Selasa, 31 Januari 2017

Gegap Gempita Sex Metropolitan



Dalam kehidupanku tak ada masalah dalam rumah tangga maupun lingkungan kerjaqu. Suamiku juga sangat pengertian dan memenuhi segala kebutuhanku baik lahir maupun batin. Aqupun dilahirkan dalam lingkungan yg memegang teguh agama dan adat jawa. Dan tak heran setamat kuliah aqu dan Mas Heldy memutuskan untuk menikah, sebab kita sudah lama pacaran. Dalam kehidupanku boleh dibilang berkecukupan, selain bapakku yg seorang pamong di daerah jawa tengah, orang tua Mas Heldypun terbilang orang cukup berada dan menetap di jakarta.


Sesudah menempuh hidup bersama dalam rumah tangga kita selama 1,5 tahun, maka kita merencanakan menunda punya anak. Mas Heldy ingin aqu mencurahkan perhatianku kepada pekerjaan dan ingin tetep menikmati kehidupan berdua dulu tanpa di ganggu anak dulu. Ketika ini usiaqu menginjak 27 tahun. tinggiku 158cm dan rambut sebahu. kulitku kata teman2ku sawo matang, sebab jika putih pasti kalah dgn orang chines. Tak heran selama aqu kuliah dulu di daerah surakarta,banyak teman sekampusku yg coba mendekati, namun hatiku terpaut pada Mas Heldy saja. Bukan materi yg aqu kejar pada dirinya, namun sebab sikapnya yg santun thdp aqu. Teman2 bilang aqu terlalu pilih2,namun semua itu salah, dan kebetulan Mas Heldy datang kekostku slalu pake BMW kadang mercy milik orang tuanya. Tapi aqu lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa2, di kampungku orangtuaqu juga punya mobil seperti itu.


Kehidupan sexualku normal dan Mas Heldypun tau ttg seleraqu. Ia sangat mengerti kapan kita bisa berhubungan badan dan kapan tak. Aqupun tak mau Mas Heldy terlalu memporsir tenaganya untuk melaqukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aqu dituntut untuk nrimo dan pasrah saja.

Kita tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Heldy. Di rumah yg luas dan asri ini, kita tinggal dan ditemani dua orang pembantu suami istri. Kedua pembantu itu sudah lama ikut dgn orang tua Mas Heldy. Umur mereka kira2 65 tahun. yg perempuan bernama mak imah dan pak Sobur. Kita mempercayakan rumah kepada mereka jika kita pergi kerja.

Setiap hari aqu kekantor kadang diantar Mas Heldy dan kadang aqu nyetir sendiri. Suatu ketika aqu pulang kantor dan mau kerumah, aqu tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yg dikemudikan oleh seorang lelaki paro baya. Lelaki itu jatuh dan aqu sebab taqut dan kaget, maka aqu larikan saja mobilku kearah rumah. Sehingga dirumah aqu, masukkan mobil dan diam di kamar. Masih terbayg olehku ketika, lelaki itu jatuh dan memanggil manggil aqu untuk berhenti, namun aqu tancap gas.

Dirumah perasanku tak tenang dan itu aqu diamkan saja dari Mas Heldy. sesudah kejadian itu besoknya aqu minta diantar kekantor dgn Mas Heldy. hampir tiap malam aqu bermimpi bertemu dgn lelaki yg ku tabrak itu. hingga2 Mas Heldy heran akan sikapku yg berubah dingin dan gelisah. Lalu Mas Heldy menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Aqupun berterus terang dan Mas Heldy memahaminya. Lalu ia sarankan aqu untuk menagmbil seorang sopir, untuk mengantarku. Aqupun setuju, sebab aqu memang trauma sejak ketika itu menyetir sendiri.

Beberapa hari kemudian, datanglah sopir yg dicari Mas Heldy itu. Alangkah kagetnya aqu, soalnya itu adalah orang yg aqu tabrak tempo hari. Iapun kaget, namun aqu berusaha menagatur sikapku, aqu yakin iapun masih ingat dgnku ketika ku tabrak. Supaya Mas Heldy tak curiga pada orang yg ku tabrak itu, maka aqu setuju saja jika ia jadi sopirku. Aqu pikir itung2 balas jasa ataskesalahanku ketika itu. Namanya Pak Rozzy, umurnya kira2 66 tahun, namun masih kuat dan sehat.
Sejak ketika itu aqu slalu diantar Pak Rozzy kemana aqu pergi, baik kekantor atau belanja. Setiap pagi ia sudah ada di rumah, dan siap2 membersihkan mobilku. Sedang suamiku sudah akrab dgn Pak Rozzy. Suatu hari ketika mengantar aqu kekantor sambil bincang2 Pak Rozzy, bilang padaqu. Bu.. kalau ndak salah ibu dulu, nabrak saya dgn mobil ini kan?.. tanyanya. Aqu terdiam dan Pak Rozzy pun berkata, ibu,,, kejam dan tak bertanggung jawab. Lalu ku jawab… maaf pak.. waktu itu memang saya salah,, saya tergesa gesa ketika itu, jawabku. Alahhhh kalian orang kaya memang begitu.. menganggap orang lain sampah, lanjutnya.. Lalu ku jawab.. janagn gitu pak? saya waktu itu benar2 khilaf kataqu lagi. Lalu ia diam… Aqu… pun diam saja ketika itu, hingga di rumah.

Sejak kejadian itu sikapnya terhadapku jadi lain dan aqu tak ambil pusing. Aneh memang kenapa sejak ketika Pak Rozzy bertanya kepadaqu ketika itu, aqu merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku ketika menatap matanya. Perasaanku kepada Pak Rozzy serasa ingin terus bersama dgnnya. Jika ia pulang sore harinya,aqu merasa ada yg hilang dalam hidupku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantarku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran. Perasanku kepada Mas Heldy biasa saja.

Jum’at sore ketika ia menjemputku, tak tau kenapa aqu minta Pak Rozzy untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aqu mengambil tempat atak kesudut dan suasananya sangat romantis. Pak Rozzy kuajak makan. kita duduk berhadap hadapan, ia pandangngi terus mataqu. Aqupun demikian seperti aqu memandang mas hedra. Tanpa ada kata2 ia genggam jemariku ketika itu, aqu merasa tenang seperti gadis remaja dgn pasangannya. Pak Rozzy lalu meraih tanganku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suamiku dan ada rasa hangat yg mengalir di sekujur badanku. Beberapa ketika kita menikmati suasana yg tak aqu hendaki itu terjadi. Sesudah itu kita keluar dari restoran itu dan menuju kemobil. Dalam mobiku itu, aqu terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otakku tak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aqu bermesraan dgn sopirku yg tak sepadan dgnku dan ia dgn bebasnya meraih dan meremas tanganku.

Dalam mobil sebelum berjalan, Pak Rozzy menoleh kearahku,dan kembali meraih jemariku dan lalu ia rengkuh badanku lalu ia kecup bibirku. aqu kembali seperti orang linglung. Sehingga dirumah aqu terus terbayg sensasi kejadian tadi sore itu. Alangkah kurang ajarnya sopirku itu, bisik hatiku. Malam harinya, dgn separo hati, aqu layani suamiku dgn apa adanya. Tak ada lagi rasa nikmat yg aqu rasakan ketika Mas Heldy mencumbuku dan mensebadaniku. Hatiku slalu terbayg wajah Pak Rozzy. Kalau pikiranku sehat ketika itu, aqu berpikir apa istimewanya Pak Rozzy? tak ada rasanya. tapi aqu slalu terbayg wajahnya, hingga2 ketika suamiku ketika berada diatas badanku ketika melaqukan hubungan badan, aqu kira Pak Rozzy yg diatas badanku, tapi untunglah aqu masih bisa mengusai diri.

Besoknya aqu seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani dgn meraba paha dan dadaqu, tangannya aqu tepiskan, namaun ia hanya senyum. Setiap hari, matanya tak luput memandangku dari ujung rambut hingga kaki. Tak tau kenapa setiap hari, ada2 saja yg ia pegang dari badanku, kadang dadaqu, paha, kadang ia cium bibirku. Namun aqu tak berontak. Suatu ketika ketika pulang kantor, mobil tak ia arahkan kerumah tapi, kerumahnya di kawasan kartosuro. Disana, suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Tak tau kenapa akau, mau saja diajak turun dan amsuk kerumahnya, yg dikelilinggi pohon2 besar. Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yg sudah tua. Dalam rumah itu hanya ada dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal. Lalu Pak Rozzy menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aqu duduk di pinggiran dipan itu. Kalau dilihat, gubuknya seperti rumah dukun dan didindingnya ada semacam tulang2 dan bau menyan.

Pak Rozzy kebelakang dan tak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku. Bu… beginilah keadaan saya, katanya… oooo.. ndak apa lah pak? jawabku. Lalu tiba2 saja ia lingkarkan tangannya di bahuku. Aqu merasa tak enak.. buk… saya,,, ingin… merasakan kehanagatan badan ibu,,, katanya. Dulunya istri saya masih hidup jika tak ibu tabrak saya ketika itu, saya masih bisa menolongnya, namun ibu, membuat saya terlambat.. dan istri saya mati, terangnya. sekarang ibu,, lah yg menggantikannya… lanjutnya lagi. Aqu diam saja ketika itu, aqu begitu sebab pikiranku sudah kosong dan dalam diriku ada semacam gairah yg menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan.

Sesudah berkata begitu, satu persatu pakainanku jatuh kelantai dan setiap inci badanku ia raih dan remah hingga aqu tak berpenutup lagi. Aqu ia baringkan di dipan kayu itu, lalu ia buka pakaiannya hingga, sama2 bugil dgnku. ketika itu aqu sebelumnya hanya berpakaian kantor. lalu ia raih inci demi inci setiap rongga di badanku. Dan akhirnya ia hujamkan kejantanannya kekemaluanku berkali kali. ,hingga derit dipan itu terdengar. Aqu hanya mendengus dan merasa terus dijadikan kuda pacu. Badan mulusku dijamah Pak Rozzy berulang ulang, hingga akhirnya ia pancarkan cairan hangat itu didalam kemaluanku, ada rasa hangat dan tegang ketika ia hingga orgasme. Aqu pun tanpa kusadari dari tadi sudah pula klimax. Badanku ketika itu penuh dgn keringat dan bercampur dgn keringat Pak Rozzy. Aqu mersakan perih dan nyilu pada selangkanganku sebab kejantanan Pak Rozzy panjang dan besar juga. hampir seluruh kulit badanku merah2 dan putingku serasa panas akibat gigitan Pak Rozzy.

Beberapa ketika kemudian aqu di suruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi. Lalu aqu pulang diantarkanya dgn mobilku. Dalam mobil aqu merasa sesal sudah mengkhianati Mas Heldy, namun apa dayaqu, sebab Pak Rozzy sangat berkuasa terhadap badanku, hingga ia berhasil menelanjangngi dan menyebadani ku.
Sejak ketika itu, bila ada waktu ketika aqu pulang kantor, Pak Rozzy slalu menybadaniku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia dgn seenaknya tidur di rumahku dan kitapun bersebadan dgn Pak Rozzy di atas ranjang kita dgn Mas Heldy. Setiap ia menggauliku aqu slalu merasakan puas dan pegal2 pada selangkangannku. Para pembantuku tak curiga atas tindakan kita itu. Pak Rozzy pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku.

Hampir selama 6 bulan aqu menjadi bulan2an nafsu Pak Rozzy, itu, aqupun merasakannya. Namun aqu sedikit tenang, aqu tak bakalan hamil, sebab aqu sudah memasang spiral. Dan itu aqu sadari, sebab hampir setiap berhubungan sex dgn Pak Rozzy, ia slalu mengeluarkan spermanya dalam rahimku. Dan memang aqu sempat mencium bau tak enak ketika ia berada diatas badanku. Bau keringatnya sangat busuk, namun aqu slalu mengganti sprei ranjangku setiap ia meniduriku, sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu. kamarpun aqu semprot dgn wewangian dan acnya slalu menyala.
Dan sekian lama barulah aqu mengetahui dari seorang teman bahwa Pak Rozzy adalah seorang dukun dan aqu sudah di guna- gunainya. Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerjaqu itu, kini aqu sudah terbebas dari guna-guna Pak Rozzy. Iapun lalu, aqu pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sexku dgn ku kepada suamiku. Dgn minta duit sekitar 10 juta dari tabunganku aqu, minta dia keluar. Sejak ketika itu ia tak pernah muncul lagi…


Senin, 30 Januari 2017

Kehormatan Nona Meyta



Sesudah kejadian pada hari yg tak terlupakan itu, Meyta menjadi trauma untuk tinggal sendirian
di ruang kerjanya pada jam istirahat, Meyta selalu berusaha untuk pergi keluar bersama dgn kawan-
kawan sekantor lainnya. Selama itu Mr. Rasyid tetap saja berlaku seperti biasa, seakan-akan tak
pernah terjadi apa-apa, demikian juga dgn Meyta, masing-masing berusaha menjaga kerahasiaan
kejadian tersebut cuma di antara mereka dgn alasan sendiri-sendiri.


Tak terasa waktu berjalan demikian cepat, 6 (enam) bulan sudah berlalu sejak kejadian tersebut.
Buat Meyta kejadian tersebut merupakan mimpi buruk yg tak begitu saja bisa dihilangkan. Sampai
waktu ini seakan-akan masih terasa tangan besar berbulu dari laki laki India tersebut yg merangkulnya
dgn erat tubuhnya yg langsing itu, disamping perasaan tak berdaya menelungkupinya waktu tangan
tersebut mengelus-elus seluruh tubuhnya dan bermain-main pada kedua buah dadanya dan yg lebih
menggelisahkannya lagi adalah perasaan yg masih membekas pada pangkal pahanya sampai waktu ini.

Terlebih-lebih waktu Meyta sedang tidur telentang di tempat tidurnya, terbayg dan terasa kemaluan
besar hitam laki laki tersebut mengaduk-aduk lobang kemaluannya yg menimbulkan perasaan sensasi
dan membuat seluruh tubuh Meyta panas dingin diliputi kenikmatan yg tak terbaygkannya. Kadang-
kadang ada perasaan yg mendesaknya untuk mau lagi mengalami peristiwa itu, tapi di lain pihak
perasaan halusnya dan harga diri sebagai seorang perempuan yg bermartabat tinggi, mengingatkan
bahwa peristiwa yg dialami itu adalah merupakan suatu perkosaan yg brutal yg tak pantas untuk
diingat-ingat kembali.

Hari demi hari berlalu dgn cepat tanpa ada kejadian istimewa, pekerjaan-pekerjaan di kantornya
semakin sibuk menyita waktu Meyta, sehingga kejadian tersebut mulai bisa dilupakannya. Sampai
pada suatu hari, tiba-tiba terjadi demonstrasi para mahasiswa di sekitar Bundaran Semanggi tak jauh
dari kantor tempat Meyta bekerja. Karena situasi pada waktu itu sangat memanas, maka pimpinan
kantor memutuskan untuk memulangkan para karyawannya lebih awal untuk mencegah terjadi hal-
hal yg tak diinginkan.
Waktu itu baru menunjukan pukul 14.30 siang, setiap karyawan buru-buru mengemasi barang-
barangnya di atas meja, mengunci laci dan lemari-lemari pada ruang kerja masing-masing dan cepat-
cepat turun dari gedung kantor untuk buru-buru pulang. Demikian juga dgn Meyta, dgn cepat dia
membereskan surat-surat yg bertebaran di atas meja kerjanya dan segera dimasukkan ke dalam laci
meja kerjanya. Sesudah menguncinya dgn rapi Meyta segera keluar ruang kerjanya dan cepat-cepat
menuju lift untuk turun ke bawah.
Di lantai 25 tempat Meyta bekerja itu sudah kosong, seluruh karyawan sudah turun terlebih dahulu,
cuma Meyta sendirian yg menunggu lift untuk turun ke bawah. Sesudah lift yg turun dari atas
terbuka, Meyta dgn cepat segera masuk ke dalamnya dan segera lift itu menutup kembali dan
bergerak turun. Tiba-tiba Meyta menyadari, dia cuma berdua dgn seseorang di dalam lift tersebut
dan waktu bersamaan orang tersebut menyapa Meyta dgn halus,

“Meyta, mau pulang juga ya!” dgn kaget Meyta segera mengangkat mukanya dan melihat ke
belakang, ke arah suara tersebut berasal. Mukanya mendadak menjadi merah sesudah menyadari
bahwa orang tersebut yg cuma berdua saja dgn dia adalah Mr. Rasyid yg bejad itu. Meyta cuma diam
tak menyambut sapaan Mr. Rasyid tersebut. Mr. Rasyid mencoba menawarkan jasanya untuk
mengantar Meyta pulang dgn alasan pada waktu itu kendaraanumum tak ada yg beroperasi akibat
demonstrasi para mahasiswa di sepanjang jalan Sudirman. Akan tetapi tawaran Mr. Rasyid itu
ditolak secara halus oleh Meyta.

Sesampai di bawah, begitu lift terbuka, Meyta buru-buru keluar dan berjalan ke depan gedung untuk
mencari taksi, sementara Mr. Rasyid menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya yg kebetulan
hari itu dibawa sendiri olehnya tanpa supir. Dgn gelisah Meyta menunggu taksi di depan kantor,
akan tetapi tak terlihat satupun taksi dan kendaraan umum lainnya melintas di depan gedung
tersebut, sementara aksi mahasiswa yg sedang berdemonstrasi di sepanjang jalan tersebut semakin
panas saja. Sementara dalam kegelisahan itu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya dan
waktu kaca jendela mobil tersebut terbuka, kepala Mr. Rasyid menongol keluar,

Sesudah memarkir mobilnya, keduanya masuk ke lobby dan menuju lift. Apartment kawan Mr.
Rasyid terletak di lantai 9, sesudah lift berhenti mereka menuju ke apartement bernomor 916. Mr.
Rasyid segera memencet bel yg terletak depan pintu dan tak lama kemudian pintunya terbuka dan
terlihat seorang lelaki India yg berumur kurang lebih 35 tahun, berparas tampan dgn tubuh yg tinggi
tegap dan berkulit gelap dgn kedua tangannya dan dadanya yg bidang ditumbuhi rambut hitam
lebat. Mr. Rasyid segera memperkenalkan Meyta kepada kawannya yg ternyata bernama Kumar
Punjab yg adalah seorang tenaga ahli pada sebuah pabrik tekstil yg terletak di Jakarta Selatan.

Kedua laki laki tersebut terlibat sebentar dalam percakapan dalam bahasa mereka, yg tak dimengerti
oleh Meyta, yg cuma bisa memandang mereka dgn pandangan mata curiga. Sesudah mengambil
tempat duduk pada sebuah kursi panjang yg terletak di ruangan tamu, Meyta memperhatikan
keadaan apartement tersebut. Apartement itu cuma terdiri dari satu kamar, beserta ruang duduk yg
menyambung menjadi satu dgn ruang makan dan dapur yg terletak paling ujung dari ruangan
tersebut. Terlihat apartement tersebut adalah apartement yg dihuni oleh bujangan, dimana pada
tempat cuci piring terlihat piring dan gelas kotor masih menggeletak belum dicuci. Sesudah
berbincang-bincang sejenak, Kumar meminta diri sebentar untuk keluar, karena akan membeli
minuman dingin dan makanan kecil di toko makanan yg terletak di ground floor.

Sepergian Kumar, suasana di antara Meyta dan Mr. Rasyid menjadi agak kikuk, kepala Meyta cuma
tertunduk ke bawah tanpa berani memandang ke arah Mr. Rasyid. Terlihat bibir bawah Meyta agak
bergetar dan kedua jari-jari tangannya saling menggenggam dgn erat. Meyta agak grogi, sambil
membaygkan apa yg sudah terjadi beberapa bulan lalu, waktu laki laki di hadapannya itu
memperkosanya dgn brutal. Terlintas dgn jelas bagaimana laki laki tersebut menekan tubuhnya ke
atas meja dan mengangkangi kedua pahanya, serta menyetubuhinya dgn ganas. Seakan-akan masih
terasa ngilu kemaluannya dikocok-kocok oleh senjata laki laki tersebut, akan tetapi perasaan nikmat
tiba-tiba melandanya waktu membaygkan kedua puting susunya tergesek-gesek pada dada bidang
berambut tebal dari Mr. Rasyid, waktu dia terduduk dan terlonjak-lonjak di atas pangkuan Mr.
Rasyid karena senjata Mr. Rasyid menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Membaygkan hal
tersebut, tiba-tiba kemaluannya dirasakan basah.

Melihat raut muka Meyta yg berubah-ubah dan matanya yg semakin sayu saja, Mr. Rasyid yg sudah
berpengalaman itu, tak mau melewatkan momentum yg menguntungkannya. Segera dia berpindah
duduk di samping Meyta pada kursi panjang dan sebelum Meyta menyadari apa yg terjadi, kedua
tangan Mr. Rasyid dgn cepat sudah merangkul bahu Meyta dan segera menarik tubuh Meyta
menempel ke tubuhnya. Dagu Meyta diangkatnya menengadah ke arahnya sehingga kedua mata
mereka saling menatap. Mata Mr. Rasyid berkilat-kilat menatap muka Meyta yg ayu itu dan akhirnya
terpaku pada kedua bibir Meyta yg merah merekah yg sedang bergetar dgn halus.

Melihat raut muka Meyta yg berubah-ubah dan matanya yg semakin sayu saja, Mr. Rasyid yg sudah
berpengalaman itu, tak mau melewatkan momentum yg menguntungkannya. Segera dia berpindah
duduk di samping Meyta pada kursi panjang dan sebelum Meyta menyadari apa yg terjadi, kedua
tangan Mr. Rasyid dgn cepat sudah merangkul bahu Meyta dan segera menarik tubuh Meyta
menempel ke tubuhnya. Dagu Meyta diangkatnya menengadah ke arahnya sehingga kedua mata
mereka saling menatap. Mata Mr. Rasyid berkilat-kilat menatap muka Meyta yg ayu itu dan akhirnya
terpaku pada kedua bibir Meyta yg merah merekah yg sedang bergetar dgn halus.

Perlahan-lahan Mr. Rasyid menundukkan kepalanya dan bibirnya yg kasar yg ditumbuhi kumis lebat
menyentuh kedua bibir Meyta yg mungil dan perlahan-lahan mulai melumat bibir-bibir yg indah yg
sudah pasrah itu. Menjelang beberapa waktu, waktu Mr. Rasyid mulai merasakan tubuh Meyta tak
tegang lagi dan bibirnya mulai melemas, maka lidahnya segera ditekan masuk menerobos ke dalam
mulut Meyta dan menyapu langit-langit dan mempermainkan lidah Meyta. Hal ini membuat tubuh
Meyta bergetar dan kepalanya serasa melayg-layg dan tanpa terasa terdengar keluhan halus keluar
dari mulut mungil tersebut,

“Ooohh.. eehhmm..!” Merasakan Meyta mulai merespon aksinya itu, Mr. Rasyid segera
meningkatkan serangannya. Secara perlahan-lahan tangannya segera membuka kancing-kancing
blouse yg dikenakan Meyta dan segera mencopotnya dari tubuh Meyta.

Segera terlihat BH Meyta yg putih menutupi kedua buah dadanya yg kecil mungil itu. BH tersebut tak
bisa bertahan lama melindungi kedua gundukan daging kenyal tersebut, karena segera
tercampakkan oleh tangan-tangan laki laki tersebut. Dgn cepat kedua bukit kenyal mungil itu
menjadi sasaran mulut dari Mr. Rasyid, yg segera mencium dan mengisap-hisap puting yg sudah
tegang itu. Tubuh Meyta cuma bisa menggeliat-geliat dan dari mulutnya keluar suara seperti orang
kepedasan. Melihat keadaan Meyta yg sudah pasrah itu, Mr. Rasyid tak mau menyia-nyiakan
momentum yg ada, dgn tangkas kedua tangannya segera melucuti rok dan sekalian CD Meyta,
sehingga sekarang Meyta terbaring telentang di kursi dgn tubuh yg mulus yg tak ditutupi selembar
benang pun.

Laki laki India tersebut menindihkan tubuhnya pada Meyta yg sudah terbaring pasrah di kursi, sambil
dia memperbaiki posisi tubuhnya agar senyaman mungkin, laki laki tersebut dgn kedua tangannya
membuka kaki Meyta dan segera menempatkan tubuhnya tepat berada di tengah, di antara kedua
paha Meyta yg sudah terkangkang itu.beritaseks.com Dgn tangan kirinya memegang gagang
kemaluannya yg besar itu, laki laki tersebut mulai mengarahkan kemaluannya, ke arah sasarannya yg
sudah pasrah terbuka di bawahnya. Begitu kepala kemaluan bertemu dgn belahan bibir kemaluan
luarnya, tubuh Meyta terlihat bergetar dan kedua tangannya mencengkeram dgn kuat pada kursi,
pandangan matanya menjadi sayu, parasnya keringatan. Dgn perlahan-lahan Mr. Rasyid mulai
mendorong kemaluannya memasuki relung tubuh Meyta yg paling rahasia itu. Seirama dgn
masuknya kemaluan Mr. Rasyid yg besar itu, mata Meyta terlihat membalik ke atas dan rintihan
nikmatnya terdengar jelas keluar dari mulut mungilnya,

"Aahh.. eehhmm..” pada mulanya agak susah juga masuknya, sedikit-sedikit, terlihat Mr. Rasyid
menggerakkan bokongnya maju mundur dgn perlahan-lahan, sambil mulutnya mencium bibir indah
Meyta.

Tak berselang kemudian tiba-tiba dgn suatu sentakan keras, laki laki tersebut menekan pinggulnya
dan terus mendorong kemaluannya, sehingga terbenam seluruhnya ke dalam lobang kemaluan Meyta.
Pas waktu mentok tak bisa masuk lagi Meyta menggigit bibirnya, dan..

“Aahdduhh..” terdengar jeritan halus kesakitan ataupun mungkin kenikmatan keluar dari mulutnya.
Selanjutnya pelan-pelan Mr. Rasyid mulai menggerakkan keluar masuk kemaluannya, kursi itu
berderit-derit menahan gerakan dan tekanan tubuh Mr. Rasyid yg besar itu pada tubuh mungil
Meyta, kembali rintihan, desahan, dan lenguhan khas kenikmatan terdengar memenuhi ruangan,
semakin lama semakin keras, tubuh Meyta menggeliat dalam pelukan ketat Mr. Rasyid yg besar,
kadang-kadang terlihat Meyta mengangkat kepalanya, giginya menggigit bibir bawahnya menahan
kenikmatan yg melanda seluruh pori-pori tubuhnya, kadang-kadang dia menjerit kecil kalau laki laki
India tersebut menekan terlampau dalam.

Beberapa waktu kemudian, rintihan Meyta semakin keras, dan cairan tubuhnya terasa semakin
banyak, tubuhnya melenting kaku dan dari mulutnya keluar suara seperti orang sekarat, Meyta
tengah dibuai perasaannya yg sedang menuju puncak kenikmatan. Parasnya benar-benar cantik
pada waktu itu, sesudah didera depresi sekian lama, sepertinya ini semacam pelepasan buat dia.
Bagian dalam dinding kemaluannya menjepit keras dan berdenyut-denyut, tubuhnya terhentak-
hentak, Meyta mengalami orgasme yg dahsyat, yg membuat perasaannya melayg-layg dan sesudah
masa kenikmatan itu mereda, tubuhnya terhempas lemas di atas kursi. Dadanya terlihat naik turun
dgn nafas memburu seakan-akan orang yg baru menyelesaikan lari cepat 100 m dan kedua matanya
terkatup rapat. Bintik-bintik keringat menghias pelipisnya menandakan satu ronde dari suatu
pergulatan seru yg banyak memakan tenaga, yg baru saja diselesaikannya.

Akan tetapi bagi Mr. Rasyid pertarungan ini belum selesai, bahkan baginya ini baru babak permulaan
ataupun babak pemanasan saja. Melihat Meyta yg ayu itu sudah terkapar lemas itu dgn kedua
matanya yg tertutup dan tubuhnya yg langsing itu tergolek pasrah, menimbulkan suatu perasaan
sensasi pada Mr. Rasyid. Laki laki India tersebut sangat bersyukur bisa menguasai dan menikmati
tubuh perempuan ayu tersebut yg langsing dan mulus itu. Dgn kemaluannya yg besar masih
terbenam dalam kemaluan perempuan tersebut, Mr. Rasyid memeluk tubuh Meyta dan
mengangkatnya dari kursi.

Sekarang tubuh yg langsing dari perempuan tersebut digendong oleh laki laki tersebut, kedua bukit
kecil dgn putingnya yg menonjol keras dari buah dada Meyta tertekan rapat dan tergesek-gesek
pada rambut-rambut lebat pada dada Mr. Rasyid. Kepala Meyta terkulai lemas bersandar pada
pundak laki laki tersebut, kedua tangan Mr. Rasyid memegang kedua bongkahan bokong Meyta dan
kedua kaki Meyta melingkar pada pinggang Mr. Rasyid. Dari belakang kelihatan belahan bokong
Meyta merekah dan kemaluan hitam besar laki laki India tersebut masih bersarang di dalam lobang
kemaluan perempuan tersebut yg menjepit rapat gagang kemaluan tersebut. Mr. Rasyid membawa
tubuh perempuan tersebut merapat ke tembok ruangan tersebut, menekannya di tembok dan mulai
menggerakan bokongnya sendiri maju mundur menekan bokong Meyta ke tembok, akibatnya
kemaluanku yg hitam besar itu menerobos keluar masuk kemaluan Meyta yg sudah basah oleh
cairan kenikmatan yg keluar pada waktu perempuan itu mengalami orgasme. Gerakan bokong laki
laki itu semakin lama semakin cepat dan tekanannya semakin dalam saja. Tubuh Meyta menggeliat-
geliat,

“Ooohh.. oohh.. eehhmm..!” suara lirih terdengar keluar dari mulut Meyta setiap kali laki laki
tersebut menekan bokongnya dgn kuat.

Sementara sedang asyik-asyiknya Mr. Rasyid mengerjai Meyta yg sudah lemas itu, tiba-tiba pintu
apartement itu terbuka dari luar dan Kumar Punjab yg katanya hendak membeli minuman masuk,
kedua tangannya membawa minuman Fanta merah 2 botol besar. Dia melihat sejenak pada aksi Mr.
Rasyid yg sedang mengerjai Meyta itu dgn senyum-senyum. Sementara itu Meyta yg terkejut dgn
kedatangan Kumar tersebut, merasa sangat malu dan mencoba melepaskan diri dari Mr. Rasyid,
akan tetapi Mr. Rasyid dgn kuat tetap memeluk Meyta dan melanjutkan kegiatannya itu. Kemudian
Mr. Rasyid dgn tetap menancapkan kemaluannya ke dalam kemaluan Meyta mengambil posisi
duduk di kursi dgn kedua kakinya terjulur mengangkang di lantai dan Meyta berada dalam posisi
duduk di atas pinggul Mr. Rasyid dgn kedua kakinya terkangkang di samping kiri kanan pinggul Mr.
Rasyid. Kemaluan Mr. Rasyid tetap berada dalam kemaluan Meyta dan sekarang kedua tangan Mr.
Rasyid memegang pinggul Meyta dan mengangkat ke atas dan menekan kembali ke bawah berulang-
ulang sehingga kemaluan Meyta sekarang yg terlihat aktif menelan dan mengeluarkan kemaluan
hitam besar itu.

Sementara itu Kumar Punjab yg sudah meletakkan minuman yg dibawanya ke atas meja, dgn cepat
segera melepaskan baju yg dikenakannya beserta sekalian CD-nya, sehingga telanjang bulat. Terlihat
senjatanya yg tak kalah besarnya dgn Mr. Rasyid sudah tegang siap tempur. Tubuhnya tegap berbulu
dgn kedua pahanya yg gempal juga ditutupi rambut tebal. Kemudian Kumar mendekati kedua orang
yg sedang bergelut di kursi itu dan berjongkok di antara kedua kaki Mr. Rasyid yg terbuka, sehingga
posisinya tepat berada di belakang bokong Meyta.

Melihat itu Meyta segera menyadari akan bahaya yg bakal menimpanya dan mencoba
memberontak, akan tetapi dgn cepat kedua tangan Mr. Rasyid segera membekap tubuh Meyta ke
arah tubuhnya, sehingga Meyta tertelungkup di atas tubuh Mr. Rasyid yg bersandar setengah tidur
pada kursi. Rupanya dalam hal mengerjai perempuan secara bersama-sama, ini bukan merupakan yg
pertama kali mereka lakukan, pada 2 minggu yg lalu, mereka juga menggarap Kinan, perempuan
manis yg bertubuh putih langsing yg bekerja pada perusahaan tempat Kumar Punjab bekerja. Masih
terbayg-bayg di benak Kumar bagaimana tubuh putih mulus Kinan menggeliat-geliat dan jeritan-
jeritan tertahan yg keluar dari mulutnya, waktu kemaluannya mulai menerobos belahan bokong
Kinan dalam posisi yg sama seperti waktu ini. Kumar bertekad untuk merasakan lagi pengalaman yg
mengasyikan itu.

Kumar yg sudah berada tepat di posisi belakang bokong Meyta, menundukan kepalanya dan
menjilat-jilat bokong Meyta. Lidahnya bermain-main pada lobang dubur Meyta, sehingga
menimbulkan perasaan yg sangat geli pada Meyta yg tak bisa dilukiskan, akibatnya tubuh Meyta
menggeliat-geliat dgn kuat dan..

“Aagghh.. jaanggaan.. jaanggaan.. lakukan itu!” Meyta berusaha melepaskan diri, akan tetapi
bekapan tangan Mr. Rasyid pada tubuhnya terlalu kuat, sehingga Meyta cuma bisa menggerak-
gerakan bokongnya ke kiri kanan, tetapi juga tak bisa bergeser terlalu jauh, karena kemaluan besar
Mr. Rasyid masih tertancap di dalam kemaluan Meyta.

Kumar melanjutkan kegiatannya itu dan sekarang dia membasahi bokong dan bagian dubur Meyta
dgn ludahnya, sementara dgn ibu jarinya yg sudah basah dgn ludah, mulai ditekan masuk ke dalam
lobang dubur Meyta dan diputar-putar di sana. Meyta terus menggeliat-geliat dan mendesah,

“Jaannggaann jaannggaan.. aadduuhh.. aadduuhh.. saakiitt.. saakiitt..!” akan tetapi Kumar tak
menanggapinya dan terus melanjutkan kegiatannya. Selang sewaktu sesudah merasa cukup
membasahinya, Kumar sambil memegang dgn tangan kiri kemaluannya yg sudah tegang itu,
menempatkan kepala kemaluannya tepat di tengah lobang masuk dubur Meyta yg sudah basah dan
licin itu.
Kemudian Kumar membuka belahan bokong Meyta lebar-lebar.

“aaduhh, janggaann! Sakkiit! aammpuunn, aammppuunn! Aagkkh” Kumar mulai mendorong masuk,
terus masuk. Sementara Meyta menjerit-jerit dan menggelepar-gelepar kesakitan. Meyta meronta-
ronta tak berdaya, cuma semakin menambah gairah Kumar untuk terus mendorong masuk. Meyta
terus menjerit, waktu perlahan seluruh kemaluan hitam besar Kumar masuk ke duburnya.

“aauugghh..! Saakkiit! jerit Meyta waktu Kumar mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk dubur
Meyta. Akhirnya dgn tubuh berkeringat menahan sakit, Meyta terkulai lemas tertelungkup di atas
tubuh Mr. Rasyid kelelahan dan tak berdaya.

Secara berirama Kumar menekan dan menarik kemaluannya dari lobang dubur Meyta, dimana setiap
kali Kumar menekan ke bawah, bukan saja kemaluannya yg terbenam ke dalam lobang dubur Meyta,
tetapi kemaluan Mr. Rasyid juga tertekan masuk lebih dalam ke dalam lobang kemaluan Meyta.
Benar-benar sangat menyesakkan melihat kedua kemaluan besar hitam itu berada di kedua lobang
bawah Meyta.Terlihat kedua kaki Meyta yg terkangkang itu bergetar-getar lemah
setiap kali Kumar menekan masuk kemaluannya ke dalam lobang duburnya. Dalam kesakitan dan
ketakberdayaan itu, Meyta sudah pasrah menerima perlakuan kedua laki laki tersebut.

Tak lama kemudian mereka bertukar posisi, sekarang Kumar duduk melonjor di kursi dgn
kemaluannya tetap berada dalam lobang dubur Meyta, sehingga tubuh Meyta tertidur telentang di
atas tubuh Kumar dgn kedua kakinya terpentang lebar ditarik melebar oleh kedua kaki Kumar dari
bawah dan Mr. Rasyid mengambil posisi di atas Meyta. Mr. Rasyid mulai memompa kemaluannya
keluar masuk kemaluan Meyta, yg sekarang semakin basah saja, cairan pelumas yg keluar dari dalam
kemaluan Meyta mengalir ke bawah, sehingga membasahi dan melicinkan lobang duburnya, hal ini
membuat kemaluan Kumar yg sedang bekerja pada lobang duburnya menjadi licin dan lancar,
sehingga dgn perlahan-lahan perasaan sakit yg dirasakan Meyta berangsur-angsur hilang diganti dgn
perasaan nikmat yg merambat ke seluruh tubuhnya.

Meyta mulai bisa menikmati kedua kemaluan besar laki-laki tersebut yg sedang menggarap
kemaluan dan lobang duburnya. Perlahan-lahan perasaan nikmat yg dirasakannya melingkupi
segenap kesadarannya, menjalar dgn deras tak terbendung seperti air terjun yg tumpah deras ke
dalam danau penampungan, menimbulkan getaran hebat pada seluruh bagian tubuhnya, tak
terkendali dan meletup menjadi suatu orgasme yg spektakuler melandanya. Sesudah itu tubuhnya
terkulai lemas, Meyta telentang pasrah seakan-akan pingsan dgn kedua matanya terkatup. Melihat
keadaan Meyta itu semakin membangkitkan nafsu Mr. Rasyid, laki laki tersebut menjadi sangat kasar
dan kedua tangan Mr. Rasyid memegang pinggul Meyta dan laki laki tersebut menekan pinggulnya
keras-keras ke depan dan
“Aduuh.. aauugghh..!” keluh Meyta merasakan seakan-akan kemaluannya terbelah dua diterobos
kemaluan Mr. Rasyid yg besar itu. Kedua mata Meyta terbelalak, kakinya menggelepar-gelepar dgn
kuatnya diikuti tubuhnya yg meliuk-liuk menahan gempuran kemaluan Mr. Rasyid pada
kemaluannya.

Dgn buasnya Mr. Rasyid menggerakkan pinggulnya maju mundur dgn cepat dan keras, sehingga
kemaluannya keluar masuk pada kemaluan Meyta yg sempit itu. Mr. Rasyid merasa kemaluannya
seperti dijepit dan dipijit-pijit sedangkan Meyta merasakan kemaluan laki laki tersebut seakan-akan
sampai pada dadanya, mengaduk-aduk di dalamnya, di samping itu suatu perasaan yg sangat aneh
mulai terasa menjalar dari bagian bawah tubuhnya bersumber dari kemaluannya, terus ke seluruh
tubuhnya terasa sampai pada ujung-ujung jari-jarinya.

Meyta tak bisa menggambarkan perasaan yg sedang menyelimutinya, akan tetapi tubuhnya kembali
serasa mulai melayg-layg dan suatu perasaan nikmat yg tak bisa dilukiskan terasa menyelimuti
seluruh tubuhnya. Hal yg bisa dilakukannya pada waktu itu cuma mengerang-erang,
“aahh.. sshh oouusshh!” sampai suatu waktu perasaan nikmatnya itu tak bisa dikendalikan lagi
serasa menjalar dan menguasai seluruh tubuhnya dan tiba-tiba meledak membajiri keluar berupa
suatu orgasme yg dahsyat yg mengakibatkan seluruh tubuhnya bergetar tak terkendali disertai
tangannya yg menggapai-gapai seakan-akan orang yg mau tenggelam mencari pegangan. Kedua
kakinya berkelejotan. Dari mulut Meyta keluar suatu erangan,
“aaduhh.. laagii.. laagii.. oohh.. oohh..” Hal ini berlangsung kurang lebih 20 detik terus menerus.
Sementara itu kedua laki laki itu terus melakukan aktivitasnya, dgn memompa kemaluan-kemaluan
mereka keluar masuk kemaluan dan dubur. Mr. Rasyid menjadi sangat terangsang melihat ekspresi
muka Meyta dan tiba-tiba Mr. Rasyid merasakan bagian dalam kemaluan Meyta mulai bergerak-
gerak melakukan pijitan-pijitan kuat pada keseluruhan gagang kemaluannya. Gerakan kaki Meyta
disertai goygan pinggulnya mendatangkan suatu kenikmatan pada kemaluan kedua laki laki tersebut,
terasa seperti diurut-urut dan diputar-putar.
Tiba-tiba secara bersamaan Mr. Rasyid dan Kumar merasakan sesuatu gelombang yg melanda dari di
dalam tubuh mereka, mencari jalan keluar melalui kemaluan masing-masing, terasa suatu ledakan yg
tiba-tiba mendorong keluar, sehingga secara besamaan kemaluan mereka terasa membengkak
seakan-akan mau pecah dan..

“Aaduuh!” secara bersamaan tangan-tangan mereka memeluk erat-erat tubuh Meyta dan pinggul
mereka dgn kekuatan penuh yg satu menekan ke bawah dalam-dalam pada pinggul Meyta yg
mengakibatkan keseluruhan kemaluannya terbenam ke dalam kemaluan Meyta, disertai suatu
semburan air mani yg keluar dan menyemprot secara deras ke dalam kemaluan Meyta, sedang
Kumar mengangkat ke atas pinggulnya mendorong masuk kemaluan terbenam habis ke dalam
lobang dubur Meyta, sambil menyemburkan cairan kental panas ke dalam lobang dubur
Meyta.Menerima semburan cairan kental panas pada lobang kemaluan dan lobang
duburnya Meyta merasakan suatu sensasi yg tak bisa dilukiskan dgn kata-kata, cuma reaksi
tubuhnya yg bergetar-getar dan ekspresi mukanya yg seakan-akan merasakan suatu kengiluan yg tak
terbaygkan, diikuti tubuhnya yg tergolek lemas, tanpa bisa bergerak. Meyta terlena oleh
kedahsyatan orgasme yg dialaminya dan diterima dari kedua laki laki tersebut.

Sesudah beristirahat sejenak, Kumar dgn cepat segera pulih kembali dan kemaluannya sudah tegak
dgn perkasa siap tempur. Meyta yg masih telentang lemas di atas kursi tak diberi kesempatan oleh
Kumar, segera ditindihnya. Dgn cepat kemaluannya dibenamkan ke dalam kemaluan Meyta dan
Kumar Punjab terus mengerjai Meyta yg kelihatan sudah sangat lemas dan cuma bisa menuruti saja
apa yg diinginkan oleh Kumar. Berkali-kali kelihatan Meyta mengalami orgasme yg dahsyat, itu
kelihatan tiap kali dari getaran tubuhnya yg diikuti oleh kedua kakinya yg berkelejotan. Kedua
matanya terlihat sayu, seakan-akan orang yg sudah sangat mengantuk.


Mr. Rasyid dan Kumar Punjab terus mengerjai perempuan ayu tersebut secara bergantian terus-
menerus sampai menjelang sore hari. Meyta mengalami orgasme berulang-ulang sepanjang waktu
itu. Menjelang jam 5 sore mereka menghentikan kegiatannya, meninggalkan Meyta yg telentang
lemas di atas kursi dgn kaki yg terkangkang dan dari kemaluannya masih mengalir sisa-sisa air mani
dari kedua laki laki tersebut. Sejam kemudian sesudah tenaganya pulih, Meyta dgn tertatih-tatih
bangkit dari kursi dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sesudah itu bersama
Mr. Rasyid yg setengah memapahnya mereka pamitan dan Mr. Rasyid mengantar Meyta ke
rumahnya. Sepanjang jalan pulang, Meyta cuma bisa berdiam diri merenung akan apa yg baru saja
dialaminya. Ada perasaan bingung yg melanda dirinya yaitu antara perasaan puas atas kenikmatan
yg dirasakannya dan perasaan benci pada kedua laki laki tersebut atas perlakuan mereka terhadap
dirinya.

Kejadian ini merupakan pengalaman buruk yg terakhir yg dialami Meyta, karena tak lama kemudian
Mr. Rasyid dan para tenaga asing di group perusahaan tempat Meyta bekerja memutuskan untuk tak
lagi memperpanjang kontrak kerja mereka berhubung dgn krisis ekonomi yg terjadi yg berdampak
juga pada usaha group perusahaan tersebut. Setahun kemudian Meyta bertemu dgn seorang lelaki yg
berasal dari pulau seberang yg sangat mempesonanya dan juga sangat mencintainya dan sesudah
berpacaran beberapa bulan, mereka melanjutkan dgn pernikahan. Meyta sekarang masih tetap
bekerja pada perusahaan itu dan dalam kehidupan keluarganya hidupnya sangat berbahagia dgn
suaminya yg penuh pengertian, sehingga secara perlahan-lahan ia bisa melupakan segala kejadian
buruk yg pernah dialaminya itu, serta bisa menikmati tumpahan cinta kasih suaminya padanya.

TAMAT



Minggu, 29 Januari 2017

Mbak Mira Yang Hot



Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan
sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan
anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali
beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat.


Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin
bulanan: pulang ke rumah orang tua di kampung. Belum sempat aku keluar dari
pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.

“Didik .. “ aku menoleh, ternyata Farah yang langsung
melambai supaya aku mendekat.
“Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku
omongin sama kamu,” kata Farah setelah aku mendekat.
“Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis
kalau kesorean,” jawabku.
“Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku beresin
ini dulu,” Farah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat.
Akhirnya aku duduk kembali.
“Dik, kamu pacaran sama Mela ya?” tanya Farah setelah
ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Farah sengaja
melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua
denganku.

“Emangnya, kenapa sih?” aku balik bertanya.
“Enggak ada apa-apa sih .. “ Farah berhenti sejenak.
“Emmm, pingin nanya aja.”
“Enggak kok, aku nggak pacaran sama Mela,” jawabku datar.
“Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka
jalan bareng sama Mela, sering ke rumah Mela,” kata Farah lagi.
“Jalan bareng kan nggak berarti pacaran tho,” bantahku.
“Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’,” Farah
berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku
ketawa.
“Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.”
“Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang
jelas, aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Mela.”


Aku sama sekali tidak
bohong pada Farah, karena aku sama Mela memang sudah punya komitmen untuk
‘tidak ada hubungan lebih. Maksudnya, hubunganku dengan Mela hanya sekedar
untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal
itu yang kujelaskan seperlunya pada Farah, tentunya tanpa menyinggung soal
‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Mela.

Aku dan Farahpun berpisah di gerbang sekolah. Farah sudah
ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku
sempat berjanji untuk main ke rumah Farah lain waktu.

Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu
jalan-jalan sama Farah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi.
Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku
agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga
untuk membatalkan begitu saja.


Rupanya aturan orang tua Farah yang ketat itu, bakalan
membuat hubunganku dengan Farah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara
pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’. Di tengah
rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Mira,
baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Mira, adalah kakak sulung Farah yang
kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2
minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Mira
kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di
kotamadya mudiknya ke kota kecamatan. Wajah Mbak Mira sendiri hanya masuk
kategori lumayan.

Agak jauh dibandingkan Farah. Kuperhatikan wajah Mbak Mira
mirip ayahnya sedang Farah mirip ibunya. Hanya Mbak Mira ini lumayan tinggi,
tidak seperti Farah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk. Kuperhatikan daya
tarik seksual Mbak Mira ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang
kalau dilihat dari samping,beritaseks.com sehingga rasa-rasanya ingin tanganku
menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Mela. Ah,
seandainya aku tidak ke rumah Farah, pasti aku sudah melayang bareng Mela. Saat
Farah ke toilet, Mbak Mira mendekatiku.


“Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Farah!” katanya
tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.
“Maksud Mbak, apa?” aku bertanya tidak mengerti.
“Farah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin
keluguan dia!” katanya lagi.
“Ini ada apa sih Mbak?” aku makin bingung.
“Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari
tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Mira
itu betul.
“Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain
sama Farah, ya kan?” aku hanya tersenyum, Mbak Mira yang tadinya tutur katanya
halus dan ramah berubah seperti itu.
“Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot.
“Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Mira ini lucu,”
kataku.
“Lucu kepalamu,” Mbak Mira sewot.
“Ya luculah. Kukira Mbak Mira ini lembut kayak Farah,
ternyata galak juga!” Aku tersenyum menggodanya.
“Ih, senyam-senyum melulu Senyummu itu senyum mesum tahu,
kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Mira makin naik, wajahnya sedikit
memerah.
“Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Mira marah,
makin menjadi pula aku menggodanya.
“Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani
macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Mira nampak
benar-benar marah.

Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Mira seperti
itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami.
Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Farah selama ini, sampai pada
acara ‘apel’ pada saat itu.

“Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya
memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Farah sepertinya bukan cewek yang tepat
untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kataku
mengakhiri penjelasanku.
“Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Mira
sudah mulai normal kembali.
“Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,”
kataku lagi.
“Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik
aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?” Aku berpikir sejenak mencerna
maksud pertanyaan Mbak Mira itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Mira tahu
kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.
“Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat
juga,” kataku sambil garuk-garuk kepala.


Setelah itu Farah muncul dan
dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak
beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Mira jika kulihat Farah sibuk
memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Mira. Hampir jam 10 malam
kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek
jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Mira sempat memberiku
sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Farah.
“Baca di rumah,” bisiknya.

Aku lega melihat Mbak Mira datang ke counter bus PATAS AC
seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan
jam setengah 9, berarti Mbak Mira terlambat setengah jam.
“Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum
dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Mira langsung ngerocos sambil meletakkan
hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong.
Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Mira nampak
sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga
berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Mira memencet hidungku sambil
ngomel-ngomel kecil,dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh
menit kami menunggu, sebelum bus berangkat. Dalam perjalanan di bus, aku tak
tahan melihat Mbak Mira yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai
mengelu-elus tangannya. Mbak Mira membuka mata, kemudian bangun dari
sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.


“Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil
berbisik.
“Kan lain jurusan,” aku membela diri.
“Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ Aku
tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Mira sudah lebih dulu memencet
hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.


Yang disebut kamar kos oleh Mbak Mira ternyata sebuah
paviliun. Paviliun yang ditinggali Mbak Mira kecil tapi nampak lux, didukung
lingkungannya yang juga perumahan mewah.


“Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Mira mencubit lenganku.
“Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga.
Jadi, cuek adalah cara paling baik.” Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet
ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Mira
langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.
“Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Mira sambil
menuangkan air dingin ke dalam gelas.
“Kan tadi udah mandi Mbak,” kataku.
“Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,” Mbak Mira
tampak cemberut.
“Kalau gitu, aku duluan mandi,” katanya sambil menyambar
hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Mira tidak masuk kamar, tapi hanya
membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang
ke arah kamar mandi.
“Mbak,” Mbak Mira berhenti dan menoleh mendengar
panggilanku.
“Aku mau mandi, tapi bareng ya?”
“Ih, maunya .. “ Mbak Mira menjawab sambil tersenyum.


Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Mira. Langsung
kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi.

Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil
tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar
desahan Mbak Mira, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya
dilingkarkan ke leherku.

“Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku
jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu
diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian
tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan
Mbak Mira melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang
melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Mira.
“Ih, nakal,” kata Mbak Mira sambil menyentil rudalku yang
terayun-ayun akibat baru tegang separo.

“Sakit Mbak,” aku meringis.
“Biarin,” kata Mbak Mira yang diteruskan dengan melepas
blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atas tinggal BH warna hitam
yang masih dipakainya.
Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Mira yang
masih tertutup BH, dan Mbak Mira tidak melanjutkan melepas pakainnya semua
sambil tersenyum menggoda padaku. Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan.
Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu
terlepas.
“Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau
ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran.

Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil
memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan. Mbak Mira
tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin
bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri
bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat
seranganku yang makin intens itu Mbak Mira mulai menjerit-jerit kecil di
sela-sela desahannya. Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Mira
itu,beritaseks.com sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari
toketnya. Mbak Mira kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna
hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan
matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat. Belum sempat mataku
menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam
rudalku. Kemudian Mbak Mira berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku
ditariknya.


Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa
melihat kelakuan Mbak Mira itu. Mbak Mira langsung menutup pintu kamar mandi
setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower.
Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari
shower. Dan …
“mmmmhhhh ….” bibirnya sudah menyerbu bibirku dan
melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower
mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan
menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian
belakang tubuh pasangan,
“Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa.

Tak ingat berapa lama kami
melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat
persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku
luruskan, sementar Mbak Mira duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai
kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Mira melepaskan bibirnya dari bibirku,
pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati
leherku, berpMira-pMira. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di
dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian
turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam
rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus
mempermainkan pusarku.

Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi
sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap
kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang
menikmati aksi Mbak Mira yang seperti itu. Pelahan-lahan bibirnya merayap naik
menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya
ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpMira
dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat
kemudian, kutekan kepala Mbak Mira ke bawah, sehingga bagian batangku pun masuk
2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan,
berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati
lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi.

Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat
itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Mira seperti melawan. Hal itu
terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan
melepas rudalku dari mulutnya. Kuangkat kepala Mbak Mira, sementara matanya
terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Mira
yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih
sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya
bergantian.


Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya
bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi
mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan
tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya
menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar
dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir vaginanya,
kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di
antar belahan vagina Mbak Mira.


Pantat Mbak Mira mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara
tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya
lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang vaginanya, ku
keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Mira makin panjang, dan sempat ku
lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang vaginanya,
tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya.
Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku.
Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Mira meraih tanganku
lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di
dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Mira mengangkat
kepalaku menjauhkan dari vaginanya. Mbak Mira membuka mata dan memberi isyarat
padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke
atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan
dimasukkan ke dalam lubang vaginanya.
“Oooooooooooohh ,” Mbak Mira melenguh panjang dan matanya
kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Mbak Mira
mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan
memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Mira yang menurutku terlalu
pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak
Mira menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala
menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi
beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Mira
membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan
mata.

Aku menurut dan memejamkan mataku. Setelah beberapa saat aku
memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari
tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak
kurasakan.
Desahan dan erangan Mbak Mira ternyata sangat teratur dan
serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat
kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni
yang begitu Mira. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan
sekelilingku terasa begitu Mira, seperti nama waMela yang sedang menyatu
denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar
biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti
mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.


Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Mira berhenti pas saat
rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi
seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan
kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak
tangannya dan kutahan agar Mbak Mira tidak jatuh ke belakang. Setelah itu
pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan
pantatku.
“Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan
jeritan kecil Mbak Mira itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke
depan. Mbak Mira menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk
tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan
kubelai-belai Mbak Mira yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara
orgasme yang eksotik dan artistik. Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru
diraihnya, Mbak Mira mengangkat kepala dan membuka matanya.

Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut.
Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Mira sudah bangkit dan bergeser ke
samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi.
Mbak Mira mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak
pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti
empot-empotkan ke lubang vaginanya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas
semuanya Mbak Mira memelekku sambil berbisik pelan.


“Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,” aku
mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku
pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang
sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku
gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa,
seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Mela. Bergerak maju mundur
dari pelan dan makin lama makin cepat.


“Aaaah… Hoooohh,” aku hampir pada puncak, dan Mbak Mira
cukup cekatan.
Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari vaginanya.
Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya.
Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya
dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga
rudalku tepat berada di atas perut Mbak Mira.

“Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,” beberapa kali
spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Mira. Aku merebahku tubuhku yang
terasa lemas di samping Mbak Mira, sambil memandanginya yang asyik mengusap
meratakan spermaku di tubuhnya.
“Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu
Mbak Mira mengucapkan kata-kata itu.

Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata
sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Mira. Saat
di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang waMela
dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.
“Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi
aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di
jiwaku.” Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Mira
dan hanya dari Mbak Mira, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja
belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Mira.
Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama
meskipun persetubuhan berakhir.
“Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Farah.
Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Aku
terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Mira memperingatkanku
tentang Farah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.


Sabtu, 28 Januari 2017

Sodok Terus Mas


Aku mempunyai kisah seks yg terjadi di tahun 2013 waktu itu aku adalah
penjual alat alat medis untuk keperluan rumah sakit. Awalnya waktu ada pegawai baruku yg
mendaftar sebagai karyawan namanya Diana dia sangat supel dan ceria dia memiliki kesabaran yg
sangat tapi matanya yg agak nakal.

“Biarin” pikir aku, selama dia mampu menjualkan alat-alat medis perusahaan, dia tetap layak
dipertahankan sebagai karyawan marketing yg digaji dgn baik.
Meskipun kadang melihat Diana pengin banget ngerasain badannya. namun aku tak mau terlibat
cinta dgn karyawati aku, apalagi Making Love, meskipun aku sendiri belum menikah, wibawa aku
sebagai boss bisa luntur jadi bubur.

Alkisah aku memesan alat USG dua minggu yg lalu, dan kini tibalah barang pesanan senilai 450 juta
tersebut dihadapan aku. USG (Ultra Sonografi) 3 dimensi berwarna. Diana tentu saja ikut terlibat
dalam transaksi ini.
Siang itu setelah Diana menjemput barang pesanan tersebut dari jasa courier, sekarang dua wujud
menakjubkan itu ada di depan aku. Yg satu Diana yg lain CKD-USG yg sangat istimewa itu.
Kenapa istimewa, karena kalau untuk USG bayi dalam kandungan, wajah bayi pun bisa nampak
seperti foto, juga untuk USG alat-alat dalam yg lain, baik itu ginjal, jantung, pembuluh darah yg
besar, maupun ovarium dari seorang perempuan.

Sempat aku telpon kepada Rumah Sakit pemesan bahwa barang pesanan mereka sudah datang,
karena Direktur Medis sudah pulang. Aku telpon ke rumah beliau, dan beliau perintahkan untuk
melakukan pengiriman barang jam 8 pagi besok di Rumah Sakit tempat beliau bekerja. Sambil dia
pesan, agar barang yg diterima harus sudah siap dipakai dan dioperasikan.
“Mati !’ pikir aku, karena itu artinya hari ini juga aku harus merakitnya, karena alat medis elektronik
yg mahal seperti ini, semua komponen dalam bentuk lepas (CKD = Completely Knock Down).

Akhirnya setelah menerima “perintah” dari pembeli, aku panggil bagian service yg Insinyur Elektro
untuk mulai merangkai USG ini. Mulai sore tersebut, akhirnya dgn berdebar-debar, selesailah semua
jam 12 malam.
Diana tentu saja tak boleh pulang hingga malam tersebut, karena sebagai bagian Marketing diapun
akan mendapat share keuntungan 5 % dari nilai transaksi ini. Selain melayani kita dgn membuatkan
kopi.

Pak Sabastian, 10 tahun lebih tua dari aku yg merakit alat ini sudah nampak kelelahan dan ikut
tegang sewaktu aku mulai menancapkan kabel listrik. “ON”…hiduplah alat mahal ini, kita bertiga
termangu-mangu didepan alat ini, selain ini untuk pertama kalinya juga perusahaan kita mendapat
pesanan alat ini, juga pertama kali Pak Sebastian merakit.
Tinggal kita bertiga di ruang elektrik perusahaan, semua karyawan tentu sudah pulang dan terlelap
dirumah masing-masing.
Kita bertiga takjub memandangi alat yg sudah hidup tersebut, nampaknya tak ada trouble
sedikitpun, “Ayo kita coba, kita hanya punya waktu 7 jam sebelum menyerahkan barang ini” suara
aku memecah keheningan

“Aku, Pak !” Pak Sebastian langsung menyahut, selain dia sudah hapal alat-alat medis kedokteran,
dia juga tahu kecanggihan alat ini dan pemeriksaan yg berharga 500.000 untuk setiap kali total USG
seluruh badan.
Dgn bersemangat Pak Sebastian melepas bajunya dan tidur dimeja kerja bagian elektronik yg
sebenarnya meja ping-pong..Mulailah aku jadi ahli USG dadakan, berbekal buku manual dan seingat-
ingatnya pelajaran Anatomi, aku mulai memeriksanya dgn memberinya lubricant / pelincir agar prop
USG yg besar ini bisa digeser dgn mudah di badan pak Sebastian.
Dari Jantung, Lambung, Kantong Empedu, Pembuluh Darah dan Ginjal.Luar Biasa !, dari layar
nampak persis seperti mata aku ada didalam badan Pak Sebastian. Aku dan Diana tertawa sewaktu
nampak adanya batu kecil di Ginjal sebelah kiri Pak Sebastian, Pak Sebastian langsung meringis
kawatir.

“Tenang saja Pak, masih kecil sekali, pakai obatpun aku harapkan bisa hilang”.
“Aku gantian, Pak” Diana ikut-ikutan muncul suaranya setelah takjub melihat percobaan aku pada pak Sebastian.
Aku mendadak bengong, selain ruang yg penuh dgn alat elektronik dan hanya ada meja pingpong ini,
hanya ada Aku, Diana dan Pak Sebastian.
Aku memandang Pak Sebastian, nampaknya dia mengerti kejengahan aku,
“Iya, pak dicoba saja pada Diana, sekalian untuk dicoba untuk melihat telur dan rahim”,
“Tapi.”kata aku.
“Sudahlah pak,
dicoba daripada nanti kita diklaim nanti aku yg repot” dia menyahu
“Cobalah Pak, tak usah sungkan, biar aku pamit pulang dulu” Pak Sebastian matanya nampak serius,
tapi nampak diujung bibirnya senyum kecil, pengertian sekaligus menantang aku untuk “memeriksa”
Diana. “Pamit Pak !, aku pulang dulu”
Langsung dia ngeloyor pergi, mungkin kelelahan, mungkin tak ingin mengganggu “acara” aku dgn
Diana.
Setelah Pak Sebastian tak lagi di ruang, tinggal aku bersama Diana,
“Jadi, Pak ?” suara Diana kembali muncul, aku hanya bisa mengangguk-angguk
‘Ya, silahkan”.

Tanpa ragu sedikitpun Diana melepas kancing bajunya dan membaringkan diri di meja pingpong,
nampak BH Krem dan sebagian buah dada yg menyembul, kulit yg putih dan sangat bersih.
Aduh…”Kemaluanku” mendadak bangkit ditengah malam !.
Mulailah aku memberikan pelincir di perutnya yg putih dan kencang, “Hi-hi-hi, dingin, pak”. sewaktu
pelincir menetes diperutnya. Aku periksa lambung dan ginjalnya, normal semuanya. Aku tak berani
memeriksanya lebih lanjut.
“Pak, sekalian yg lain, mumpung gratis”.
Aku mulai menggerakkan prop USG ke bagian badan atasnya, karena BHnya masih ditempat tentu
saja aku tak bisa mengarahkan prop tepat ke Jantungnya
“Diana, eh.eh.”.
”Oh, ini Pak” Sambil memegang BHnya ” Sebentar, Pak” dgn gaya akrobat seorang perempuan, BH
Diana sudah terlepas.

Nampak buah dada yg sangat indah di depan aku , puting yg kencang dan bagus , buah dadanya
meskipun tak besar akan namun kencang, nampak kenyal dan sangat proporsional kiri dan kanan.
Aku mulai mengarahkan prop USG ke arah Jantungnya dgn menggesernya dari daerah perut.
Nampaknya Diana menikmati geseran prop USG tersebut, kedua putingnya nampak mengeras
menjulang. Lebih gila lagi malahan sekarang dia menutup kedua matanya, sambil berdesis pelan.
Aku arahkan prop USG tepat di jantungnya, dgn pembesaran 200 X, aku mulai “membaca” ruang-
ruang jantungnya.
Karena aku mencoba menelusuri bagian kiri dan kanan jantung, tentu saja aku harus berulang-ulang
menggeser prop USG, sambil mengatakan padanya apa yg aku baca dari layar monitor. Tak pernah
sekejappun Diana membuka kedua matanya, sambil terus berdesis-desis pelan.


“Kemaluanku” sudah tak tahan lagi, lihat keadaan seperti ini. Waktu tangan kanan aku memegang
dan
menggeser prop USG, entah dari mana mendadak refleks tangan kiri meremas buah dada kanan
Diana.
Aku remas-remas dan memain-mainkan pelan buah dadanya. Desis Diana makin jelas kentara,
“Terus.Pak”…”Terus Pak” Diana berbisik
”Mana tahan” pikir aku.
Sudah tak ingat lagi antara boss dan karyawatinya. Aku letakkan prop USG tersebut, sekarang yg
memeriksa jantungnya adalah tangan kanan aku di buah dada kirinya. Aku isap-isap dan gigit-gigit
pelan buah dadanya. “Enak Pak.terus.terus” sambil tetap terus menutup mata.
Aku jilat-jilat dan ciumi perutnya, tangan kanan aku sekarang sudah berpindah ke arah
selangkangannya yg masih terbalut rapi dgn rok. Aku elus-elus dgn halus selangkangannya, terasa
lembab. “Eh.eh..eh.enak pak”

Aku masukkan tangan aku kedalam roknya, teraba CD-nya, basah nian, kakinyapun tak lagi sejajar
seperti tadi, sekarang kakinya mementang lebar-lebar memberi kesempatan tangan aku untuk
mengeksplorasi selangkangannya lebih lanjut.
Aku tarik tepi CDnya, teraba vulvanya yg sudah basah, aku gosok pelan-pelan bibir dalam kemaluannya.

Lendir kemaluannya mempermudah aku untuk menggosok-gosok jari tengah aku ke kemaluannya,
juga
kelentitnya. “Ekh..ekh..ekh”..makin keras suara Diana.

“Sebentar yaa”..mendadak aku bangkit, aku segera matikan USG dan lampu ruang elektronik yg
terang benderang itu dgn segera. Aku lepas segera semua baju yg aku kenakan juga CD aku. Aku
sudah tak sabar lagi.
Dianapun juga tak mau kalah, tanpa diperintahkan, langsung dia lepas semua baju, rok, dan CDnya.
Dari remang-remang penerangan dari ruang sebelah sekarang nampaklah Diana yg telanjang bulat
dan menakjubkan. Bukit keperempuanannya dipayungi oleh rambut yg lebat,Cerita Sex
“Pantas, alisnyapun lebat” pikir aku. Kini aku langsung mengarahkan mulut aku ke kemaluannya,
karena lebatnya “hutan” keperempuanannya, aku terpaksa menggunakan kedua tangan aku untuk
menyibak “hutan”nya. Gantian sekarang malah Diana yg mengelus-ngelus dan memilin-milin buah
dadanya sendiri.

Memeknya berbau khas yg agak keras dan berasa asin, seperti keju belanda. Maklumlah, kita
berdua tak sempat mandi sejak pagi hari tadi. Tapi sudahlah mulut aku sudah dalam posisi itu. Aku
jilat-jilat kelentitnya dan naik turun di bibir dalam kemaluannya naik – turun.
“Pak, masukin.pak” Diana memohon. Tanpa perintah kedua, aku berdiri. Aku tarik badan Diana
ketepi meja pingpong, segera aku masukkan “tongkat naga” aku ke kemaluannya.
“Bless…” tanpa kesulitan aku masukkan
“Kemaluanku” aku, karena lendir di kemaluan Diana sudah membanjir, selain posisi aku yg berdiri
mempermudah hal itu. Aku pegang pinggulnya, aku tarik dan dorong badan Diana, sesuai dgn arah
laju pinggul aku yg maju mundur.

“Ekh..ekh..ekh”.terus menerus suara Diana terdengar keenakan. Setelah 10 menit mendadak tangan
Diana memegang sangat keras kedua tangan aku yg sedang memegang pinggulnya ‘Maaasssss..”
Diana menjerit tertahan…pada waktu yg bersamaan, kemaluan Diana berdenyut-denyut keras
“Kemaluanku” aku yg didalamnya seperti diremas-remas dgn lembut oleh kemaluannya. Diana
klimaks hebat, pantatnya tak lagi terletak dimeja pingpong tapi terangkat keras keatas. Rupanya dia
sedang menikmati semaksimalnya klimaks dan keheningan sewaktu yg timbul pada dirinya.
Setelah dia agak tenang, aku baru kembali memompanya, terasa agak kering sekarang kemaluannya,
habis lendirnya
“Sakit, mas..sakit, mas” dia mengeluh.
“Tanggung” pikir aku. Segera aku ambil pelincir USG yg tergeletak dekat kita, aku olesi kepala
“Kemaluanku” aku dan juga kemaluan Diana, segera aku masukkan kembali “Kemaluanku” aku
kedalam kemaluannya, sekarang kembali licin seperti semula.
“Terus. mas, enak”…aku tetap dalam posisi semula, sekarang dgn bekal sedikit pelincir diibu jari aku,
aku bantu Diana dgn menggosok-gosok kelentitnya. Kali ini, sungguh sulit aku klimaks, konsentrasi
aku buyar total, setelah Diana memanggil aku dgn sebutan “Mas”, aduh aku ini boss-nya.

Tapi “what the hell, what will be, will be”. Kembali aku berusaha konsentrasi untuk mengeluarkan
semua isi “Kemaluanku” aku. Rupa-rupanya “perkosaan” aku dgn ibu jari kanan aku memakai
pelincir di kelentitnya mengundang kembali klimaks Diana. Sedangkan otak aku masih berperang
antara “Mas dan Pak”.

“Tahan mas.tahan.aku mau keluar lagi”..dalam hitungan menit muncullah “Maaasss.masss..masss.”
dan remasan lembut kemaluan Diana yg berdenyut-denyut di “Kemaluanku” aku. Diana klimaks
untuk kedua kalinya, namun tak sehebat yg pertama, tangannya meremas keras tangan kiri aku,
sedangkan tangan kanan aku masih aktif di kelentitnya. “Rugi, kalau aku tak klimaks” pikir aku.
Segera gantian aku menutup mata, konsentrasi penuh membaygkan kemaluannya Sharon Stone.
Aku percepat pompaan aku di selangkangannya.
“Akkkkhhhhhhhhhhh..” aku mendengus panjang, aku keluarkan semua isi “Kemaluanku” aku
kekemaluannya, dan aku tanamkan sedalam-dalamnya “tongkat naga” aku..aku klimaks.
Aku tergeletak disamping Diana, dua manusia telanjang bulat dgn kemaluan dan “Kemaluanku” yg
berleleran air mani.
Diana memeluk aku , dijilat-jilat pelan telinga aku “Maaf ya mas, sejak tadi malam memang aku lagi
“kepengin”” Diana berbisik. “Puas mas ?, aku puas sekali”. Aku mengangguk.

“Ayo kita pulang” aku mengingatkan, jam sudah menunjukkan jam 2 malam. Segera kita berdiri dan
merapikan baju, Diana kekamar mandi membersihkan sisa-sisa air mani yg berleleran di
kemaluannya.
Aku sekarang sendirian di ruang elektronik, lampu sudah aku hidupkan kembali, sambil merokok dan
menunggu Diana kembali ke ruang ini, aku termangu-mangu. “Aduh, sekarang dia panggil aku Mas,
padahal aku bossnya, belum lagi kalau dia hamil”
TAMAT


Keperawanan Pembantuku


Kisah ini bеrаwаl kеtikа saya di pindah tugaskan perusahaan kе luar daerah kаrеnа kinеrjа saya yang dinilai bаguѕ. Saya ѕеmреt ѕеdih karena hаruѕ рiѕаh sama kekasih уang saya ѕауаngi.. Tарi kаrеnа ini promosi dari perusahaan maka saya terima dengan senang hati dan penuh semangat. Saya diangkat menjadi kepala kantor cabang di Semarang

Sеѕаmраi di Semarang saya dареt fаѕilitаѕ rumah dinas yang lumayan besar dilengkapi dengan isinya serta mobil dinas untuk operasionalku.

Sеtеlаh 1 bulаn bеrlаlu,saya merasa ga sanggup jika harus nguruѕi itu rumаh,mаklum saya bеrаngkаt раgi,рulаng mаlаm jadi rumаh асаk2аn dаn kоtоr bаngеt karena ga sempet ngurus. saya ngеrаѕа gа nуаmаn,dаn saya mutuѕin untuk nуаri pembantu buаt nguruѕi rumаh.

Saya ѕеmраtkаn dаtаngi ѕаlаh ѕаtu уауаѕаn реnуаlur di kоtа,saya ambil 1 оrаng уg saya рikir biѕа kеrjа,оrаngnуа biаѕа аjа,mаѕih mudа,umur 18 tаhun,asli banjarnegara,dаn alasan lain уg bikin saya рilih diа,diа kеliаhаtаn mahir bekerja ѕааt saya mеlihаt саrа рrаktеk di bеbеrара оrаng уg di tаwаrkаn..

Sеbеnаrnуа beberapa dari mereka ada yang dengan sengaja mencoba memikat saya dengan bahasa tubuhnya untuk tujuan lain. Tapi pilihanku tetap kepada Tutik karena memang niat awalku adalah mencari pembantu. Saya mintа Tutik di аntаr kе rumаh hаri ѕаbtu,kаrеnа saya рikir hаri minggu saya аkаn реrgi dаn Tutik bisa ngurusin rumahku

Hаri ѕаbtu sore оrаng уауаѕаn dаtаng mеngаntаr Tutik,dаn saya lunаѕi biауа аdminiѕtrаѕi,lаlu jаdilаh Tutik pembantu di rumаh saya. Hаri minggunya saya pergi berlibur dan tinggаl diа di rumаh,untuk bеrѕih2 dаn сuсi bаju уg udаh menumpuk. Hаri ѕеnin раgi saya dаtаng kе rumаh,saya ѕеnеng bаngеt rumаh udаh bеrѕih semua sudah tertata dengan rapi.

Kаrnа saya рuаѕ,saya kаѕih Titik uаng untuk beli keperluannya atau hanya sekedar untuk pegangan kalau kalau ada kebutuhan mendadak. Diа ѕеnеng bаngеt,saya bilаng itu di luаr gаji dаn uаng mаkаn..saya kаѕih diа uаng makan kаrеnа memang saya selalu makan diluar sebelum ada Tutik.

Hаri2 bеrlаlu,saya еmаng tidаk реrnаh mеmаndаng ѕtаtuѕ оrаng dаri реkеrjааnnуа,wаlаuрun Tutik аdаlаh реmbаntu,tр diа ѕеring сеritа tеntаng masalah рribаdinya,tеntаng оrаng tuа di kаmрung dll.

Dаri ѕitu saya tаu bаhwа оrtu Tutik sudah meninggal dаn Tutik terраkѕа bеkеrjа untuk mеnghiduрi adik adiknya,saya akhirnya jugа tаhu bаhwа Tutik di kаmрung рunуа расаr,dаn расаrnуа itu ѕеring tеlрon,Tutik kаdаng mеngеluh jugа kаrеnа расаrnуа ini ѕеring minjеm duit tр gа di bауаr. Saya ѕеring nаѕihаti diа ѕuрауа lеbih hаti2 dаlаm расаrаn,lеbih2 соwоk kауаk gitu,dаn diа рun mеngаngguk
.
Kаmi tiар mаlаm nоntоn tv bаrеng,kаdаng bесаndа,bаhkаn kе mаll bаrеng untuk bеlаnjа ѕаbun dѕb..kаdаng kаlаu saya lаgi аdа duit saya bеliin diа bаju kаrеna saya tаhu bаjunуа itu2 аjа..

Tаk tеrаѕа ѕudаh 6 bulаn Tutik kеrjа di rumаh,dаn kеlihаtаn diа ѕаngаt bеtаh,tеrlihаt dаri bаdаn diа уg ѕеkаrаng jd lеbih gеmuk di bаnding ѕааt реrtаmа dаtаng..tр hаl itulаh уg mеnggаnggu рikirаn saya..bоdу nуа juѕtru bikin saya guѕаr..tоkеtnуа уg dulu kеlihаtаn kесil tр ѕеkаrаng mаlаh kеlihаtаn nуеmbul,bоkоngnуа уg dulu biаѕа аjа ѕеkаrаng jd mеnаrik,hаduh….saya рikir bаhауа ni..tр saya buаng jаuh2 реrаѕааn itu..

Diаm2 saya ѕukа ngintiр diа kаlо hаbiѕ mаndi…kаdаng saya jugа сuri2 раndаngаn kе аrаh раhаnуа kаlаu diа lg раkе bаju dаѕtеr dаn duduk ѕеmbаrаngаn…

Suаtu hаri saya dареt tugаѕ dаri kаntоr untuk mеnguruѕ рrоуеk di Banyuwangi,saya hаruѕ реrgi ѕеlаmа 2 minggu..saya реrgi dаn bеrреѕаn ѕuрауа hаti2 jаgа rumаh ѕеlаmа saya реrgi kepada Tutik.

Di sana saya sering sms mеnаnуаkаn kаbаr,dаn saya bеrаnikаn untuk ѕmѕ уg bеrnаdа mеmаnсing..ѕереrti
“km udаh mаndi bеlum ѕuTutik sexy?”…dаn diа рun mеmbаlаѕ dеngаn “udаh masku ѕауаng”…

Dаn saya раnсing2 diа dеngа ѕmѕ bаhwа ѕеbеnаrnуа saya ѕukа mа diа…tр tаkut di tоlаk kаrеnа Tutik udаh рunуа соwоk. Tаk di ѕаngkа Tutik mеmbаlаѕ dеngаn ѕmѕ уg ѕаngаt mеngаgеtkаn.

“Mas kеnара gа bilаng,Tutik jugа ѕukа bаngеt mа mas,tр Tutik tаkut,Tutik kаn сumа реmbаntu”..
Wаh..ini уg saya tunggu…saya tlр diа..dаn kitа рun ngоbrоl раnjаng lеbаr tеntаng ѕеringnуа saya сuri2 раndаng…dll.

Selesai tugas saya рun рulаng kе Semarang,saya lаngѕung mеnuju rumаh..Tutik mеnуаmbut dеngаn ѕеnуumаn mаlu…saya рun mеnсubit lеngаnnуа..tаndа kаngеn. Saya bеrаnikаn mеngаjаk Tutik ngоbrоl mаlаm itu. Kаmi рun ngоbrоl,tр tеrlihаt ѕеkаli Tutik ѕаngаt kаku dаn tidаk ѕереrti biаѕаnуа saya bеrtаnуа

“kеnaра Tut”…
“gа ара2 а” Tutik mеnjаwаb.

Saya duduk mеndеkаti Tutik diа ѕаngаt tеrlihаt gеliѕаh saya dеkаtkаn bibir аnе kе bibir Tutik. Tutik ѕеdikit mеnghindаr..tр saya udаh реngеn bаngеt mеnсium Tuti. Saya ѕеdikit mеmаkѕа dаn kаmi рun bеrсiumаn,saya mаinkаn lidаh saya di di bibir Tutik…kаmi рun bеrgumul mеѕrа dеngаn hаngаtnуа di tеmаni hujаn,bibir kаmi ѕаling berpagutan.

Mаlаm itu tаk tеrjаdi ара2..Saya gа ingin buru2 mеlаkukаn ѕеѕuаtu..saya tаkut Tutik аkаn mintа реrtаnggungаn jаwаb bilа saya setubuhi diа mаlаm itu.

Eѕоk hаri nуа ѕерulаng kеrjа saya lаngѕung mаndi kаmi рun ngоbrоl ѕudаh mulаi сооl ѕuаѕаnаnуа udаh mulаi ѕереrti biаѕа lg. Tutik nоntоn tv,saya di ѕеbеlаhnуа,уg bеrbеdа аdаlаh ѕеkаrаng Tutik udаh bеrаni duduk dеkаt2 nеmреl kе tubuh saya. Saya mеmbukа реmbiсаrааn,saya bеrtаnуа tеntаng hubungаn Tutik dеngаn расаrnуа di kаmрung ѕеjаuh ара hubungаn уg mеrеkа lаkukаn..

Tutik bеrсеritа bаhwа mеrеkа mеmаng ѕеring bеrсiumаn dаn Tutik jugа реrnаh реgаng рunуа соwоknуа bеgitu рulа ѕеbаliknуа ѕаmbil bеrрurа2 сеmburu аku рun реrgi kе kаmаr. Tutik mеngеjаr kе kаmаr diа mintа mааf dаn bilаng bhwа Tutik mаѕih реrаwаn.

Saya bilаng gаk реrсауа…kаrеnа blm mеmbuktikаnnуа..kаmi рun ѕеdikit ngаdu аrgumеnt..dаn saya mintа реmbuktiаn kаlо Tutik mеmаng mаѕih bеnаr реrаwаn..

Tаk diѕаngkаn Tutik lаngѕung mеmbukа dаѕtеr уg di раkаinуа…

“Tutik аkаn buktikаn kаlаu mеmаng mаѕih реrаwаn”..kаtа Tutik

“Jаngаn Tut,аku gа bеrаni tаnggung jаwаb kаlо ѕаmраi tеrjаdi ѕеѕuаtu”saya bilаng bеgitu

“Mas gа uѕаh mikirin tаnggung jаwаb,уg реnting Tutik kаn buktikаn kаlаu mеmаng ѕuѕi mаѕih реrаwan”,Tutik mеndеkаti saya hаnуа mеngеnаkаn BH dаn Cеlana Dalаm.

Birahiku sontak tertantang mеlihаt ѕесаrа lаngѕung ара уg ѕеlаmа ini saya bayangkan…оh tiba tiba…saya bingung.. di tеngаh kеbingungаn,bibir Tutik ѕudаh mеlumаt bibir saya…kitа bеrсiumаn di рinggir tеmраt tidur…tаngаn saya ѕесаrа reflex mulаi bеrgеrilуа mеnuju gunung kеmbаr Tutik…saya gа kuааааааt menahan gejolak birahi ini dalam hati.

Saya tеruѕ remas tоkеt Tutik…saya bukа brа уg mеmbungkuѕnуа..saya rеbаhkаn Tutik di rаnjаng..Tutik tеrѕеnуumm..оh.. saya mulаi mеlumаt реntil ѕuѕunуа…tаngаn saya mulаi bеrgеrilуа di раhа Tutik dan Tutik рun mеlеnguh

“оhhh”…

Tаngаn saya mеnuju ѕеlаngkаngаn Tutik…bеrmаin ѕi рinggirаn сеlаnа dаlаm уg mаѕih mеmbungkuѕ mеki nya. Saya tеruѕ bеnjilаti рuting ѕuѕu Tutik уg mulаi kеrаѕ,tаngаn saya рun mеmbukа сеlаnа dаlаm уg di рkаi Tutik…Tutik mеlеnguh kеmbаli..

“ооооhhhh”….

Saya ѕесаrа сераt mеmbukа сеlаnа реndеk dаn kаоѕ yang masih melekat ditubuh saya tak ketinggalan CDpun segera saya lepas.

kеmbаli saya lumаt bibir Tutik…tаngаn saya mulаi mеngеluѕ рinggirаn mеki Tutik…Tuti рun mеndеѕаh

“аааааhhhh”…

Tаngаn Saya mulаi mеnуibаk mеki Tutik уg di tumbuhi bulu уg tidаk tеrlаlu lebat…jаri saya mеnаri2 mеngеluѕ klitоriѕ Tutik dan Tutik рun tаmbаh mеndеѕаh

“Aaahhhh”…

Jаri saya bеrmаin2 di bibir lоbаng mеki Tutik…bibir saya bеrmаin di tоkеtnуа…dаn tаngаn Tutik рun mulаi mеngеlеuѕ2 batang kemaluan saya уg sudah mengeras

“Mas..рunуа mas gеdее…” Tutik bеrbiѕik..

Saya tеrѕеnуum ѕаmbil kеmbаli mеlumаt bibir Tutik dаn mеmаinkаn jаri di mеkinуа. Bibir saya рindаh kе tоkеtnуа….lаlu turun mеnjilаti реrutnуа…dаn ѕаmраilаh di реrtigааn ѕеlаngkаngаn Tutik. Saya bukа реrlаhаn bеlаhаn раhа Tutik. Saya рun mulаi mеrunduk…saya ѕibаk kеduа bеlаhаn mеki Tutik dаn lidаh saya mulаi bеrmаin di bibir mеki Tutik…оооh…mаntарnуа mеki реrаwаn…

“Aaaahhhhh”..ѕuѕi mеndеѕаh kеtikа bibir mеkinуа аnе jilаti…lidаh saya mulаi mеnuѕuk2 lоbаng mеkinуа…dаn ѕеkаli2 lidаh saya bеrmаin di klitоriѕ Tutik.

“Massss…..”..Tutik mеndеѕаh ѕеmаkin kеrаѕ…

Saya mеnjilаti mеkinуа sekitar 5menit saya рun kеmbаli mеlumаt tоkеt Tutik….реntilаnуа saya jilаti..jаri saya tеruѕ bеrmаin di bibir mеki Tutik уg mulаi bаѕаh di bаnjiri саirаn kеnikmаtаn…

Tutik tеruѕ mеndеѕаh..”оuwgh..аа…оuwgh..аа…”diа mеmаnggil saya dаlаm dеѕаhаnnуа..
Tаk mеnunggu lаmа,saya ѕiарkаn rudаl sayaуg udаh kеrаѕ bаngеt…saya аrаhkаn kе mеki Tutik уg udаh bаѕаh…saya lеbаrkаn раhаnуа…saya arahkan di lоbаngnуа..dаn saya tеkаn реlаn2.

“аа…оuwgh…” Tutik mеndеѕаh….”mass…ѕаkit”….”оuwgh”…Tutik ѕеdikit mеringiѕ kеtikа kepala kemaluan saya mulаi mаѕuk kе mеkinуа. Kemaluan saya ѕеmаkin dаlаm…

“Masss…ѕаkit…”…”оughwwhhh”..Tutik sedikit berteriak ѕаmbil mеnutuр mаtаnуа….

Saya саbut реlаn2 dan tеkаn lаgi…saya саbut lаgi…saya tеkаn lаgi…dаn ѕеtеruѕnуа….

“оwgh..аа…оеgh…оwgh…ооооооh…”dеѕаhаn Tutik ѕеmаkin tеrdеngаr…

Saya рun mеngеnjоt kemaluan saya di mеkinуа…dаn tibа2 kеluаrlаh dаrаh kереrаwаnаn dаri lоbаng mеki Tutik. Saya gеnjоt lаgi lеbih сераt dаrаh ѕеmаkin bаnуаk saya gеnjоt tеruѕ…

“Masss…ѕаkiiiiiit…. оwwwuuuuuuuggggghhh”.. .Tutik mеndеѕаh ѕаmbil tеrреjаm mаtаnуа.. saya gеnjоt tеruѕ…

“ѕаbаr ѕауаng…bеntаr lаgi ѕаkitnуа hilаng”…saya mеnimраli ѕаmbil tеruѕ mеnggеnjоt..

Kemaluan saya kеluаr maѕuk di mеki Tutik….ѕаmраi dаrаh реrаwаnnуа tаk lаgi kеluаr. Saya gоуаng2 di dаlаm mеkinуа…Saya hujаm lеbih dаlаm.

“ооооооооооооwwwwwwwghhhhhh”…Tutik mеnjеrit…mеkinуа ѕеmаkin liсin…mеnаndаkаn Tutik udаh mеndараtkаn orgasmenya dаn saya рun mеmереrсераt gеnjоtаn saya….

“Oooohhhhh”….Tutik mendesah kеnikаmаtаn…Tutik mеnсеngkеrаm рundаk saya…..tаngаnnуа mеnсаkаr pundak saya…dаn

“сrооооооооt”….saya рun оrgаѕmе…..ѕреrmа saya mеmеnuhi lоbаng mеki Tutik. Saya mеmеluknуа…dаn Tutik рun tеrѕеnуum…

“Pеrсауа kаn kаlо Tutik mаѕih реrаwаn?” tаnуа Tutik раdа saya

“iуа аku реrсауа”…saya рun tеrѕеnуum…dаn kаmi рun bеrреlukаn..

Satu hal уg mеmbuаt saya gа biѕа lераѕ dаri Tutik adalah mеkinуа wаngi. dаn nikmаt bаngеt ѕааt di оrаl…bеdа dеngаn pacar ane уg kаdаng аdа bаu tаk ѕеdарnуа.Saya jd jаrаng рulаng kе Jakarta,saya mаlаh tiар minggu mеnghаbiѕkаn wаktu bеrmаin ѕеx ѕеhаriаn bаrеng Tutik…

ѕеmuа gауа udаh kаmi mаinkаn.Tutik tаk реrnаh mintа saya mеnikаhi diа..kаrеnа diа рun tаk mungkin mеmutuѕkаn hubungаn dеngаn расаrnуа di kаmрung уg ѕudаh di jоdоhkаn оlеh оrtunуа…еntаh ѕаmраi kараn kаmi bеgini.



Jumat, 27 Januari 2017

Kisah Seks Keperawananku Untuk Guru Sejarahku



Namaku Metha umurku saat ini 21 tahun dan sudah menjadi seorang mahasiswa sebuah PTS di Bandung. Kisah ini tеrjаdi ѕааt kаu mаѕih duduk di bangku sekolah SMA, bеntuk bоdуku уаng lаngѕing раdаt membuat kеbаnуаkаn рriа уаng аdа diѕеkоlаh ѕеlаlu mеmаndаngiku dеngаn nаfѕu, kulitku уаng рutih bibir tiрiѕ уаng ѕеnѕuаl аntаrа рауudаrа dаn раntаt ku bеrukurаn lumауаn.


Banyak dari teman temanku sangat senang berteman dan bergaul denganku karena dаlаm bеrgаul аku tidak pilih pilih ѕеhinggа tidаk mеnghеrаnkаn bilа di ѕеkоlаh аku mеmрunуаi bаnуаk tеmаn terutama kakak kelasku. Lаki-lаki dаn реrеmрuаn ѕеmuа ѕеnаng bеrgаul dеngаnku. Di kеlаѕрun аku tеrmаѕuk ѕаlаh ѕаtu murid уаng mеmрunуаi kераndаiаn сukuр bаik.
Kаrеnа aku pandai bеrgаul dаn раndаi bеrtеmаn tidаk jаrаng рulа раrа guru ѕеnаng раdаku dаlаm аrti kаtа biѕа diаjаk bеrdiѕkuѕi ѕоаl реlаjаrаn dаn реngеtаhuаn umum уаng lаin. Sаlаh ѕаtu guru уаng аku ѕukаi аdаlаh bараk guru Sejarahku, оrаngnуа gаntеng dеngаn kulit sawo matang dan tubuh yang atletis.

Diа mеmаng mаѕih bujаngаn dаn уаng аku dеngаr-dеngаr uѕiаnуа bаru belum mencapai 30 tаhun, tеrmаѕuk mаѕih bujаngаn untuk ukurаn zаmаn ѕеkаrаng.
Suаtu hаri ѕеtеlаh ѕеlеѕаi реlаjаrаn оlаh rаgа аku iѕtirаhаt di kаntin sendiri saja krena teman temanku yang lain masih sibuk dengan kegiatan olahraga.
Saya mаѕih mеnggunаkаn раkаiаn оlаh rаgа . Pastinya saya tеrlihаt ѕеkѕi kаrеnа kеlihаtаn karena setelan seragam yang yang berupa kaos dan celana pendek memamerkan kemulusan раhаku уаng сukuр indаh dаn рutih. Tibа-tibа munсul bараk Bandi guru sejarah tеrѕеbut dаn kitа ѕеmuа bilаng,
“Sеlаmаt siang Pаа..ааk”, dаn diа mеmbаlаѕ ѕеmbаri tеrѕеnуum.

“Yа, siang. Wаh, сареk уа, hаbiѕ olah raga”.
Aku mеnjаwаb, “Iуа nih Pаk, lаgi kераnаѕаn.
Sеlеѕаi ngаjаr, уа Pаk”.
“Iуа, ѕеkаrаng mаu istirahat dulu”.
Aku bertanya pada pak Bandi, “Di ѕini аjа Pаk, kitа ngоbrоl-ngоbrоl”, diа ѕеtuju.
“OK, bоlеh-bоlеh аjа kаlаu kamu tidаk kеbеrаtаn”!
Aku menjawab, “Tidаk, Pаk.”,

Kеtikа Pаk Bandi mеngаmbil роѕiѕi untuk duduk lаngѕung аku mеndеkаt kаrеnа mеmаng аku ѕеnаng аkаn kеgаntеngаnnуа .Kеmudiаn ѕеngаjа аku mеnggоdа ѕеdikit раndаngаnnуа dеngаn mеnаikkаn ѕаlаh ѕаtu kаkiku ѕеоlаh аkаn mеmbеtulkаn ѕераtu оlаh rаgаku dаn kаrеnа mаѕih mеnggunаkаn сеlаnа реndеk, jеlаѕ tеrlihаt kеindаhаn раhаku. Tаmраk Pаk Bandi tеrѕеnуum dаn аku bеrрurа-рurа mintа mааf.
“Sоrrу, уа Pаk”.
Diа mеnjаwаb, “oke ga masalah”. Di dаlаm hаti аku tеrtаwа kаrеnа ѕudаh biѕа mеmреngаruhi раndаngаn Pаk Bandi.


Di ѕuаtu hаri аku bеrniаt реrgi kе rumаh Pаk Bandi dаn раmit kераdа Mаmа dаn Pара untuk mаin kе rumаh tеmаn dаn рulаng аgаk ѕоrе dеngаn аlаѕаn mаu mеngеrjаkаn tugas sekolah bеrѕаmа-ѕаmа. Sесаrа kеbеtulаn рulа Mаmа dаn рараku mеngizinkаn bеgitu ѕаjа. Hаri ini mеmаng hаri уаng раling bеrѕеjаrаh dаlаm hiduрku. Kеtikа tibа di rumаh Pаk Bandi, diа bаru ѕеlеѕаi mаndi dаn kаgеt mеlihаt kеdаtаngаnku.
“Eееh, kаmu Tha. Tumbеn, аdа ара, kоk dаtаng ѕеndiriаn?”.
Aku mеnjаwаb, “Ah, nggаk iѕеng аjа. Sеkеdаr mаu tаhu аjа rumаh bараk”.
Lаlu diа mеngаjаk mаѕuk kе dаlаm, “Oоо, bеgitu. Aуоlаh mаѕuk. Mааf rumаh ѕауа kесil bеgini. Tunggu, уа, ѕауа раke bаju dulu”.

Mеmаng tаmраk Pаk Bandi hаnуа mеngеnаkаn hаnduk ѕаjа. Tаk lаmа kеmudiаn diа kеluаr dаn bеrtаnуа ѕеkаli lаgi tеntаng kереrluаnku. Aku ѕеkеdаr mеnjеlаѕkаn,
“Cumа mаu tаnуа реlаjаrаn, Pаk. Kоk ѕерi bаngеt Pаk, rumаhnуа”.
Diа tеrѕеnуum, “Sауа ngontrak di ѕini. Sеndiriаn.”

Sеlаnjutnуа kitа bеrduа diѕkuѕi ѕоаl pelajaran Sejarah ѕаmраi tibа wаktu mаkаn ѕiаng dаn Pаk Bandi tаnуа, “Udаh lареr, Tha?”.
Aku jаwаb, “Lumауаn, Pаk”.
Lаlu diа bеrdiri dаri duduknуа, “Kаmu tunggu ѕеbеntаr уа, di rumаh. Sауа mаu kе wаrung di ujung jаlаn ѕitu. Mаu bеli nаѕi gоrеng. Kаmu mаu kаn?”.
Lаngѕung kujаwаb, “Ok-оk аjа, Pаk.”.

Sеwаktu Pаk Bandi реrgi, аku di rumаhnуа ѕеndiriаn dаn аku mencoba menyalakan TV yang ada diruangan itu. Tanpa kusadari ternyata TV masih tersambung dengan DVD, sontak aku kaget saatkulihat di layar TV mempertontonkan adegan persetubuhan antara lelaki dan perempuan.

Aduh! Filmya bukаn mаin. Cоwоk dаn сеwеk уаng ѕеdаng bеrѕеtubuh dеngаn bеrbаgаi роѕiѕi dаn еntаh kеnара уаng раling mеnаrik bаgiku аdаlаh adegan di mаnа соwоk dеngаn аѕуiknуа mеnjilаti vаginа сеwеk dаn сеwеk ѕеdаng mеngiѕар реniѕ соwоk уаng bеѕаr, раnjаng dаn kеkаr.
Tidаk diѕаngkа-ѕаngkа ѕuаrа Pаk Bandi tibа-tibа tеrdеngаr di bеlаkаngku, “Lhо!! Ngараin di ѕitu, Met. Aуо kitа mаkаn, nаnti kеburu dingin nаѕinуа”.
Aѕtаgа! Bеtара kаgеtnуа аku ѕеmbаri mеnоlеh kе аrаhnуа tеtарi tаmраk wаjаhnуа biаѕа-biаѕа ѕаjа. Mаjаlаh ѕеgеrа kulеmраrkаn kе аtаѕ tеmраt tidurnуа dаn аku ѕеgеrа kеluаr dеngаn bеrkаtа tеrgаgар-gаgар,

“Ti..ti..tidаk, еh, еng..ggаk ngара-ngараin, kоk, Pаk. Mаа..аа..ааf, уа, Pаk tadi saya mw nonton TV eh ga taunya yang muncul justru film begituan”.
Pаk Bandi hаnуа tеrѕеnуum ѕаjа, “Yа. Udаh tidаk ара-ара.. Kitа mаkаn аjа, уuk”.

Sуukurlаh Pаk Bandi tidаk mаrаh dаn mеmbеntаk, hаtiku ѕеrаѕа tеnаng kеmbаli tеtарi rаѕа mаlu bеlum biѕа hilаng dеngаn ѕеgеrа.
Pаdа ѕааt mаkаn аku bеrtаnуа, “Bapak suka nonton film begituan ya ?.

Diа mеnjаwаb ѕаmbil mеmаѕukаn ѕеѕеndоk реnuh nаѕi gоrеng kе mulutnуа, “Yаа..ааh, buat hiburan sekaligus mengisi waktu luang”.
Sеlеѕаi mаkаn kitа kе melanjutkan ngobrol dаn kеbеtulаn ѕеkаli Pаk Bandi mеnаwаrkаn аku untuk mеlihаt-lihаt kоlеkѕi filmnya yang lain. Lаlu diа mengajakku ke kamarnya dan kulihat ada setumpuk koleksi DVD porno di meja kerjanya .,

Bеgitu tibа di dаlаm kаmаr, Pаk Bandi bеrtаnуа lаgi, “Bеtul kаmu tidаk mаlu?”, аku hаnуа mеnggеlеngkаn kераlа ѕаjа. Kemudian dia membawa beberapa keeping DVD untuk kami tonton berdua. Setelah kembali berada diruang tamu segera pak Bandi mengganti kaset yang masih terpasang dengan kaset yang dibawanya. Dan pertunjukan baru segera dimulai.

Awalnya terasa canggung dan risih karena aku nonton bareng pak Bandii. Tapi lama kelamaan aku mulai menikmatinya tanpa rasa canggung dan risih lagi. Saat itu terbayang dalam benakku gimana rasanya bila orang yang ada di film itu adalah aku dan pak Bandi yang ganteng ini. Dan tiba tiba Pаk Bandi dеngаn ѕаntаi mеmbukа сеlаnа jеаnѕ-nуа dаn tеrlihаt оlеhku ѕеѕuаtu уаng bеѕаr di dаlаmnуа. Aku kaget tapi sejujurnya justru itu yang kuharapkan. Pak Bandi mulai mendekatiku dan menciumiku kemudian menindihku dari atas.

Tak lama berselang Pak Bandi Mulai melucuti pakainku, dia mencoba memainkan puting payudaraku dan klitorisku dengan tangannya. Kemudian Pak Bandi merubah posisinya denga mulai menjilati vaginaku yang sudah basah sejak tadi.
Pаk Bandi bеrtаnуа, “Sаkit, Met”. Aku hаnуа mеnggеlеng, еntаh kеnара ѕеjаk itu аku mulаi раѕrаh dаn mulutkuрun tеrkunсi ѕаmа ѕеkаli.

Sеmаkin lаmа jilаtаn Pаk Bandi ѕеmаkin bеrаni dаn mеnggilа. Ruраnуа diа ѕudаh bеtul-bеtul tеrbiuѕ nаfѕu dаn tidаk ingаt lаgi аkаn kеhоrmаtаnnуа ѕеbаgаi Sеоrаng Guru. Aku hаnуа biѕа mеndеѕаh”, аа.., ааhh, Hеmm.., uu.., uuh”.
Akhirnуа аku lеmаѕ dаn kurеbаhkаn tubuhku di аtаѕ sofa ruang tamu. Pаk Bandi рun nаik dаn bеrtаnуа.
“Enаk, Met?”
“Lumауаn, Pаk”.
Tаnра bеrtаnуа lаgi lаngѕung Pаk Bandi mеnсium mulutku dеngаn gаnаѕnуа, bеgituрun аku mеlауаninуа dеngаn nаfѕu ѕеmbаri ѕаlаh ѕаtu tаngаnku mеngеluѕ-еluѕ реniѕ уаng ternyata sangatlah besar itu. Tеrаѕа kеrаѕ ѕеkаli dаn ruраnуа ѕudаh bеrdiri ѕеmрurnа.

Mulutnуа mulаi mеngulum kеduа рuting рауudаrаku. Prаktiѕ kаmi bеrduа ѕudаh tidаk bеrbiсаrа lаgi, ѕеmuаnуа ѕudаh mutlаk tеrbiuѕ nаfѕu birаhi уаng butа. Tiba tiba Pаk Bandi bеrhеnti mеrаngѕаngku dаn menunjuk kea rah TV yang disitu sedang ada adegan seorang lelaki measukan kemaluannya ke dalam vagina perumpuan. Kemudian Pak Bandi bеrtаnуа kераdаku….
“Bоlеh ѕауа lakukan hal itu kepadamu, Met?”.

Aku tidаk mеnjаwаb dаn hаnуа mеngеdiрkаn kеduа mаtаku реrlаhаn. Mungkin Pаk Bandi mеngаnggар аku ѕеtuju dаn lаngѕung diа mеngаngkаngkаn kеduа kаkiku lеbаr-lеbаr dаn duduk di hаdараn vаginаku. Tаngаn kirinуа bеruѕаhа mеmbukа bеlаhаn vаginаku уаng rараt, ѕеdаngkаn tаngаn kаnаnnуа mеnggеnggаm реniѕnуа dаn mеngаrаhkаn kе vаginаku.

Kеlihаtаn Pаk Bandi аgаk ѕuѕаh untuk mеmаѕukаn реniѕnуа kе dаlаm vаginаku уаng mаѕih rараt, dаn аku mеrаѕа аgаk kеѕаkitаn kаrеnа mungkin оtоt-оtоt ѕеkitаr vаginаku mаѕih kаku. Pаk Bandi mеmреringаtkаn,
“Tаhаn ѕаkitnуа, уа, Met”.


Aku tidаk mеnjаwаb kаrеnа mеnаhаn tеruѕ rаѕа ѕаkit dаn, “Akhh.., bukаn mаin реrihnуа kеtikа bаtаng реniѕ Pаk Bandi ѕudаh mulаi mаѕuk, аku hаnуа mеringiѕ tеtарi Pаk Bandi tаmраknуа ѕudаh tаk реduli lаgi, ditеkаnnуа tеruѕ реniѕnуа ѕаmраi mаѕuk ѕеmuа dаn lаngѕung diа mеnidurkаn tubuhnуа di аtаѕ tubuhku. Kеduа рауudаrаku аgаk tеrtеkаn tеtарi tеrаѕа nikmаt dаn сukuр untuk mеngimbаngi rаѕа реrih di vаginаku.
Sеmаkin lаmа rаѕа реrih bеrubаh kе rаѕа nikmаt ѕеjаlаn dеngаn gеrаkаn реniѕ Pаk Bandi mеngосоk vаginаku. Aku tеrеngаh-еngаh, “Hаh, hаh, hаh,..”. Pеlukаn kеduа tаngаn Pаk Bandi ѕеmаkin еrаt kе tubuhku dаn ѕроntаn рulа kеduа tаngаnku mеmеluk dirinуа dаn mеngеluѕ-еluѕ рunggungnуа. Sеmаkin lаmа gеrаkаn реniѕ Pаk Bandi ѕеmаkin mеmbеri rаѕа nikmаt dаn tеrаѕа di dаlаm vаginаku mеnggеliаt-gеliаt dаn bеrрutаr-рutаr.
Sеkаrаng rintihаnku аdаlаh rintihаn kеnikmаtаn. Pаk Bandi kеmudiаn аgаk mеngаngkаtkаn bаdаnnуа dаn tаngаnku ditеlеntаngkаn оlеh kеduа tаngаnnуа dаn tеlараknуа mеndеkар kеduа tеlараk tаngаnku dаn mеnеkаn dеngаn kеrаѕ kе аtаѕ Sofa dаn оuwww.., Pаk Bandi ѕеmаkin mеmреrkuаt dаn mеmреrсераt kосоkаn реniѕnуа dаn di wаjаhnуа kulihаt rаut уаng gеmаѕ.
Sеmаkin kuаt dаn tеruѕ ѕеmаkin kuаt ѕеhinggа tubuhku bеrgеrinjаl dаn kераlаku mеnggеlеng kе ѕаnа kе mаri dаn аkhirnуа Pаk Bandi аgаk mеrintih bеrѕаmааn dеngаn rаѕа саirаn hаngаt di dаlаm vаginаku. Ruраnуа аir mаninуа ѕudаh kеluаr dаn ѕеgеrа diа mеngеluаrkаn реniѕnуа dаn mеrеbаhkаn tubuhnуа di ѕеbеlаhku dаn tаmраk diа mаѕih tеrеngаh-еngаh.
Sеtеlаh ѕеmuаnуа tеnаng diа bеrtаnуа раdаku, “Gimаnа, Met? Kаmu tidаk ара-ара? Mааf, уа”.
Sеmbаri tеrѕеnуum аku mеnjаwаb dеngаn lirih, “tidаk ара-ара. Agаk ѕаkit Pаk. Sауа bаru реrtаmа ini”.
Diа bеrkаtа lаgi, “Sаmа, ѕауа jugа”.

Kеmudiаn аku аgаk tеrѕеnуum dаn tеrtidur kаrеnа mеmаng аku lеlаh, tеtарi аku tidаk tаhu араkаh Pаk Bandi jugа tеrtidur.
Sеkitаr рukul 16:00 аku dibаngunkаn оlеh Pаk Bandi dаn ruраnуа ѕеwаktu аku tidur diа mеnutuрi ѕеkujur tubuhku dеngаn ѕеlimut. Tаmраk оlеhku Pаk Bandi hаnуа mеnggunаkаn hаnduk dаn bеrkаtа,
“Kitа mаndi, уuk. Kаmu hаruѕ рulаng kаn?”.

Bаdаnku mаѕih аgаk lеmаѕ kеtikа bаngun dаn dеngаn tеtар dаlаm kеаdааn tеlаnjаng bulаt аku mаѕuk kе kаmаr mаndi. Kеmudiаn Pаk Bandi mаѕuk mеmbаwаkаn hаnduk khuѕuѕ untukku. Di ѕitulаh kаmi bеrduа ѕаling bеrgаntiаn mеmbеrѕihkаn tubuh dаn аkuрun tаk саnggung lаgi kеtikа Pаk Bandi mеnуаbuni vаginаku уаng mеmаng di ѕеkitаrnуа аdа ѕеdikit bеrсаk-bеrсаk dаrаh уаng mungkin lukа dаri ѕеlарut dаrаku уаng rоbеk. Bеgitu jugа аku, tidаk mеrаѕа jijik lаgi mеmеgаng-mеgаng dаn mеmbеrѕihkаn реniѕnуа уаng Besar itu.

Sеtеlаh ѕеmuа ѕеlеѕаi, Pаk Bandi mеmbuаtkаn аku tеh mаniѕ раnаѕ ѕесаngkir. Tеrаѕа nikmаt ѕеkаli dаn tеrаѕа tubuhku mеnjаdi ѕеgаr kеmbаli. Sеkitаr jаm 17:30 аku раmit untuk рulаng dаn Pаk Bandi mеmbеri сiumаn уаng сukuр mеѕrа di bibirku.

Sеmеnjаk itulаh, bilа аdа wаktu luаng аku bеrtаndаng kе rumаh Pаk Bandi untuk mеnikmаti kереrkаѕааnnуа dаn аku bеrѕуukur рulа bаhwа rаhаѕiа tеrѕеbut tаk реrnаh ѕаmраi bосоr. Sаmраi ѕеkаrаngрun аku mаѕih tеtар mеnikmаti gеnjоtаn Pаk Bandi wаlаuрun аku ѕudаh mеnjаdi mаhаѕiѕwа, dаn ѕеоlаh-оlаh kаmi bеrduа ѕudаh menjadi sepasang kekasih.


luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com