Selasa, 09 Mei 2017

Ayam Kampus Liar

Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP
Di hari pertamaku masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tidak ada yang aku kenal satupun, sehingga aku seperti orang nyasar, bingung celingak-celinguk kesana kemari.

Sewaktu sedang bingung-bingungnya tiba-tiba ada cewek yang menegurku, “Eh, tau kelas MI1-3 nggak?”. Eeiittss…, ternyata aku juga cari kelas itu…, lalu aku jawab, “mm…, saya juga tidak tahu, mendingan cari sama-sama yuk”.
“Saya Gita” dia sebut namanya duluan.
“Aku Iwan”, aku sebut namaku juga, di situlah aku mulai punya teman bernama Gita.

Cewek manis ini mempunyai kulit kuning langsat, nyaris tanpa cacat, tinggi badan kira-kira 166 cm, dengan berat 49 Kg. Tapi yang bikin aku tidak bosan melihatnya adalah dadanya yang menantang, cukup besar untuk ukurannya, tapi tidak terlalu besar sekali. Begitu pula dengan pantatnya, aku paling suka jika dia memakai jeans ketat, dengan kaos oblong warna putih. Kadang jika ia bercanda, ngomongnya nyerempet-nyerempet porno terus, walaupun sekali-sekali saja.

Tiga bulan sudah lamanya aku dekat dengannya, jalan kemanapun selalu bersama, walaupun dia belum resmi jadi pacarku, tetapi aku dan dia selalu berdua kemanapun. Sampai akhirnya aku dan dia pergi jalan-jalan ke daerah Dieng, salah satu daerah dingin di Jawa Tengah, niatnya cuma jalan-jalan saja, tidak menginap. Entah kenapa hari ini dia mengajakku bercanda yang berbau porno terus, dari pagi hingga siang hari.
Sampai akhirnya ia bertanya begini, “Wan, kalau kamu punya istri suka yang buah dadanya besar atau sedeng-sedeng saja?”.
Lalu aku jawab “Mm…, yang kayak apa ya?, kayaknya aku suka yang seperti punya kamu itu lho”.
“Lho emang kamu pernah liat punyaku?”, tanya dia.
Aku bilang “Gimana mau liat, orang kamunya ajah nggak pernah kasih kesempatan…, heheheh”.
Dia tanya lagi sambil bercanda, “Kalo aku kasih kesempatan gimana?”.
Aku jawab, “Yaa…, nggak aku sia-sia’in”.
“Emang berani?”, tantang Gita.
“Siapa takut…”, jawabku tidak mau kalah.
“Kalo gitu bukti’in!”, kata Gita.
“Oke…, kita cari losmen sekarang…, gimana?”, tantangku gantian.
“Siapa takut…”, jawabnya tidak mau kalah juga.

Jujur saja aku masih berfikir bahwa ini cuma bercanda saja, sampai tiba-tiba di depan sebuah losmen, dia berkata, “Wan, disini ajah…, kayaknya losmennya bagus tuh”.
“Deg!!”, jantungku terasa berhenti. Dengan ragu-ragu kuarahkan mobilku masuk ke halaman losmen tersebut. Aku masih diam dan setengah tidak percaya.
Terus dia berkata, “Kamu angkat tas-tas kita, aku yang check in…, OK?”.
Seperti babu kepada majikannya, aku ikuti kata-katanya dan mengikuti langkahnya masuk ke losmen.

Masuk ke kamar losmen langsung kita tutup dan kunci pintunya, aku masih terdiam terus duduk di atas kasur sampai dia berkata, “OK, sekarang aku kasih kamu kesempatan liat dadaku, tapi jangan macem-macem yaa?”.
Tiba-tiba saja Gita menarik kaosnya ke atas, dan langsung melemparkan ke atas tempat tidur. Lalu dia terdiam sambil menatapku yang juga terdiam, walaupun sebenarnya aku sedang terpana. Beberapa saat dia arahkan tangan kanannya ke pundak kirinya, digesernya tali BH-nya jatuh ke lengan. lalu gantian tangan kirinya ke pundak kanan melakukan hal yang sama.

Lalu tangan kanannya diarahkan ke punggung, tetapi tangan kirinya masih memegangi BH bagian depannya. Oh God…, Nafasku terasa berhenti di tenggorokanku…, BH-nya telah terlepas, tetapi masih ditahan bagian depannya oleh tangan kirinya. Gita terus memandangiku. Gita menggigit bibir bagian bawahnya.
Tiba-tiba ia berkata, “Aku nggak akan lepas ini, jika kamu nggak buka pakaianmu semuanya”
Aku ragu-ragu…, tetapi nafasku sudah tidak bisa diatur lagi…, aku buka kaosku…, aku buka jeansku…, lalu aku berhenti, tinggal celana dalam yang aku kenakan…, gantian aku yang menantang, “Aku nggak akan buka ini, jika kamu nggak lepas itu sekarang”
Gita diam sejenak lalu dia turunkan perlahan tangan kirinya dan akhirnya terlihat jelas buah dadanya yang kuning langsat dan benar-benar menantang. Belum sempat aku rampung menikmati pemandangan ini, tiba-tiba ia melompat ke arahku dan mendorongku telentang di kasur, dengan cepat dia mencium bibirku. Aku yang masih kaget akan serangan mendadak ini tidak menyia-nyiakannya, kami saling berciuman, saling melumat bibir, “uugghh…, oohh…”, hanya kata itu yang Gita keluarkan.

Tiba-tiba saja di berdiri, dalam 5 detik celana jeansnya sudah terlepas. Kami sama-sama hanya memakai celana dalam saja, saling pandang tetapi itu hanya berlangsung 6 detik, dengan cepat ia menarik celana dalamku kebawah dan melepasnya. Gita tersenyum dan sedikit tertawa, aku tak tahu dia senang melihat punyaku atau menertawai punyaku?

Akupun tidak mau kalah, kutarik perlahan-lahan celana dalamnya sedikit demi sedikit,ternyata Gita sudah tidak sabar lalu dia tarik sendiri celana dalamnya dan melemparnya ke belakang, belum sempat celana dalamnya menyentuh lantai bibirnya sudah melumat bibirku, “oohh…”, kami sekarang benar-benar telanjang bulat.

Gita mulai mencium leherku tapi itu tidak lama karena aku keburu membalik badanku. Sekarang gantian ia yang telentang di kasur. Pemandangan yang indah sekali tetapi kali ini aku tidak mau lama-lama memandang, langsung aku berada diatasnya, kedua tangannya sudah kupegang dan tahan di samping kiri-kanan kepalanya. Aku ciumi lehernya, bibir, leher lagi. “Hhmmhh…, uugghh…, sstt”, cuma itu yang dia katakan.

Ciumanku sudah ‘bosan’ di leher. Aku mulai turun. Melihat gerakanku itu, tiba-tiba dia mengangkat dadanya. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku langsung ciumi buah dadanya sebelah kiri, sedang tangan kananku mengelus-elus buah dadanya yang kanan. Kali ini tangan kirinya sudah memegang kepalaku. “sstt…, hh…, sstt…”, mulutnya berdesis seperti ular.

Dia menarik rambutku dan kepalaku dan mengarahkan kepalaku ke buah dadanya sebelah kanan. Dengan sekuat tenaga ia tekan kepalaku ke dadanya. “Gigit…, gigit…, Wan…, sst”. Lalu dengan gigiku aku mulai mengigit-gigit sedikit puting susunya, kiri-kanan, kiri-kanan selalu bergantian dan adil. Sementara dari mulut Gita terus keluar kata, “Teruuss…, teruuss…, yang keras…, aahh…, gigit Wan…, gghh…, sstt”.
Sementara punyaku sudah tegang keras. Kepalaku mulai turun lagi tetapi tiba-tiba ia berteriak kecil, “Wan…, Iwan…, uugghh…, sekarang ajjaah…, masuk’iin…, nggak usah pake mulut lagi…, masukin sekaraanng…, plizz…”.

Aku langsung di dorongnya. Sekarang ganti posisi, aku yang telentang dan Gita berada di atasku. Selangkangannya mencari-cari posisi, walau aku tahu pasti yang dia cari adalah punyaku. Begitu posisinya tepat, Gita mendorongnya dengan kuat. “uugghh…”, sedang aku sedikit berteriak, “aahh”. Punyaku sudah terbenam di dalam selangkangannya.
Gita terus menggerak-gerakan pinggulnya ke atas, ke bawah, kiri-kanan, naik-turun segala arah gerakan ia lakukan. Matanya terpejam, bibirnya digigit seperti menahan sesuatu, sering dari mulutnya keluar kata-kata, “oohh…, sshhtt…, uugghh…, sshhss…, sshhiitt…, aacchh…, oouuhh…”, nafasnya tidak lagi teratur.
Kedua tangannya meremas-remas buah dadanya sendiri, kepalanya sering menengadah ke atas, “uugghh…, oohh…, sshhsstt”. Sedangkan aku hanya sanggup meremas sprei di kiri dan kananku dengan kedua tanganku. Gigi atas dan gigi bawahku sudah saling menekan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku hanya suara nafasku saja yang terdengar.

Kali ini aku yang mengambil alih “kekuasannya” gantian kudorong tapi dia malah tengkurap, melihat pantatnya yang putih mulus. Aku jadi tambah bernafsu untuk segera memasukkan punyaku ke punyanya.

Aku angkat pinggulnya dan Gitapun mengangkat badannya dengan kedua tangan dan kakinya. Sekarang posisinya seperti mau merangkak. Langsung tanpa tunggu waktu lagi aku mencoba memasukan “adikku” ke lubang vaginanya.

“Mmaasuukkiinn…, ceeppeett…”, Gita memohon kepadaku tapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya punyaku sudah masuk ke vaginanya. “oohh…”, dari mulutku keluar kata tersebut. Dengan semangat aku mulai mendorong ke depan, menarik, mendorong, menarik terus menerus seiring dengan gerakanku. Gerakannyapun berlawanan dengan gerakanku, setiap aku mendorong ke depan ia mendorong pantatnya ke arahku diiringi desahan dan leguhan dari mulutnya. “uugghh…, aahh…, Sshshhss…, oohh…, uugghh…”.

Tiba-tiba ia berteriak, “Iwaann…, sshh…, oohh”, aku merasakan sesuatu keluar dari dalam lubang kemaluannya tapi, “oohh…, oohh…, aacchh…, Gitt…, aakku…”. Akupun merasakan kenikmatan yang tiada bandingannya seiring dengan keluarnya cairan dari dalam punyaku.
“oohh…, uugghh”, banyak sekali cairanku keluar.
“Terus Wan…, keluarin semuanya…”, pinta Gita.

Tubuhku terasa sudah tidak kuat lagi berdiri. Aku langsung telentang di kasur, sedangkan Gita langsung memelukku dan menaruh kepalanya di dadaku.
“Gita sayang sama Iwan”, hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu matanya terpejam sambil terus memelukku.



Senin, 08 Mei 2017

Murid SMU Digerayangi Tukang Becak

Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP
Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota S. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.

Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.

Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.

Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.

Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.

Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.

“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.

Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.

“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.
“Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.

Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.

“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong.
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan wajah yang memucat.

Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.

“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.

Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.

“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.

Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.

“Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.
Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.

“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.

Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya.

Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.

Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.

“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.

“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.

Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.

“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.

Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.

“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.

“Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.

Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.

Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..

“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..

Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.

“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.

Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.

“Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.

Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.

Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.

Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.

Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.
“Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.

Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.

“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.

“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.

Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.

“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.

Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.

“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.

Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.

Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.




Minggu, 07 Mei 2017

Adik Kandung Sendiri

Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP
Jerry menghabiskan beberapa hari dengan teman lama sekolah tinggi, Bill, dan adiknya, Barbara. Jerry tidak melihat Bill di tahun, dan ketika ia menemukan bahwa ia akan tinggal di kota pada bisnis, ia menelepon untuk menyapa. Bill bersikeras bahwa ia tinggal bersama mereka, bukan di motel cerita seks perkosaan. Malam itu, setelah makan malam yang baik, mereka bertiga sedang duduk di ruang minum anggur dan berbicara.

“Dengan cara, Barbara, bagaimana kelas Anda pergi hari ini?” Bill meminta kakaknya.

“Bagus,” dia menyeringai. “Tunggu sampai Anda melihat apa yang kita pelajari hari ini.”

“Saya tidak bisa menunggu,” Bill menyeringai.

“Apa jenis kelas yang Anda ambil?” Jerry bertanya.

Barbara menyeringai jahat. “Jalur menggoda menari!”

“Kau bercanda,” Jerry tertawa.

“Ya, sekelompok gadis berbicara salah satu teman mereka, yang digunakan untuk menjadi penari telanjang, dalam pengajaran mereka gundukan dan grinds,” kata Bill padanya. “Mereka sudah berjanji untuk mengadakan pesta dan semua perempuan akan menari untuk semua orang mereka ketika mereka lulus Barbara telah memberikan saya preview dari apa yang mereka lakukan setelah setiap kelas.!”

“Ya, dia benar-benar terangsang itu,” Barbara menyeringai.

Jerry sedikit terkejut dengan komentar Barbara, tetapi memilih untuk mengabaikannya. “Berapa banyak anak perempuan di kelas?” tanyanya.

“Ada kami bertiga, tidak termasuk guru,” jawab Barbara.

“Kapan lulus?” tanyanya.

“Besok malam!” Bill memberitahunya. “Saya tidak bisa menunggu!”

“Dia hanya ingin melihat Margie Jackson strut barang-barangnya!” Barbara tertawa. “Dia punya sepasang payudara terbesar yang pernah Anda lihat.”

“Saya ingin menonton Anda strut sekitar di depan orang-orang lain juga,” kata Bill dengan binar di matanya. “Hei, kau masih akan berada di sini, Jerry Mungkin mereka akan membiarkan Anda pergi ke acara itu..”

“Yah, saya pikir itu sementara aku berada di kelas dan bertanya apakah kita bisa membawa dia,” kata Barbara. “Semua gadis ingin dia datang. Saya pikir mereka suka menari telanjang di depan seseorang yang mereka tidak tahu Be-sisi., Suami Gloria adalah luar kota, jadi kita akan menjadi salah satu orang pendek. “

“Bagus,” puji Bill. “Hei, aku punya ide,” katanya. “Mengapa kau tidak menari untuk Jerry dan saya sekarang?”

“Sekarang?” Tanya Barbara, tapi dengan binar di matanya.

“Ya,” mendorong Bill nya.

“Ya, saya pikir saya ingin melakukan itu,” kata Barbara. “Bagaimana, Jerry. Apakah Anda ingin melihat saya strip?”

“Apakah aku!” Jerry berkata.

“Oke, Bill, Anda menempatkan tape stereo sementara aku bersiap-siap,” katanya. “Dan kalian duduk di sofa.”

Barbara meninggalkan ruangan dan Bill memasukkan kaset stereo. Kedua pria itu duduk di sofa, menghadap tengah ruangan, Jerry pada salah satu ujungnya dan Bill ke kiri.

“Kau benar-benar akan seperti ini,” Bill menyeringai. “Gadis ini telah mengajarkan mereka beberapa hal yang sangat vulgar Sangat menyenangkan..” Tapi karena ada sekitar untuk menonton adik Bill, Jerry pikir ia hanya akan pergi sejauh ini. Setelah semua, stripping di depan saudaramu adalah bukan sesuatu yang dia pikir Barbara benar akan dilakukan.

“Oke, Bill, nyalakan musik,” seru Barbara dari ruang lainnya. Bill cepat diaktifkan tape dan kembali ke tempat duduknya. Musik dimulai dan Barbara datang mondar-mandir ke kamar. Dia mengenakan rok mini yang turun sekitar pertengahan paha, blus pendek yang tidak terkancing, hanya diikat bersama-sama di bawah payudaranya, dan sepasang sepatu hak tinggi. Dia berhenti di tengah ruangan dan perlahan berbalik di depan mereka. Lalu ia mulai menari, tenun dan menabrak dan grinding pada waktunya untuk musik, rambut panjang hitam melempar saat ia menari, pinggulnya berputar lancar dengan musik.

Barbara berbalik untuk pria dan perlahan-lahan mulai geser rok mini ke atas kakinya, berguling perusahaannya, pantat bulat pada mereka. Jerry merasa kemaluannya mulai kaku sudah! Vagina ini sebagai seksi, bahkan berpakaian lengkap. Ketika rok itu tepat di bawah pantatnya, Barbara membungkuk, kakinya lurus dan agak terpisah. Saat ia membungkuk, Jerry bisa melihat hanya bagian bawah selangkangan dari sepasang celana hitam! Lalu ia mengayunkan kembali sekitar mereka hadapi. Rolling dan menggiling pinggulnya, ia membawa kedua tangannya ke kepalanya, lalu perlahan-lahan turun ke payudaranya.

Jerry tidak tahu di mana dia ingin melihat yang paling, untuk melihat apa yang akan ia lakukan dengan tangannya atau untuk menonton selangkangannya, mana rok mini masih menempel di tingkat selangkangan dan menjanjikan untuk memberikan mengintip celana dalamnya lagi. Dia memutuskan untuk menonton tangannya saat ia menangkup payudaranya melalui blus itu. Dia meremas dan berguling payudaranya, membuat bagian depan blus gapping secara bergantian membuka dan menutup jauh. Tangannya meluncur ke simpul antara payudaranya dan ia perlahan dan menggoda membuka itu. Kemudian, sangat perlahan, ia menarik blus terbuka, secara bertahap memperlihatkan bagian dalam payudaranya miring.

Ketika blus itu terbuka hampir sampai ke puting, dia menarik itu untuk mengekspos bagian bawah payudaranya, menjaga puting tertutup. Lalu, tiba-tiba, ia tersentak blus terbuka lebar. La mengenakan pasties!

Payudara Barbara yang indah, besar dan tegas. Mengangkat bahunya, ia membiarkan slide blus bawah lengannya ke lantai. Kemudian, perlahan-lahan, ia mulai jongkok, berlutut bersama-sama, tapi menunjuk langsung pada Jerry. Ketika dia mencapai posisi jongkok, ia perlahan mulai membuka kakinya. Pada awalnya, semua Jerry bisa melihat bagian dalam pahanya yang mulus. Tapi kemudian, secara bertahap, ia bisa melihat selangkangan celana dalam hitamnya. Ketika kakinya lebar, ia bersandar pada tangannya, perlahan-lahan memutar pinggulnya dalam waktu dengan musik.

“Kau benar-benar seperti ini, bukan?” tanyanya Jerry, menatap tonjolan di celananya. Jerry hanya menyeringai, melirik ke tenda penisnya itu membuat di pangkuannya. Mendengar ritsleting, ia melirik Bill. Bill membuka ritsleting celananya dan telah penisnya keluar, mencuat lurus ke atas keluar dari celananya, keras seperti batu! Jerry terperangah pada apa yang kakaknya lakukan!

Barbara kembali berdiri dan membuka ritsleting roknya. La membiarkan perlahan-lahan meluncur ke bawah kakinya dan menendangnya. Sekarang ia menari di depan mereka dengan apa-apa di tapi pasties, celana hitamnya bikini, dan sepatu hak tinggi. Dia menendang sepatu off dan berbalik, memutar pantatnya pada mereka. Perlahan-lahan, ia mulai menggulung celana bikini bawah, secara bertahap memperlihatkan celah pantatnya. Ketika celana digulung di bawah pantatnya, ia berbalik menghadap mereka. Dia mengenakan G-string!

Dia mendorong celana turun dan melangkah keluar dari mereka. Barbara berdiri di depan Jerry, sekitar tiga meter jauhnya, memutar pinggul dan melihat tonjolan besar di celana. Dia menjilat bibirnya.

“Jika Anda benar-benar seperti apa yang saya lakukan, mengapa Anda tidak melakukan apa yang saudara saya lakukan, terlalu” ia menggodanya. Jerry memandang Bill dan melihat bahwa ia pembajakan di kemaluannya, tinjunya meluncur perlahan-lahan naik dan turun Hardon nya.

“Ya, mengambil hal yang keluar dan menunjukkan betapa kau menyukainya” Bill memberitahunya. Melupakan bahwa adegan incest itu membentang di depan matanya, Jerry membuka ritsleting celananya dan melepas celana pendeknya. Penisnya melompat keluar dari pembukaan, berdiri besar dan bangga. Barbara menjilat bibirnya saat melihat kontol besar, menonton sambil perlahan-lahan menyelipkan tangannya atas dan ke bawah poros besar.

Sambil, Barbara membungkuk ke depan di pinggang, Jerry memberikan pandangan yang benar di antara kakinya. Dia menatapnya kembali dari antara kedua kakinya, menatap tinjunya membelai. Lalu ia berdiri tegak dan bergerak sensual atas di depan Bill.

Dia mencondongkan tubuh ke arahnya dan berkata, “Ambil satu.” Bill mengulurkan tangan dan menutup ujung jari nya sekitar satu tit. Dia membiarkan jari-jarinya perlahan-lahan menuruni jalan mereka susu payudaranya sampai ia tiba di pastie tersebut. Kemudian, mengambil pastie antara ujung jari, ia menariknya off! Putingnya bengkak ke titik keras. Bill tweak di antara ibu jari dan telunjuk. Barbara mengulurkan tangan dan memberikan ujung penisnya meremas, lalu menjauh darinya. Menari di depan Jerry, dia mencondongkan tubuh ke depan.

“Apakah Anda ingin mengambil satu lainnya dari?” ia bertanya.

“Ya, bawa dari tubuhnya,” kata Bill padanya, kegembiraan membuat suaranya rendah dan serak.

“Wow, ya,” hanya itu yang bisa dia katakan.

“OK, tapi Anda harus melakukannya dengan mulut Anda,” katanya. Dia membungkuk ke depan dan menangkup payudaranya, membawa satu kiri ke mulutnya. Dia membuka mulutnya dan mencengkeram pastie dengan giginya. Dia menarik kembali dan itu datang dari, memperlihatkan puting merah muda yang besar, membengkak ke titik keras! Jerry menjatuhkan pastie dari mulutnya saat ia membawa tit lainnya dan memegang payudara hingga ke bibirnya.

“Lick itu,” katanya. La mengulurkan lidahnya, menjilati puting, lembut bengkak. Dia dihapus yang satu dan membawa yang lain ke bibirnya.

“Suck payudaranya,” kata Bill, jacking pada penisnya.

“Suck itu,” katanya. Dia mengambil puting antara bibirnya dan mulai mengisap di atasnya. Setelah beberapa saat, ia menariknya pergi dan lurus tit-tened up, back up beberapa langkah. Dia menyelipkan tangannya ke bawah perutnya, lalu meluncur jari tengahnya di bawah puncak G-string. Di balik gumpalan kain tipis, ia mulai menyalakan clit nya.

“Jika Anda ingin melihat lebih banyak, Anda harus menunjukkan penghargaan Anda, seperti Bill lakukan,” katanya. Jerry melirik Bill dan melihat bahwa ia telah mengambil celananya dan celana pendek benar-benar off. Dia bersandar di sofa dengan menyebar kakinya. Tusukan yang besar itu mencuat lurus ke atas, tinjunya perlahan pistoning naik dan turun di atasnya. Jerry tersenyum dan cepat dihapus celana, celana pendek, sepatu dan kaus kaki. Penisnya berdiri tegak di udara!

“Oh, ya,” desahnya apresiasi, saat ia mengambil tusukan di tangannya dan menggoyangkan itu padanya. Perlahan-lahan, ia mulai meluncur tinjunya ke atas dan ke bawah.

“Sekarang, tunjukkan saya lebih,” katanya. Dia tersenyum dan mendorong bagian depan G-string ke atas celah nya.

“Apakah Anda suka pus dicukur?” tanyanya.

“Oh, yessss,” desisnya dengan gigi terkatup. Perlahan-lahan, Barbara mendorong bagian depan kain jauh di bawah kakinya, memperlihatkan celah nya. Tiba-tiba, ia dilucuti off G-string, membiarkannya meluncur ke bawah kakinya ke lantai. Dia pindah tepat di depan Jerry dan menyebar kakinya. Menggunakan jari-jarinya, ia menarik bibir vagina terbuka lebar, mengungkapkan interior, berkilau merah muda gelap, tebal flaps bengkak, klitorisku, keras tegak, hidup dengan basah sebagai jus apaan mengalir dari lubang itu.

“Terus lakukan apa yang Anda lakukan dengan tangan kanan Anda,” katanya, menunjukkan tangan yang sedang meluncur naik turun daging keras, “dan merasakan bagaimana basahnya aku dengan yang lain.” Jerry melirik Bill. Melihat tidak ada keberatan dari dia, dia menaati permintaan Barbara. Dia menyelipkan tangannya di antara kedua kakinya, jarinya geser ke atas dan ke bawah celah basah. Dia berguling klitorisnya dengan ujung jarinya, membawa erangan dari bibirnya, lalu menangkup vaginanya dengan telapak tangannya, jari tengahnya menemukan pintu masuk vagina basah kuyup itu. Dia membiarkan pusaran jari di dalam lubang itu selama beberapa detik, lalu mendorongnya lebih dalam ke dalam dirinya. Dia mengerang, lalu menarik kembali jari sedikit sebagai Jerry ditarik keluar dari vagina dia dengan suara muncul.

“Oke, kalian berdiri,” perintahnya. Cepat, mereka berdua bangkit berdiri, menusuk mereka langsung mencuat. Barbara berlutut di depan Jerry dan mendorong kakinya terpisah. Ia memegang bola dengan satu tangan dan mencengkeram ayam keras dengan yang lain, geser tangannya atas dan ke bawah panjang kemaluannya, menonton cairan pre-cum dari ujung. Dia membungkuk dan menjilat itu. Lidahnya kemudian diaduk sekitar tombol besar, menggambar erangan kenikmatan darinya.

Perpisahan bibirnya, perlahan-lahan dia menurunkan mulutnya Jerry kontol keras. Dia menyaksikan dengan takjub ketika setengah dari penisnya dengan cepat menghilang ke dalam mulut panas. Perlahan-lahan, Barbara meluncur bibirnya kembali sampai hanya sangat ujung ayam masih di mulutnya, kemudian mulai menyedot kembali ke dalam mulutnya lagi. Atas dan bawah penisnya bibirnya bepergian, pipinya ditarik oleh tindakannya penyedotan. Jerry tidak bisa percaya. Di sini dia, mendapatkan penisnya disedot oleh adik temannya sementara temannya mengawasi dan mendongkrak pada penisnya.

“Ya, Barbara, menghisap penisnya,” mendorong Bill nya. Jerry melirik Bill dan melihat bahwa tinjunya masih bergerak naik-turun ayam bengkak, jacking dirinya dari waktu dengan gerakan Barbara mengisap. Tiba-tiba, melepaskan Jerry kontol, Barbara berdiri dan pindah di depan Bill. Dia berbalik padanya dan membungkuk. Mencapai kembali antara kakinya, ia mengambil penisnya di tangannya dan membawanya ke celah vagina. Perlahan-lahan, ia mendorong kembali ke dia, dan Jerry menyaksikan temannya tusukan perlahan-lahan membenamkan dirinya ke dalam vagina adiknya sendiri itu. Dia ditahan di sana selama beberapa saat, kemudian ditarik dari itu.

Dia pindah kembali di depan Jerry dan mendorongnya di atas sofa. Dia berlutut di depannya, mendorong kakinya lebar. Perlahan-lahan, Barbara mengambil penisnya ke tenggorokan lagi, semua cara untuk bola! Dia melirik ke arahnya, dan mulai perlahan-lahan menarik diri sampai hanya akhir berada di mulutnya.

Melihat ke bawah pada Barbara, Jerry mengawasinya menghisap penisnya. Dia akan meluncur mulutnya jauh di bawah penisnya, mengambil sebanyak di mulutnya yang dia bisa, lalu perlahan-lahan kembali sampai hanya akhir masih di mulutnya. Lalu ia akan berhenti di sana, mengisap tombol besar dan menjilatinya dengan lidahnya, maka dia akan memulai seluruh siklus lagi. Jerry tahu ia tidak akan berlangsung lama ini.

“Ya, Barbara, menghisap dia pergi,” kata Bill padanya, jacking pada penisnya sambil mengamati tindakan. Mengubah teknik, Barbara mulai mengisap vicously di ujung kemaluannya. Jerry merasa bola pengetatan! Penisnya membengkak karena ia merasa tekanan bergerak naik poros batang nya! Tiba-tiba, ia mengerang dan ujung kemaluannya terasa seperti meledak sebagai dorongan yang kuat pertama menembak cum ke mulut Barbara.

Para jalang hyngry cum mengisap ujung penisnya, tangannya memompa poros nya, seperti lonjakan setelah semburan tembakan sperma ke dalam mulutnya. Tenggorokannya bekerja saat ia menelan ludah, mengambil setiap lonjakan jauh ke dalam perutnya. Akhirnya, ketika menyembur berubah untuk menggiring bola, ia mengambil mulutnya off kemaluannya dan mulai meluncur tinjunya perlahan naik dan turun poros nya, memompa terakhir cairan keluar dari dirinya. Ketika cum menggiring bola akhirnya berhenti, ia menjilat ujung penisnya bersih, kemudian bersandar dan tersenyum padanya, menjilati bibirnya.

Barbara berdiri. Tanpa kata, dia kemudian mendorong Jerry kembali dan berdiri di atas sofa, mengangkangi dirinya. Dia membawa vaginanya ke bibirnya, memegang kepalanya dengan tangannya.

“Sekarang giliran Anda,” katanya.

“Ya, menyedot vaginanya,” dia mendengar Bill berkata.

Jerry menjulurkan lidahnya dan menjentikkan ujung klitorisnya, menggambar erangan kenikmatan darinya. La memutar-mutar lidahnya di sekitar tombol bengkak, kemudian menjilat di sepanjang celah itu, berputar-putar lidahnya di pembukaan vagina. Dia membawa tangannya ke pantatnya, mencengkeram dan memegang vaginanya terhadap mulutnya. Lidahnya bergerak naik turun di sepanjang celah itu, menjilati klitorisnya dan membuka vaginanya. Dia diperiksa antara pipi pantatnya dengan jari.

Barbara mengerang ketika jarinya menemukan bajingan dan menempel pembukaan ketat. Melanjutkan untuk menjilati vaginanya, dia wormed ujung jarinya ke dalam dubur membuka nya, memutar dan mendorong sampai ia memiliki semua cara!

“Ohhhh, yessss,” ia terengah-engah.

“Ya, menghisap vaginanya dan jari pantatnya,” Bill mendorong dia.

Jerry menyelipkan tangannya yang lain di antara kakinya dan mendorong jari tengahnya sepanjang jalan sampai ke dalam vaginanya berair, panas. Dia mengambil klitorisnya antara bibir dan mulai mengisap itu, memutar-mutar lidahnya sekitarnya sambil mengisap.

Tiba-tiba, Barbara menjerit rendah, menyambar kepalanya dan menarik mulutnya rapat-rapat terhadap vaginanya. Tubuhnya gemetar dan bergetar saat ia datang! Akhirnya, dia menjauh dari dia dan duduk di sofa di antara dirinya dan Bill.

Jerry menatap Bill, yang memiliki senyum lebar di wajahnya dan masih membelai keras luar biasa pada! Bill meluncur berlutut di antara kaki Barbara, dan mengambil kaki di masing-masing tangan dan memegang mereka dan lebar, meluncur penisnya sampai bola ke dalam vagina panas. Jerry duduk di sana dan menyaksikan Bill kontol meluncur masuk dan keluar dari vagina Barbara. Bill tusukan itu berkilau dengan jus pus Barbara seperti meluncur lancar masuk dan keluar dari salurannya diminyaki.

Jerry merasa kemaluannya mulai menegang lagi saat ia melihat Bill meniduri Barbara. Kepala Barbara dilemparkan kembali dan berguling dari sisi ke sisi. Dia tampaknya merasa kesenangan intens. Dia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Melihat kerasnya itu, ia menunjuk dan memberi isyarat baginya untuk memasukkannya ke dalam mulutnya.

“Dia ingin menghisap penismu saat aku bercinta dengannya!” Bill tersenyum padanya.

Jerry berdiri di atas sofa di samping Barbara. Dia meraih kemaluannya dan menariknya ke mulutnya, mengisap ujung di antara bibirnya.

“Fuck mulutnya!” Bill mengatakan kepadanya, saat ia meluncur kemaluannya masuk dan keluar dari vagina berair Barbara.

Barbara meraih pantat Jerry dan mulai mendorong dan menarik, mendesak dia untuk benar-benar bercinta mulutnya. Jerry memenuhi, meluncur penisnya masuk dan keluar dari bibirnya penyedotan. Dia kembali menatap Bill, yang bersandar saat ia bercinta vagina Barbara sehingga mereka berdua bisa melihat kemaluannya meluncur masuk dan keluar dari dirinya.

Jerry bisa melihat bibir vaginanya terbuka lebar saat ayam Bill meluncur lancar masuk dan keluar. Klitorisnya itu berdiri seperti jempol kecil. Dia mengerang sekitar mulut penuh ayam yang Jerry sedang meniduri dalam dan keluar dari mulutnya. Jerry tidak bisa percaya bagaimana baik rasanya, terutama mengingat bahwa dia baru saja cum.

“Tempat perdagangan Mari,” saran Bill. “Aku akan cum, dan saya ingin menembak di mulut adiknya saya suka minum jus bercinta saya..” Dia menarik keluar kontol atau vaginanya dan pindah ke sisi lain dari sofa. Jerry menarik kemaluannya dari mulutnya dan melangkah turun dari sofa.

Terbukti, sundal itu terlalu tenggelam dalam kenikmatan yang ia telah menerima dari ayam sialan, dan rencana mereka untuk beralih tempat untuk dia berteriak “Kamu bajingan bajingan sialan Anda.. Bagaimana mungkin Anda mengambil semua ayam yang dari saya. Seseorang yang lebih baik fuck me fuck me Seseorang yang lebih baik sekarang.. “

Barbara mengerang saat kakaknya kemudian digosok kemaluannya di bibirnya. Dia membuka mulutnya dan dia meluncur masuk Jerry mengambil kaki di masing-masing tangan dan mengangkat kakinya untuk beristirahat di bahunya. Ia mengusap ujung kemaluannya atas dan ke bawah di celah airnya, lalu ia mendengar erangan nya sekitar mulut penuh kontol saat ia meluncur semua jalan sampai vagina.

“Ini adik cunted panas saya tidak bisa mendapatkan daging yang cukup bercinta, dia bisa Jerry? Para pelacur kecil fucking terpuaskan Kadang-kadang aku pikir dia seorang nymphomaniac sialan..” Jerry mengangguk setuju sebagai vagina sekitar kemaluannya terasa seperti oven. Dia melihat pipi Barbara bergantian isapan keluar dan menarik sebagai Bill menyodorkan kemaluannya masuk dan keluar dari mulutnya, akan begitu dalam hingga tampak seperti ia bercinta itu ke dalam tenggorokannya. Tangan Barbara melilit batang kontol kakaknya, jadi dia mengendalikan kedalaman menyodorkan nya. Jerry takjub seberapa jauh dia mengambil itu.

Jerry menatap dong meluncur masuk dan keluar dari vaginanya. Bibir vaginanya bengkak tebal dan menggelembung di sekitar kemaluannya. Klitorisnya seperti marmer merah besar, mencuat sejauh itu menabrak akar penisnya setiap kali ia menyentuh dasar dalam dirinya. Penisnya ditutupi dengan lapisan tebal jus nya, dan apa pun Bill bocor ke dalam dirinya. Dia begitu basah dan licin bahwa hampir tidak ada gesekan, sensasi bercinta dengannya menjadi salah satu lebih panas kuat daripada benar-benar meluncur masuk dan keluar dari vagina ketat. Rasanya seperti ia tidak bisa merasakan dinding vaginanya, tetapi pada saat yang sama ia bisa merasakan mereka, lembut sekitarnya organnya.

Tiba-tiba, Bill mengeluarkan erangan. Jerry mendongak tepat pada waktunya untuk melihat kepalan Barbara memompa cepat atas dan bawah pada poros nya sambil liar mengisap ujung penisnya. Jerry berpikir dia hampir bisa melihat Bill kontol berdenyut saat ia dipompa lonjakan setelah lonjakan dari air mani ke dalam tenggorokan adiknya. Tenggorokan Barbara bekerja jatuh saat dia mencoba menelan semua yang dia adalah memompa ke dalam mulutnya, tetapi beberapa yang bocor keluar sudut mulutnya. Akhirnya, ayam Bill tergelincir dari mulutnya, meninggalkan string tipis dari air mani dari bibirnya ke ujung kemaluannya.

Jerry melihat tatapan liar di matanya dan tahu bahwa dia sangat dekat untuk datang. Dia mulai dorong visciously ke dalam dirinya, serudukan begitu keras bahwa payudaranya digulung kembali dan sebagainya. Dia mulai terengah-engah, lalu mengerang. Dia melengkungkan punggungnya dan dorong kepala ke belakang, matanya tertutup rapat meraih. Tiba-tiba, ia menjerit bernada rendah dan mulai gemetar seluruh. Dia datang!

Sebagai Barbara datang turun dari orgasme, Jerry hanya memegang penisnya masih dalam dirinya, terkubur untuk gagang di vagina. Ketika akhirnya dia membuka matanya dan menatapnya, dia hanya menyeringai padanya.

Dia menjilat bibirnya dan tersenyum lewdly padanya, kemudian mulai memutar pinggulnya di sekitar penisnya. Dia menyadari bahwa dia masih menginginkan lebih. Dia menarik dan mendorong ke dalam dirinya lagi, lalu lagi. Tiba-tiba, Jerry ditarik kembali dan benar-benar dihapus penisnya dari vaginanya.

“Tidaaaak,” keluhnya, merasa perasaan kosong tiba-tiba ketika ia mengundurkan diri. Dia meluncur penisnya turun melewati vagina, di antara pipinya. Ketika ia menyadari di mana ia pergi, ia mendorong terhadap bahu dengan kakinya, tidak mendorongnya, melainkan untuk mengangkat pantatnya.

Bill, yang telah runtuh di sofa di samping mereka, mengangkat untuk menonton apa yang terjadi. Dia melihat Jerry mengambil penisnya di kepalan tangannya dan menggosok akhir sekitar dan sekitar bajingan mengerut Barbara. Saat ia menggosoknya di pantatnya, kepala sepertinya sekrup jalan di hanya sedikit, dia membuka pantat untuk memungkinkan ujung untuk bergerak di dalam hanya sedikit. Ketika tombol di seluruh, Jerry berhenti sesaat.

Dengan kenop penisnya di dalam lubang Barbara, Jerry berhenti sejenak. Dia tahu bahwa lapisan licin di kemaluannya akan memungkinkan dia untuk mengubur ke gagang di pantatnya dengan satu dorongan jika dia ingin, namun ia tidak yakin bahwa akan bijaksana. Penisnya adalah tentang panjang yang sama dengan Bill, tapi itu agak tebal. Jika ia tidak digunakan untuk salah satu yang cukup tebal, itu bisa menyakiti akan masuk Dia memutuskan untuk menguji nya.

Menggunakan stroke pendek, ia mulai geser kembali dan sebagainya di lubang pantatnya. Dia mengerang saat ia mengundurkan diri dan dorong ke depan. Jerry bisa melihat bajingan itu terbuka untuk menerima poros nya, bisa merasakan dinding mengelilingi menggenggam kemaluannya sebagai dorong masing-masing membawanya sedikit lebih dalam. Dia menggunakan sekitar setengah panjang penisnya, dan ia bisa melihat bajingan mengerut di dan menghilang sebagai poros nya meluncur dan kemudian tampaknya memahami poros dan menolak saat ia ditarik kembali. Tiba-tiba, dengan mendengus murni nafsu, ia menerjang maju, tiba-tiba mendorong seluruh panjang lurus ke atas pantatnya. Matanya terbuka lebar muncul sebagai bola meluncur penisnya dalam-dalam sampai pantatnya. Dia mengerang, lalu senyum mulai menyebar ke seluruh wajahnya saat Jerry mulai pompa dalam dan keluar dari, ass fucking dengan stroke dalam-dalam, dengan menggunakan panjang penuh penisnya.

“Wow,” dia mendengar Bill berkata. “Nah, itu pantat sialan!”

Barbara mengerang dalam perjanjian saat ia memutar bokongnya sekitar tusukan menyodorkan invad-ing. Ayam Jerry pistoning sedang meluncur lancar dalam dan keluar dari sekarang dilumasi dengan baik butt-lubang. Jerry melirik Bill dan melihat bahwa penisnya sudah keras lagi. Dia meluncur tinjunya ke atas dan bawah itu, membelainya dalam waktu dengan kontol yang besar masuk dan keluar dari rektum adiknya.

Jerry menggosok celah Barbara dengan telunjuknya dalam waktu dengan stroke penisnya di pantatnya. Dia mengerang lagi, jelas mendekati klimaks lain. Jerry, juga sudah mendekati klimaks lain. Dia merasa bola-nya pengetatan, merasakan sensasi, bengkak bergegas dalam batang penisnya. Meraih kakinya, ia mendorong mereka sampai lututnya terhadap payudaranya, menyebarkannya lebar untuk serangannya. Dia mulai membenturkan kuat-kuat, membanting kemaluannya masuk dan keluar dari lubang pantatnya, pinggulnya menampar pipi pantatnya. Dia mengerang dan mulai bergetar seluruh saat ia sekali lagi melewati puncak klimaks. Jamming penisnya ke gagang di pantat lembut, Jerry mengerang saat ia datang, muncrat ditembak setelah tembakan dari air mani ke dalam perutnya. Tiba-tiba, Bill bangkit dan bergerak di atas Barbara, jacking di kemaluannya marah dengan kepalan tangannya. Dia menghembuskan napas yang tertahan ketika ia mulai menyembur, menembak bebannya seluruh payudara kakaknya naik-turun.

Jerry menarik ayam layu nya dari pantatnya dan dengan lembut biarkan kakinya ke bawah. Dia membuka matanya dan tersenyum pada mereka.

“Wow, orang, sekarang yang saya sebut mendapatkan meriah kacau!” dia memberitahu mereka. Mereka berdua tertawa dan menyeringai kesepakatan mereka.



Sabtu, 06 Mei 2017

Teman Main SMA

Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP
Nama gw Andre gw masih kuliah di salah satu PTS di jakarta. gw orangnya biasa aja… tapi banyak yang bilang badan gw gagah… tinggi gw 175…. dulu di SMU gw termasuk salah satu cowo yang di PUJA” sama wanita… dari Kelas 1 sampai kelas 3.

Cerita Dewasa ini berawal pas gw duduk di SMU.. pertama kali gw masuk kelas 3.. gw pindahan dari surabaya.. SMP gw di jakarta cuma sampai kelas 2 semester 1.. kelas 2 SMP.. selanjutnya gw terusin di surabaya.. maklum bonyok pindah kerja melulu… terpaksa gw ikut juga……

waktu itu hari pertama gw masuk kelas 3.. gw di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA… gw orang pinter wajar masuk IPA… hauahahhauah!!.. gw di kenalin sama guru gw n kepsek di kelas… udah gitu gw di suruh duduk di samping cewe yang langsung gw kenal namanya anita tingginya sebahunya gw.. badannya sintel banget payudaranya yang selalu buat gw ndisir melulu klo deket dya…. gw sempet tuker-tukeran no. hp sama dya… setelah gw tau dya kaya’ gimana… gw coba aja jadian sama dya…

Gw jalan sama dya masih sampai sekarang… dya klo deket gw rada” binal… Napsuan… bersyukur banget gw dapet cewek macem gitu… waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk… gw sama anita ngobrol aja dipojok kelas.. maklum tempat duduk gw sama dya di taro di pojok sama walas… pertama gw sich nggak berani ngapangapain dya di kelas tapi klo udah masuk ke mobil gw abis tuch cewe…. waktu itu gw liat temen gw lagi cipokan di depan kelas…. balakng meja guru… tiba” aja cewe gw ngomong gini

“tuch rido aja berani.. masa’ kamu kalah sama dya??”
“ha? aku kalah……

belum sempet selesai bibir gw di lahap sama anita… di bales aja dengan ciuman n sedotan yang bikin dya ampun-ampunan sama gw. Anita sempet ngasih lidahnya ke gw. tapi gw lepas ciumannya “kenapa??” gw bilang aja begini
“aku nggak mau maen lidah di kelas.. takut kelewatan”…
“y udah.. maen biasa aja”…
gw lanjutin ciuman gw di bawah.. bangku meja gw gw dorong ke depan supaya lebih luas gw ngelakuin ciuman demi ciuman……

“ahhhhhh…. ahhhh…… ndree..”

kata-kata itu selalu keluar dari mulutnya. Setelah gw puas ciumin tuch bibir, gw turun ke bawah ke lehernya dya yang makin membuat dya kewalahan. Dan tangan gw ngeremes” payudara dya.. yang ukurannya gw taksir 35 tau A B C D.. cuz setiap gw tanya dya g pernah mau jawab…. gw remes tuch dadanya sampe dya kelojotan… setelah gw nandain tanda merah di lehernya… dya ngeremes remes kontol gw… yang membuat ni “ADEK” kagak kuat lagi buat nahan di dalam kancut…. maupun masih make baju seragam n gw ngelakuin di dalam kelas… gw tetep nggak gentar…. gw bukan resleting seragam gw… n gw keluarin tuch siADEK.. dan si anita udah siap dengan mulutnya yang menganga…. gw sempet nutupin dya pake jaket gw… sehingga misalnya temen gw nanya gw bilang aja lagi sakit.

jilatan demi jilatan dya beri untuk gw….. isapan dya bikin gw nggak kuat lagi buat nahan keluarnya mani gw….. lidahnya bergoyang” di ADEK gw…. “akhhhhhhh………. crotttttt…… croooootttt crotttttttttttt….” keluar mani gw….. anita membersihkannya dengan mulutnya… dan di kocok” trus di ADEK gw…….. selesai itu gw bersiin mulutnya dya pake tissue yang ada di kantongnya…. gw sama anita kembali berciuman… freenc kiss,,, lidahnya dya ber gelugit” di dalam mulut gw……

jam 12.00 gw balik sekolah…. sebelum gw gas mobil gw ke rumah gw di bilangan bekasi.. nggak jauh dari rumahnya anita.. gw bermain dadanya anita dolo di mobil gw…. gw buka kancing seragam pelan” di bantu anita… dengan napsu yang ganas… anita ngerti maksud gw and dya nge buka tali BHNya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara isapan gw muncul di depan gw….. dengan napsu di ujung rambut gw isap puting susunya tangan kiri gw megangin kepala belakang dya.. and tangan kanan gw ngeremes” dada yang satu lagi…. “ahhhhh…….. andre…… pelan” donkkk……. anita udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh”…..

puting anita yang berwarna merah ke merah” mudaan tertelan abis oleh mulut gw and tiba” aja tubuhhhhh anita mejelijang seperti cacing kepanasan……. gw sedot trus dada anita…. sampai puting itu terasa keras banget di mulut gw…. anita cuma diam dan terkulai lemas di mobil gw…. gw liat parkiran mobil di sekolahan gw udah sepi…. anita mengancingi baju seragamnya satu gw bantu supaya cepet….

selama perjalanan pulang anita tetap lemas dan memejamkan matanya… gw kecup keningnya sesampai di rumah gw….

anita bangun dan dya pengen ke kamar kecil… gw suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dya bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah…. selesai dari kamar mandi gw liat anita nyopot BHnya…. terlihat jelas putingnya dan bongkahan susu sebesar melon itu…..

belum sempat masukin baju ke tasnya dya… dya gw dorong gw tempat tidur… dan gw lahap bibirnya dan dya membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan napsu… gw yang cuma make bokser doank… ke walahan tangan dy bermain” di selangakangan gw….. gw bermain di leher dya dan gw buat cap merah lagi di lehernya…. gw sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make CD G string… dengan perlahan” dya nurunin roknya dan dy hanya menggunakan CDnya… gw copot dan gw jilatin vaginanya….. ” ahhhhhhhhhhhhhhhhhh……….. .

Ndree…..ahhh hhhhhhh” cuma kata” itu yang keluar daru mulutnya….. gw rasain vagina anita semakin keras… dan gw gigit kelentitnya dya terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu gw….. “Ndree.. puasin gwwww dunkkkkkkk.”…… nggak pake cing cong gw jilat n gw sodok” tuch vagina pake telunjuk gw…
“Ndree… gw keluarrrrrrrrrrrrrrrr……..” vagina anita basah ketika di depan mata gw.

di sedot sampai bersih tuch vagina…… udah gitu gw liat dya memegang bantal dengan keras. gw deketin dya dan gw cium bibir dya. ternyata dya blum lemas. dy bangkit dan memegang kontol gw dan di kocokinnya sampe si ADEK mengacung sangat keras….. kontol gw di masukin ke mulutnya anita…. di masukan di keuarkan…. sampai” di sedot….uhhhhhhhhh….. nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi……. biji zakar gw juga nggak lupa ikut ke sedot….. pass biji gw di sedot rasanya gw pengen FLY…….

kocokin anita semakin panas dan hisapannya semakin nggak manusiawi lagi…… wajahnya tambah maniss kalo dya sambil horny begini…….. ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….. …. crottttttttttttttttttttttttttt tt many gw tumpah semua ke lantai kamar gw…. yang sisanya di jilatin anita sampai bersuh…………………… …… gw bangkit dan menarik tangan anita… gw ciumin dadanya gw kenyot”lagi putingnya sampai merah……….. gw cupang di sebelah putingnya…. manis banget susunya……. membuat gw semakin napsu sama dya……………

“anitaku sayang…. masukinnn sekarang yach??”
“ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu…..”

gw bertukar posisi anita di bawah…. dan gw di atas… sebelum gw masukan gw gesek” dolo di depan vaginanya… belum gw masukin aja anita udah meringis”…. gw dorong perlan”… “Ndree… pelan” sakit. nee”….. di bantu dengan tangannya dya perlahan” kontol gw masuk…. baru seperempatnya masukkk gw cabut lagi dannn gw sodok lagi…. dan akhirnya masuk semua….. gw lihat anita sangat menderita…… tapi sepertinya dya seneng banget……. udah semuanya masuk gw goyangin… gw maju mundurin perlahan lahan….. bokong anita pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan…..

setelah beberapa menit gw goyang” tiba” badan anita mengejang semua….. dan akhirnya… anita orgasme untuk ke 3xnya.

Gw cabut kembali penis gw dan anita berada di atas gw. Posisi ini membuat gw lebih rileks. Anita memasukannya pelan-pelan. Digenggamnya penisku dan dimasukannya penisku ke vaginanya. Dan blesssss ternanam semua di dalam vaginanya. Badan anita naik turun mengikuti irama…. anita mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala gw…. posisi ini membuat gw bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus… gw emut”

kecil putingnya anita dan meremas remasnya….. bokong anita terusss bergoyaanggg…….. ” ahhhhhhhhh…… ahhhhhhhhh…….. isappp teruss ndree…………” badan anita mengenjang dan ” andreeee…. akuuu pengen keluar lagi….”….. ” akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt……… tahannnn sebentarrrrrrr lagi…….”….. gw dan anita mempercepat permainan dan akhirnya……………”ahhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh……………….. … gw keluar….. kata” itu yang mengakiri permainan ini..

Sampai sekarang pun anita tetep bermain sama gw. Kami tetap melakukan banyak hal. Dan gw di tunangin sama anita karena orang tua kami sama-sama setuju atas hubungan kami.


Jumat, 05 Mei 2017

Nafsu yang Sudah Tidak Bisa Ditahan

Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP
Belum lama ini aku kembali bertemu Nana (bukan nama sebenarnya). Ia kini sudah berkeluarga dan sejak menikah tinggal di Palembang. Untuk suatu urusan keluarga, ia bersama anaknya yang masih berusia 6 tahun pulang ke Yogya tanpa disertai suaminya. Nana masih seperti dulu, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah merekah,

Rambutnya yang lebat tumbuh terjaga selalu di atas bahu. Meski rambutnya agak kemerahan namun karena kulitnya yang putih bersih, selalu saja menarik dipandang, apalagi kalau berada dalam pelukan dan dielus-elus. Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya. Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yang juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Nana.

Aku mengenalnya sejak kanak-kanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai. Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Nana) serta Nana dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.

Hari-hari berikutnya, Nana masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Nana. Kalau sedang rewel, menangis, meronta-ronta kalau digendong Nana menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Nana. Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Nana selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lama-lama Nana sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Nana.

Tampaknya Nana tulus dan ikhlas membantu kami. Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Nana mulai tidak banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Nana tiba-tiba muncul.

“Ada apa Na, malam-malam begini.”
“Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?”
“Ya, Dari mana kamu?”
“Sengaja kemari.”
Nana mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Nana terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.

“Ada apa, Nana?”
“Mas… aku pengin seperti Mbak Tari.”
“Pengin? Pengin apanya?” Nana tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.
“Nana, apa-apaan kamu ini..” Tanpa menungguku selesai bicara, Nana sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat-kuat. Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar-benar mendarat keras. Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat-kuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan-bulan tidak berhubungan intim dengan isteriku. Nana merenggangkan pagutannya dan katanya, “Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki-laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki-laki yang pas.”

Kuangkat tubuh Nana dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.
“Na.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Tari.”
“Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo,” kata Nana sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.
Ia memelukku kuat-kuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut. Nana merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Nana kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Nana. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.

“Kamu amat bergairah, Nana..” bisikku lirih di telinganya.
“Hmmm… iya… Sayang..” balasnya lirih sembari mendesah.
“Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama… ukh…” serunya sembari menelan ludahnya.
“Ayo, Mas… teruskan..”
“Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas?”
“Semuanya,” kata Nana sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yang dikenakannya. Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Nana telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuat-kuat hingga badan Nana lekat ke dadaku. Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku. Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Nana, namun menambah nikmat aroma gadis muda.

Tangan Nana mengusap-usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya. “Sedot kuat-kuat Mas, sedooottt…” bisiknya. Aku memenuhi permintaannya dan Nana tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang ber-AC itu terasa makin hangat. “Mas lepas…” katanya sambil telentang di lantai. Nana meminta aku melepas pakaian. Nana sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam. Nana melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu. Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Nana melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku.

“Mas sedot Mas… teruskan, enak sekali Mas… enak…” Kupenuhi permintaannya sembari kupijat-pijat pantatnya. Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Nana. Rambutnya tidak terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. Kumainkan jemariku di sana dan Nana tampak sedikit tersentak. “Ukh… khmem.. hsss… terus… terus,” lenguhnya tak jelas. Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya. Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba-raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Nana dengan teknik petik melodi.

Nana menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat. “Mas… Mas… ampun… terus, ampun… terus ukhhh…” Sebentar kemudian Nana lemas. Namun itu tidak berlangsung lama karena Nana kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif. Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Nana menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Tari. Akibatnya, memukul ke arah wajah Nana. “Uh… Mas… apaan ini,” kata Nana kaget. Tanpa menunggu jawabanku, tangan Nana langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penisku.

“Mas… ini asli?”
“Asli, 100 persen,” jawabku.
Nana geleng-geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras. Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot dan gelambiran kulit itulah yang membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.

“Mas, belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini.”
“Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya.”
“Alangkah bahagianya MBak Tari.”
“Makanya kamu pengin seperti dia, kan?”
Nana langsung menarik penisku. “Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan.”
Nana menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang vagina yang mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocet-ku telah siap meluncur. Nana memandangiku penuh harap.

“Cepat Mas, cepat..”
“Sabar Nana. Kamu harus benar-benar terangsang, Sayang…”
Namun tampaknya Nana tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Nana. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki penis pasangannya. “Cepat Mas…” ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Nana justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. Tak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Namun Nana tampaknya ingin main kasar. Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat dan sekencangnya. Meski perlahan dapat memasukirongga vaginanya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Nana tidak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.

“Jangan paksakan, Sayang..” pintaku.
“Terus. Paksa, siksa aku. Siksa… tusuk aku. Keras… keras jangan takut Mas, terus..” Dan aku tak bisa menghindar. Kulesakkan keras hingga separuh penisku telah masuk. Nana menjerit, “Aouwww.. sedikit lagi..” Dan aku menekannya kuat-kuat. Bersamaan dengan itu terasa ada yang mengalir dari dalam vagina Nana, meleleh keluar. Aku melirik, darah… darah segar. Nana diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. Aku menahan penisku tetap menancap. Tidak turun, tidak juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Nana dengan mulutku. Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Nana sedikit berkurang ketegangannya.

Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan penisku yang hanya separuh jalan, turun naik dan Nana mulai tampak menikmatinya. Pergerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Makin lama tusukanku makin dalam. Nana pasrah dan tidak sebuas tadi. Ia menikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yang mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin. Nana mulai bangkit gairahnya menggelinjang dan melenguh dan pada akhirnya menjerit lirih,

“Uuuhh.. Mas… uhhh… enaakkkk.. enaaakkk… Terus… aduh… ya ampun enaknya..” Nana melemas dan terkulai. Kucabut penisku yang masih keras, kubersihkan dengan bajuku. Aku duduk di samping Nana yang terkulai.

“Nana, kenapa kamu?”
“Lemas, Mas. Kamu amat perkasa.”
“Kamu juga liar.”

Nana memang sering berhubungan dengan laki-laki. Namun belum ada yang berhasil menembus keperawanannya karena selaput daranya amat tebal. Namun perkiraanku, para lelaki akan takluk oleh garangnya Nana mengajak senggama tanpa pemanasan yang cukup. Gila memang anak itu, cepat panas.

Sejak kejadian itu, Nana selalu ingin mengulanginya. Namun aku selalu menghindar. Hanya sekali peristiwa itu kami ulangi di sebuah hotel sepanjang hari. Nana waktu itu kesetanan dan kuladeni kemauannya dengan segala gaya. Nana mengaku puas.

Setelah lulus, Nana menikah dan tinggal di Palembang. Sejak itu tidak ada kabarnya. Dan, ketika pulang ke Yogya bersama anaknya, aku berjumpa di rumah bude.
“Mas Danu, mau nyoba lagi?” bisiknya lirih.
Aku hanya mengangguk.
“Masih gede juga?” tanyanya menggoda.
“Ya, tambah gede dong.”

Dan malamnya, aku menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pun kembali terjadi dalam posisi sama-sama telah matang.
“Mas Danu, Mbak Tari sudah bisa dipakai belum?” tanyanya.
“Belum, dokter melarangnya,” kataku berbohong.
Dan, Nana pun malam itu mencoba melayaniku hingga kami sama-sama terpuaskan.



Kamis, 04 Mei 2017

Kuperawani Setiap Pacar Pacarku

Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP
Aku mengenal yang namanya wanita sejak kecil, kakakku seorang wanita, kedua adikku wanita, ibuku wanita, hehehe.. dan pembantuku juga seorang wanita. Kuakui segala kenakalanku waktu aku kecil. Aku suka mengintip pembantuku waktu mandi, melihat mereka menyabuni “susu”-nya, dan terkadang melenguh saat jari-jarinya menggosok kemaluannya.

Dan saat aku duduk di bangku kelas satu SMP, aku pertama kali mengerti yang namanya ejakulasi, ketika secara tak sengaja aku menggesek-gesekkan batang kemaluanku ke lantai sambil mengintip lipatan kemaluan pembantuku yang sedang tidur dari celah di bawah pintu, konyol.. tapi kuakui itu. Aku mencoba merangsang diriku setiap hari dengan memakai BH kakakku, melipat batang kemaluanku ke dalam pahaku, dan menggesek-gesekkannya ke guling sambil tiduran. Oh, aku belum tahu yang namanya persetubuhan, hanya saja perbuatan itu membuatku merasa enak, apalagi ketika ejakulasi.

Aku mengenal yang namanya masturbasi dari teman-teman, dipegang, terus di tarik begini.. begitu.. dan memang enak sekali, jadi aku mulai menggunakan tanganku saat mengintip dan menikmati bulu-bulu kemaluan pembantuku saat mandi. Mungkin yang paling berkesan ialah ketika aku mengintip kakakku sendiri (hohoho) lewat celah jendela, setelah dia mandi dan masuk kamar. Ahh, kuintip dia melepas handuknya, mengagumi dirinya di depan cermin. Ohh.. baru kali ini kulihat tubuh dewasa kakakku (yang kebetulan memang cantik, banyak penggemarnya), selain kenangan masa kecil saat kami masih oke-oke saja mandi bersama.

Tanpa terasa kupegangi kemaluanku yag menegang saat ia berbaring di tempat tidur, memegangi puting-puting susunya, dan mengangkat kepalanya saat ujung batere itu bergerak-gerak di lubang kemaluannya. “Hkk.. nngg..” kunikmati setiap gerakannya, sambil menggoyangkan batang kemaluanku dan menarik-nariknya. Ahh.. kutarik napas lega dan kuseka keringat dingin penuh dosa di pelipisku ketika aku ejakulasi, seiring dengan turunnya pantat kakakku yang sebelumnya mengejang-ngejang tak karuan.

Semenjak saat itu, aku menjadi ketagihan untuk bermasturbasi, mungkin tiga-empat kali sehari. Dan pergaulanku dengan teman-temanku memberikan kesempatan bagiku untuk menikmati adegan porno dari video (beta), yang entah dari mana kasetnya. Sehingga imajinasiku menggila setiap melakukan masturbasi. Tanpa kusadari mungkin aku perlahan menjadi seorang maniak seks. Lagi pula itu julukan teman-teman yang mengenalku sekarang, hohoho.. penjahat kelamin?

Akhirnya aku berhasil mengujinya ketika aku berkenalan dengan seorang cewek cantik bernama Enni, saat itu aku kelas tiga SMP. Perkenalanku dengan gadis cantik itu mendapat berbagai halangan, baik dari teman-teman (yang sirik), keluarga kami (karena perbedaan religi), dan tentu saja para sainganku (kebetulan Enni sendiri adalah seorang cewek idola). Hohoho.. masih kuingat saat sepatunya mendadak terlempar ke kepalaku saat sedang enak-enak duduk, sakit memang, tapi toh ada manfaatnya, hehehe. Jadi, aku berkenalan dengannya. Kami mengakrabkan diri dan aku sempat merasa sangat bangga ketika akhirnya ia menerimaku menjadi kekasihnya, saat itu bertepatan dengan pembagian STTB, hehehe. Dan yang paling menggembirakan, ternyata aku satu SMU dengannya, dan satu kelas pula, alamak! Betapa beruntungnya aku.

Kami berdua masih sama-sama polos dalam hal bercinta, mungkin itu yang membuat segalanya menjadi mudah. Dalam tempo tiga bulan aku berhasil mencium bibirnya, eh.. enak dan lembut. Itu ciumanku yang pertama, hahaha.. bergetar.. bergetar. Bayangan akan kelembutan bibirnya membuatku terangsang setiap malam, semakin liar menggosokkan kemaluanku ke guling, membayangkan tubuhnya yang tanpa pakaian menggeliat seperti di film porno saat kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, ahh.. ahh.. ahh.. kurasakan aku hampir gila karena nafsuku. Lalu, dengan sembunyi-sembunyi kunaiki mobil papaku, dan kuajak dia berputar-putar keliling kota, hanya sebentar-sebentar, dan tentu saja aku berkompromi dulu dengan sopirku. Akhirnya aku mendapat “SIM-beli” setelah merengek-rengek setengah mampus di kaki papaku. Dan aku mulai mengatur rencana bagaimana aku bisa menikmati tubuh kekasihku, daripada hanya bibirnya, lagipula batang kemaluanku menuntut terus tiap waktu.

Jadi pertama kuajak ia berputar-putar sekeliling kota, alasannya untuk merayakan SIM-ku. Dan kucoba mencium bibirnya di dalam mobil ketika kami berhenti di sebuah jalan raya, eh.. dia tidak menolak. Yah, sebuah petanda yang bagus.. oke. Beberapa hari kemudian, aku mulai agresif mengajaknya jalan-jalan, sampai akhirnya aku berani mengajaknya ke jalan tol di sebuah malam Minggu. Kami berhenti di peristirahatan tol Surabaya-Gempol.

Kumatikan mesin, dan kucium bibirnya yang lembut. Ia sama sekali tidak meronta ketika aku meremas-remas buah dadanya yang lumayan besar di telapak tanganku, dan ketika kubuka bajunya, menelanjangi bagian atasnya, alangkah nikmat kurasakan menciumi puting susunya yang kecil yang kencang, nafasnya yang melenguh dan mengerang menambah kenikmatan yang kurasakan, “adikku” berdiri tegak siap tempur, tapi kutahan saja, karena aku takut ia akan menamparku jika aku melangkah terlalu jauh. Jadi kugesek-gesekkan saja kemaluanku ke pinggiran kursi sampai ejakulasi. Dan selama itu dia tidak menolak sama sekali, bahkan terkesan pasrah dan menikmati. Dia bahkan sempat memberi wanti-wanti, “Ray.. jangan cerita-cerita okay?” Oh.. tentu tidak dengan menggunakan namanya dan namaku yang asli, hohoho.

Nah, hari-hari berikutnya, karena ia tidak pernah menolak, jadi aku pun mulai berani melepaskan baju atasku, menikmati kehangatan dadanya di dadaku sambil menciumi bibir dan telinganya. Mmm.. enak sekali kurasakan saat itu. Kami mulai biasa melakukan embracement di rumahnya, rumahku, dalam mobil dan dimanapun tempat yang kami bisa. Sampai akhirnya kami kelas 2. Saat itu aku mulai mengenal yang namanya pil “koplo”, dan karena aku anak band, jadinya pil setan itu menjadi konsumsi wajibku sebelum manggung, ah kurindukan saat-saat “sakauw”. Efeknya, aku menjadi lebih liar, lagipula Enni sama sekali tidak tahu aku mengkonsumsi obat-obatan. Dia hanya bingung melihat prestasiku yang merosot 23 peringkat saat cawu 1, dan kubilang saja karena papa dan mama ribut melulu. Toh dia percaya.


Suatu saat, ketika kami pulang sekolah (siang), kuajak dia mampir di Wendy’s. Kami makan, dan kemudian seperti biasa berputar-putar mencari tempat. Akhirnya aku memberhentikan mobilku di sebuah jalanan yang lumayan sepi di dekat Kenjeran. Ah, aku sih bersyukur saja karena kaca mobilku gelap, hehehe.. jadi, kubuka baju dan behanya, menikmati puting-puting “susu”-nya seperti biasa, sambil sesekali meremas dan menggigit. Nafasnya mendengus-dengus. Kuajak ia pindah ke bangku belakang. Enni menurut saja. Kuteruskan hisapanku di “susu”-nya, dan ketika kumasukkan tanganku ke dalam roknya, ia hanya diam dan mengeluh. Kutarik celana dalamnya ke bawah, sambil kuciumi bibirnya yang terbuka.

Enni mengerang lirih saat kusentuh kemaluannya yang basah. Aku berusaha mendudukkan diriku di sebelahnya, mengangkat roknya dan membuka pahanya, untuk yang pertama kalinya aku melihat kemaluan seorang wanita di depan mataku, bentuknya indah sekali, berbeda dengan yang di film-film porno. Kulihat wajahnya memerah dan matanya memandangku bertanya-tanya. “Aku tahu bagaimana membuatmu enak..” bisikku lirih sok tahu. Kulihat Enni hanya diam saja, jadi kutahan pahanya ke sandaran jok belakang, dan kuletakkan telapak tanganku menutupi liang kemaluannya. Enni mengerang-erang saat kugosok-gosok bibir kemaluannya dengan telapak tanganku, “Ahh.. hahh.. ahh..” aku juga semakin bernafsu, persis seperti di film, pikirku saat itu. Hanya saja, untuk menjilat aku belum berani, jijik.

Jadi kuteruskan saja menggosok-gosok kemaluannya, terkadang cepat, terkadang lambat, “Ahh.. ahh.. khh.. hh..” Enni mengerang-erang, tangannya menjambret kain bajuku yang terbuka, menarik-nariknya. “Aaahh..” kurasakan tanganku sangat basah, pahanya bergerak-gerak membuka dan menutup. Aku pun menghentikan tanganku sejenak, melihat dan menikmati wajahnya yang memerah dan nafasnya yang terengah-engah. Eh.. dia malah berkata, “Gantian. Aku ingin lihat punya kamu!” Oh God, hahahaha.. sure, dan kubuka celanaku berikut celana dalam yang menempel di pantatku. Enni memperhatikan dengan seksama “burung”-ku yang tegang dan bergerak-gerak di depannya. “Duduk..” kataku sedikit memerintah.

Kugamit jemarinya dan kuletakkan di batang kemaluanku, Enni memegangnya tapi dia diam saja, “Salah.. Begini loh!” kutunjukkan cara melakukan masturbasi padanya, dan.. damm it! it feels soo good. Kurasakan telapak tangannya menggenggam batang kemaluanku dan menarik-nariknya, enak. Kumasukkan lagi tanganku ke dalam roknya, membuka pahanya dan menggosok bibir kemaluannya, “Ahh.. hh.. uhh.. ahh..” kami mengerang dan mengeluh bersamaan, kucium bibirnya dan merasakan lidahnya bergerak liar. “Ahh.. mm.. hh.. ahh.. enak sekali..” kugerak-gerakkan pantatku ke depan memberi respon pada gerakan tangannya dan akhirnya spermaku keluar mengenai sandaran kursi. Kami terdiam sejenak, melihat cairan kental putih yang menempel di kain sandaran kursi di depan kami. “Iyakh..” kudengar ia berkata dan kami sama-sama tertawa. Kukecup bibirnya, mengambil tissue untuk membersihkan tangannya dan kain pembungkus sandaran kursi itu tentunya. Lalu kami pulang.

Hari-hari berikutnya kami semakin sering melakukan hal serupa di tempat-tempat yang sudah kusebutkan di atas, oh jalan tol merupakan tempat idola kami, hehehe. Aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku terhadap obat-obatan, aku mulai mengenal heroin, yang sangat nikmat apabila ditorehkan dalam luka-luka sayat di tanganku, dan juga valium, yang menimbulkan bekas bintik-bintik hitam di pangkal lenganku. Ah, akhirnya Enni curiga melihat keaktifanku yang semakin liar di group bandku, dan kondisi tubuhku yang mengurus, pelajaranku yang selalu kuakhiri dengan tidur. Dan itulah yang memacunya untuk meninggalkanku dan beralih ke lelaki lain yang sudah kuliah. Hal itu dilakukannya saat aku berangkat ke New York selama tiga bulan untuk studi banding (kebetulan aku lumayan jago dalam sastra Inggris).

Waktu aku mengetahuinya aku sempat mengamuk habis, hampir saja aku ke kampus si cowok untuk menawurnya bersama teman-temanku, namun kubatalkan mengingat betapa konyolnya aku untuk marah hanya gara-gara seorang wanita. Jadi kuputuskan untuk pulang perang dengan membawa oleh-oleh berharga. Kutelepon ke rumahnya, memintanya sudi menemuiku untuk yang terakhir kalinya. Enni menemuiku malam itu, dan langsung kucium bibirnya sambil membisikkan kata-kata kerinduan dan betapa aku tak sanggup kehilangan dia, dan mungkin karena kenangan berseksual-ria denganku (atau mungkin karena aku cinta pertamanya) membuatnya pasrah saat kupegangi payudaranya dan meremas-remas kemaluannya dari lapisan celana ketatnya.

Ah, kebetulan saat itu kedua orangtuanya sedang berangkat menghadiri pernikahan, sedangkan kakaknya saat itu sudah kembali ke Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya, jadi aku merasa bebas-bebas saja. Jadi kurangsang dia dengan segenap kemampuanku, kubelai buah dadanya dengan lembut, menciumi wajahnya, lehernya tengkuknya, memasukkan jariku ke dalam celananya, memainkan liang kemaluannya di jariku, membuat nafasnya memburu dan terengah-engah, “Ahh.. ahh.. uh.. ngg..” aku merasakan nafsuku mulai naik ke ubun-ubun ketika tangannya menyelip di lipatan celanaku dan bergerak-gerak di batang kemaluanku yang menegang hebat.

Aku cukup kaget ketika tiba-tiba ia melepaskanku, menangis, aku bingung. Lalu ia bangkit berdiri, menuju ke ruang tengah rumahnya dan telunjuknya memanggilku mengikutinya. Oh God, hohohoho. Kami bergulingan di tempat tidurnya yang lebar, kuciumi seluruh wajahnya, lehernya, kupingnya, dagunya, dan kuhisap puting “susu”-nya penuh nafsu, kuangkat pakaiannya melewati kepalanya, “Ahh.. uhh.. argg..” kurasakan kenikmatan batang kemaluanku menekan-nekan liang kemaluannya dari balik baju kami. Kubuang BH-nya entah kemana. Kubuka bajuku, menempelkannya di payudaranya, merasakan kenikmatan dan kehangatannya. Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu. Kuraih celana ketatnya yang pendek dan kutarik, kulepas berikut celana dalamnya, kupegangi dan kuraba kemaluannya yang basah.

Pahanya bergerak-gerak menggesek-gesek batang kemaluanku yang masih terbungkus, dan kubuka celanaku cepat-cepat. Kurasakan paha telanjangnya menekan batang kemaluanku. Tangannya meraih batang kemaluanku dan memainkannya dengan gerakan yang membuatku terengah-engah menahan nikmat, “ahh.. ahh.. ahh..hh..” akhirnya kuangkat tubuh telanjangku ke atasnya, dan menempelkan batang kemaluanku di liang kemaluannya. “Ahh.. gila.. kenikmatan ini.. ahh..” kudengar ia menyebut-nyebut namaku dengan lirih ketika pinggulku bergerak-gerak dan menggesek bibir-bibir kemaluannya ke atas dan ke bawah, ahh.

Kucium bibirnya dengan lebih bernafsu, kujatuhkan seluruh tubuhku menindihnya, merasakan tekanan buah dadanya yang berkeringat di kulitku, kugoyang-goyang pinggulku ke atas dan ke bawah, “Ahh.. ahh..” ke samping ke depan, “Aahh.. ah.. ah..” merasakan setiap kenikmatan gesekanku dan pelukan pahanya di pantatku setiap aku bergerak ke samping, “Ahk.. ahk..” Akhirnya kubenamkan bibirku di bibirnya dan menekan pantatku sekuat tenaga ketika nafsuku tak terkontrol lagi dan menyemburkan spermaku melewati dan membasahi permukaan perutnya, Ahh.. hah..” nafasku terengah-engah penuh kenikmatan, pelukannya mengencang di punggung dan pinggangku. Pantatnya menekan batang kemaluanku kuat-kuat. “Aahh.. nikmatnya..” baru kali ini kurasakan nikmatnya melakukan petting.

Aku bangkit berdiri, memakai pakaianku yang berserakan di lantai, dan membantunya berpakaian, lalu melangkah kembali ke ruang tamu. “Ray.. jangan teruskan memakai obat-obatan..” Aku mengangguk. Dan itulah kata terakhir yang kudengar dari bibirnya sesaat sebelum kurelakan dia pergi dari sisiku. Dengan perjuangan yang keras selama beberapa minggu, aku berhasil menghentikan kecanduanku pada obat-obatan di sebuah pusat rehabilitasi di Lawang.

Memang, setelah ia sudah menjadi pacar orang lain, yang notabene direstui orangtuanya. Namun tak jarang kami melakukan pertemuan rahasia dan melakukan petting. Namanya juga cinta pertama.

Sampai akhirnya ia mambantuku menembus UMPTN, dan jarak kami terpisah sangat jauh sekarang. Ahh Enni, selalu mulutku mendesah mengingat kenangan cinta pertamaku. Terakhir aku berjumpa dengannya Januari 2000, kami melakukan petting lagi di sebuah wisma di kota dimana ia kuliah. Sampai sekarang, aku belum menemuinya lagi. Mungkin kalau ketemu.. hohohoho.. ah, kekasihku, cintaku. Tapi pengalaman-pengalaman seru dengannya membuatku ketagihan setengah mati, dan bayangkan saja jika aku harus menunggu setahun sekali untuk petting, woah.. what a waste of time.. huh? Jadi aku mulai meningkatkan kelasku menjadi perayu wanita.

Hampir dua kali seminggu aku melakukan petting, bukan bersetubuh tentunya, karena aku masih cari selamat dan aku paling benci yang namanya perek atau pelacur, hanya bawa penyakit. Oh.. aku kehilangan keperjakaanku saat aku melakukan hubungan dengan seorang gadis pecandu sabu-sabu yang kujumpai sedang menangis di pinggir jalan karena ditinggal teman-temannya ke diskotik. Wah.. lagi-lagi aku beruntung, ketika ia mengajakku bercinta, aku mengiyakannya karena sekedar kepingin tahu dan ternyata si gadis itu masih PERAWAN! Oh God, mercy on me, saat kulihat noda darah berceceran di kasurku, hohohoho.. dalam keadaan “fly” mungkin ia tak sadar mengajakku, orang yang baru ia kenal untuk bercinta hahaha.. dan kuantar dia pulang ke sekitar wilayah makam Banteng, masih dalam keadaan bingung. Jahat memang, tapi masih sempat kuhadiahkan sebuah kecupan di keningnya.

Sejak itu aku memutuskan untuk tidak berhubungan seksual dulu, karena rasanya toh begitu-begitu saja, benar seperti kata orang, yang enak itu pemanasannya, hahaha, lagipula aku sudah pernah mencicipi perawan, hehehe.. dan enak gila, jadi aku berambisi mendapat perawan sebanyak mungkin tanpa harus bertanggungjawab. Bajingan? okeh, terserah.

Mungkin kalian akan banyak belajar dariku bagaimana cara mendapatkan perawan tanpa harus terbebani tanggungjawab. Hohohohoho.. sekedar informasi, aku selalu menggunakan cara yang aneh-aneh dan total sekarang sudah 13 gadis kuperawani tanpa sepengetahuan mereka. Caranya.. hohoho.. nanti kukasih tahu. Kebetulan aku punya cerita menarik tentang cewek yang bernama Kirani, yang baru-baru saja mendaftarkan diri menjadi korbanku. Mungkin beberapa hari lagi kupostkan.


Rabu, 03 Mei 2017

Anakku Sangat Pintar Memuaskan Nafsu Ibunya

Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP
Sejak aku divonis dokter kandungan, tak boleh memiliki anak lagi, hatiku sangat sedih. Rupanya, Tuhan hanya menitipkan seoang anak saja yang kulahirkan. Rahimku, hanya boleh melahirkan seorang anak di rahimku.

Setelah aku sehat dan kembali dari rumah sakit membawa bayiku, dan bayiku berusia 1 tahun, dengan lembut suamiku meminta izin untuk menikah lagi. Alasannya, baginya hanya seorang anak tak mungkin. Dia harus memiliki anak yang lain, laki-laki dan perempuan. Dengan sedih, aku “terpaksa” merelakan suamiku untuk menikah lagi.

Sejak pernikahannya, dia jarang pulang ke rumah. Paling sekali dalam seminggu. Kini setelah usia anakku 15 tahun, suamiku justru tak pernh pulang ke rumah lagi. Dia telah memiliki 4 orang anak, tepatnya dua pasang dari isteri mudanya dan dua anak lagi dari isterinya yang ketiga.

Aku harus puas, memiliki tiga buah toko yang serahkan atas namaku serta sebuah mobil dan sebuah taksi selain sedikit deposito yang terus kutabung unutk biaya kuliah anakku Irvan nanti. Irvan sendiri sudah tak perduli pada ayahnya.

Malah, kalau ayahnya pulang, kelihatan Irvan tak bersahabat dengannya. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Semoga saja Irvan tidak berdosa pada ayahnya. Setiap malam Aku selalu mengeloni Irvan agar tubuhku tak kedinginan disiram oleh suasana dingin AC 2 PK di kamar tidurku. Irvan juga kalau kedinginan, justru merapatkan tubuhnya ke tubuhku.

Irvan memang anak yang manja dan aku menyenanginya. Sudah menjadi kebiasaanku, kalau aku tidur hanya memakai daster mini tanpa sehelai kain pun di balik daster miniku. Aku menikmati tidurku dengan udara dinginnya AC dan timpa selmut tebal yang lebar.

NIkmat sekali rasanya tidur memeluk anak semata wayangku, Irvan. Kusalurkan belai kasih sayangku padany. Hanya padanya yang aku sayangi. Sudah beberapa kali aku merasakan, toket gede ku diisap-isap oleh Irvan.

Aku mengelus-elus kepala Irvan dengan kelembutan dan kasih sayang. Tapi kali ini, tidak seperti biasanya. Hisapan pada pentil tetek ku, terasa demikian indahnya. Terlebih sebelah tangan Irvan mengelus-elus bulu jembut vagina ku. Oh… indah sekali. Aku membiarkannya. Toh dia anakku juga.

Biarlah, agar tidurnya membuahkan mimpi yang indah. Saat aku mencabut pentil toket ku dari mulut Irvan, dia mendesah. “Mamaaaaa…” Kuganti memasukkan pentil tetekku yang lain ke dalam mulutnya. Selalu begitu, sampai akhirnya mulutnya terlepas dari tetekku dan aku menyelimutinya dan kami tertidur pulas.

Malam ini, aku justru sangat bernafsu. Aku ingin dientot. Ah… Mampukah Irvan menyetubuhiku. Usianya baru 18tahun. Mampukah. Pertanyaan itu selalu bergulat dalam bathinku. Keesokan paginya, saat Irvan pergi ke sekolah, aku membongkar lemari yang sudah lama tak kurapikan.

Di lemari pakaia Irvan di kamarnya (walaudia tak pernah meniduri kamarnya itu) aku melihat beberapa keping CD. Saat aku putar, ternyata semua nya film-film porno dengan berbagai posisi. Dadaku gemuruh. Apaah anakku sudah mengerti seks?.

Apakah dia sudah mencobanya dengan perempuan lain? Atau dengan pelacur kah? Haruskah aku menanyakan ini pada anakku? Apakah jiwanya tidak terganggu, kalau aku mempertanyakannya? Dalam aku berpikir, kusimpulkan, sebaiknya kubiarkan dulu dan aku akan menyelidikinya dengan sebaik mungkin dengan setertutup mungkin.

Seusai Irvan mengerjakan PR-nya (Diseekolah Irvan memang anak pintar), dia meniki tempat tidur dan memasuki selimutku. Dia cium pipi kiri dan pipi kananku sembari membisikkan: Selamat malam… mama…” Biasanya aku menjawabnya dengan:”Selamat malam sayang…”.

Tapi kalau aku sudah tertidur, biasanya aku tak menjawabnya.Dadaku gemuruh, apaah malam ini aku mempertanyakan CD porno itu. Akhirnya aku membiarkan saja. Dan… Aku kembali merasakan buah dadaku dikeluarkan dari balik dasterku yang mini dan tipis.

Irvan mengisapnya perlahan-lahan. Ah… kembali aku bernafsu. Terlebih kembali sebelah tangannya mengelus-elus bulu jembut vaginaku. Sebuah jari-jarinya mulai mengelus klentitku. AKu merasakan kenikmatan jembut ku dielus.

Kali ini, aku yakin Irvan tidak tidur. Aku merasakan dari nafasnya yang memburu. Aku diam saja. Sampai jarinya memasuki lubang vaginaku dan mempermainkan jarinya di sana. Ingin rasanya aku mendesah, tapi…

Aku tahu, Irvan menurunkan celananya, sampai bagian bawah tubuhnya sudah bugil. Dengan sebelah kakinya, dia mengangkangkan kedua kakiku. Dan…. Irvan menaiki tubuhku dengan perlahan. Aku merasakan penisnya mengeras. Berkali-kali dia menusukkan penis itu ke dalam vaginaku.

Irvan ternyata tidak mengetahui, dimana lubang vagina. Brkali-kali gagal. Aku kasihan padanya, karena hampir saja dia putus asa. Tanpa sadar, aku mengangkangkan kedua kakiu lebih lebar. Saat penisnya menusuk bagian atas vaginaku, aku mengangkat pantatku dan perlahan penis itu memasuki ruang vaginaku.

Irvan menekannya. Vaginaku yang sudah basah, langsung menelan penisnya. Nampaknya Irvan belum mampu mengatasi keseimbangan dirinya. Dia langsung menggenjotku dan mengisapi tetekku. Lalu crooot…croot…croooootttt, sprmanya menyemprot di jembut vagina ku.

Tubuhnya mengejang dan melemas beberapa saat kemudian. Perlahan Irvan menuruni tubuhku. Aku belum sampai… tapi aku tak mungkin berbuat apa-apa. Besok malamnya, hal itu terjadi lagi. Terjadi lagi dan terjadi lagi. Setidaknya tiga kali dalam semingu. Irvan pun menjadi laki-laki yang dewasa.

Tak sedikit pun kami menyinggung kejadian malam-malam itu. Kami hanya berbicara tentang hal-hal lain saja. Sampai suatu sore, aku benar-benar bernafsu sekali. Ingin sekali disetubuhi. Saat berpapasan dengan Irvan aku mengelus penisnya dari luar celananya. Irvan membalas meremas pantatku.

Aku secepatnya ke kamar dan membuka semua pakaianku, lalu merebahkan dri di atas tempat di tutupi selimut. Aku berharap, Irvan memasuki kamar tidurku. Belum sempat usai aku berharap, Irvan sudah memasuki kamar tidurku. Di naik ke kamar tidurku dan menyingkap selimutku.

Melihat aku tertidur dengan telanjang bulat, Irvan langsung melepas semua pakaiannya. Sampai bugil. Bibirku dan tetekku sasaran utamanya. AKu mengelus-elus kepalanya dan tubuhnya. Sampai akhirnya aku menyeret tubuhnya menaiki tubuhku.

KUkangkangkan kedua kakiku dan menuntun penisnya menembus vaginaku. Nafsuku yang sudah memuncak, membuat kedua kakiku melingkar pada pinggangnya. Mulutnya masih rakus mengisapi dan menggigit kecil pentil tetekku.

Sampai akhirnya, kami sama-sama menikmatinya dan melepas kenikmatan kami bersama. Seusai itu, kami sama-sama minum susu panas dan bercerita tentang hal-hal lain, seakan apa yang baru kami lakukan, bukan sebuah peristiwa.

Malamnya, seusai Irvan mengerjakan PR-nya dia mendatangiku yang lagi baca majalah wanita di sofa. Tatapan matanya, kumengerti apa maunya. Walau sore tadi kami baru saja melakukannya. Kutuntun dia duduk di lantai menghadapku.

Setelah dia duduk,aku membuka dasterku dan mengarahkan wajahnya ke vaginaku. AKu berharap Irvan tau apa yang harus dia lakukan, setelah belajar dari CD pornonya. Benar saja, lidah Irvan sudah bermain di vaginaku. Aku terus membaca majalah, seperti tak terjadi apa-apa.

AKu merasa nikmatr sekali. Lidahnya terus menyedot-nyedot klentitku dan kedua tangannya mengelus-elus pinggangku. Sampa akhirnya aku menjepit kepalanya, karean aku akan orgasme. Irvan menghentikan jilatannya Dan aku melepaskan nikmatku.

Kemudia kedua kakiku kembali merenggang. AKu merasakan Irvan menjilati basahnya vaginaku. Setelah puas, Irvan bangkir. Aku turun ke lantai. Kini irvan yang membuka celananya dan menarik kepalaku agar mulutku merapat ke penisnya. Penis yang keras itu kujilati dengan diam.

Irvan menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. Kepalaku ditangkapnya dan dileus-elusnya. Aku terus menjilatinya dan terus melahap penisnya, sampai spermanya memenuhi mulutku. Sampai akhirnya normal kembali dan kami duduk bersisian menyaksikan film lepas di TV.

Seusai nonton film, aku mengajaknya untuk tidur, karena besok dia harus sekolah, dan aku harus memeriksa pembukuan toko. “yuk tidur sayang,” kataku.Irvan bangkit dan menggamit tanganku, lalu kami tertidur pulas sampai pagi.


luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com