kesetanan serta kuladeni kemauannya dengan semua style. Ratna mengakui senang. 

Sesudah lulus, Ratna menikah serta tinggal di Palembang. Mulai sejak itu tak ada beritanya. Serta, saat pulang ke Yogya berbarengan anaknya, saya bersua dirumah bude. 

“Mas Danu, ingin nyoba lagi? ” bisiknya lirih. 

Saya cuma mengangguk. 

“Masih gede juga? ” tanyanya menggoda. 

“Ya, lebih gede dong. ” 

Serta malamnya, saya menyambangi di hotel tempatnya bermalam. Pertarungan juga kembali berlangsung dalam posisi keduanya sama sudah masak. 

“Mas Danu, Mbak Tari telah dapat digunakan belum? ” tanyanya. 

“Belum, dokter melarangnya, ” kataku berbohong. 

Serta, Ratna juga malam itu coba melayaniku sampai kami keduanya sama terpuaskan.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com